NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Setelah mendapatkan telepon dari Husna, Arkan langsung mengambil motornya dan menuju ke rumah Husna.

Ia sangat mencintai Husna dan tidak akan membiarkan Husna menikah dengan lelaki lain.

Tak butuh waktu lama untuk Arkan sampai di rumah Husna.

"HUSNA!!" teriak Arkan.

Husna yang masih di atas tempat tidur langsung bangkit dan berlari keluar kamar.

Ia melihat orang tuanya yang juga ikut keluar dari kamarnya.

"Kalau kamu keluar dari rumah, Ayah tidak akan menganggap kamu lagi sebagai anak." ancam Ayah Yudha.

Husna menangis sesenggukan dan memohon agar Ayah Yudha mengijinkannya untuk bertemu dengan Arkan.

"A-aku janji, setelah ini aku tidak akan menemui Arkan lagi, Yah."

Mama Maria meminta suaminya untuk memberikan ijin kepada Husna.

"Baiklah, Ayah berikan ijin untuk bertemu dengan Arkan. Tapi, jangan lama-lama."

Husna menganggukkan kepalanya dan ia langsung berlari keluar.

"Arkan!" panggil Husna.

Arkan berbalik, matanya yang biasa hangat kini berkobar api.

Ia melangkah cepat mendekati Husna, mencengkeram lengan Husna cukup keras.

"Apa maksud kamu, Na?! Apa maksud kamu dengan 'selamat tinggal'?! Kamu pikir ini lelucon?! Setelah semua yang kita lewati? Semua janji yang kita buat?" tanya Arkan dengan suaranya terdengar frustasi dan menyakitkan.

Husna meringis kesakitan saat Arkan mencengkram lengannya.

"Aku minta maaf, Ar. Aku sudah mengecewakan kamu.".

Arkan menarik napas kasar, melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Husna hingga meninggalkan bekas merah.

Rasa sakit fisik itu tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

"Mengecewakan? Kamu tidak mengecewakanku, Husna. Kamu membunuhku! Kamu menghancurkan semua harapan yang kamu berikan padaku!"

Ia memajukan langkahnya, menatap Husna dengan pandangan terluka yang berubah menjadi amarah.

"Aku tahu sekarang! Aku tahu alasanmu! Aku kira kamu sungguh mencintaiku apa adanya, tapi ternyata kamu sama saja dengan yang lain! Kamu takut, 'kan? Kamu takut hidup miskin! Kamu takut menderita karena harus menunggu sampai aku sukses!" Suara Arkan meninggi, menusuk telinga Husna.

"Tidak, Ar! Bukan begitu—"

Husna mencoba membela diri, air mata mengalir deras.

"Jangan bohong! Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan berjuang! Kamu akan menentang orang tuamu! Tapi tidak, kamu lebih memilih kenyamanan, memilih pria mapan yang disodorkan padamu! Betapa dangkalnya kamu!" Arkan menggelengkan kepalanya, seolah jijik dengan Husna.

Setiap perkataan Arkan seperti belati yang menghujam jantung Husna.

Perkataan itu jauh lebih menyakitkan daripada paksaan Ayahnya.

"Aku membencimu, Husna. Aku membenci janji palsumu, rahasia yang kamu ciptakan, dan pengkhianatanmu yang pengecut!" Arkan mengucapkannya dengan nada tinggi.

Kemudian Arkan naik ke atas motornya dan melakukannya sekencang mungkin meninggalkan rumah Husna.

Husna melihat amarah Arkan yang begitu membencinya.

"A-arkan..." bisik Husna sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

Dari ambang pintu, Ayah Yudha, yang menyaksikan seluruh pertengkaran itu, bergegas menghampiri putrinya yang sudah ambruk di halaman.

"Husna! Sayang!" teriak Ayah Yudha panik.

Ibu Maria menutup mulutnya dan menangis histeris.

Ayah Yudha dengan sigap membopong tubuh Husna yang lemah.

Ia membawa putrinya masuk dan melangkah cepat menaiki tangga.

Ibu Maria melihat putrinya yang masih belum sadarkan diri.

"Biarkan dia istirahat, agar pernikahannya besok berjalan lancar." ucap Ayah Yudha.

Ibu Maria menyelimuti tubuh putrinya dan setelah itu mereka meninggalkan kamar Husna.

Ayah Yudha masuk ke ruangan kerjanya dan disana ia menatap foto Husna yang saat itu berusia lima tahun.

"Maafkan Ayah, Husna. Semua ini Ayah lakukan demi masa depan kamu." ucap Ayah Yudha.

Sementara itu di kamar hotel dimana Jovan sedang menimang putrinya yang sedang menangis.

"Putri Ayah kenapa rewel sekali, hmm?" bisik Jovan sambil mengayun-ayunkan putrinya yang baru berusia beberapa minggu, Ava, dengan lembut.

Jovan duduk di sofa, memeluk Ava dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang bingkai foto mendiang istrinya, Aisyah.

Senyumnya pudar setiap kali melihat foto itu, digantikan oleh kerutan rasa sakit di matanya.

"Lihat, Sayang. Sebentar lagi kamu akan punya ibu baru,"

"Maafkan aku, Sayang. Aku harus melakukan ini demi Ava. Aku tidak mau sembarang wanita yang mengurus putri kita. Yudha meyakinkan Ayahku bahwa Husna adalah wanita yang baik dan berasal dari keluarga terhormat."

Disaat sedang menimang-nimang Ava, tiba-tiba ponsel Jovan berdering.

Jovan langsung mengangkatnya saat melihat orang suruhannya yang sedang menghubunginya.

Ia segera mengangkat panggilan dari anak buahnya yang ia tugaskan untuk mencari tahu tentang Husna.

Selama ini, Jovan adalah sosok yang sangat berhati-hati dan tidak akan pernah mengambil keputusan penting tanpa penyelidikan menyeluruh, apalagi menyangkut calon ibu bagi

putrinya.

"Ya?" sahut Jovan dingin.

Miko yang merupakan orang suruhan Jovan langsung menghela nafas panjang.

"Tuan, saya tadi tidak sengaja melihat pertengkaran antara Nona Husna dan seorang lelaki. Dan setelah pertengkaran itu, Nona Husna pingsan." ucap Miko.

Jovan yang mendengarnya langsung mencengkeram bingkai foto yang masih ia genggam.

"Kenapa hatiku sakit sekali saat mendengar ada lelaki yang membuat Husna pingsan?" ucap Jovan dalam hati.

Jovan meminta Miko untuk tetap mengawasi Husna.

Ia pun langsung menutup ponselnya sambil menaruh Ava yang sudah tertidur pulas.

Rasa cemburu yang asing dan tajam menyayat hatinya.

Ia sangat mengerti jika dirinya menikahi Husna bukan karena cinta, melainkan karena keharusan, demi Ava.

Ia memilih Husna karena silsilahnya yang bersih dan karena ia tidak ingin sembarang wanita.

Tapi jika wanita ini sudah memiliki hati yang tertambat pada orang lain, itu akan mengganggu rencananya.

"Aku tidak peduli siapa dia! Husna akan menjadi istriku! Dan aku tidak akan membiarkan ada bayangan laki-laki lain di rumahku, di dekat putriku!" ucap Jovan.

Jovan naik ke atas tempat tidur sambil menatap Ava yang tertidur pulas.

"Tidurlah yang nyenyak, sayang. Besok kamu mempunyai ibu baru." gumam Jovan yang kemudian tertidur pulas.

*

*

Keesokan paginya Husna membuka matanya dan melihat langit-langit kamarnya.

"Selamat pagi, sayang." sapa ayah Yudha yang baru saja masuk ke kamar Husna.

Husna masih merasakan kepalanya yang sangat pusing sekali.

Ia mengingat saat semalam Arkan mengeluh kata-kata yang membuat hatinya sakit.

"Husna, apakah kamu marah sama Ayah karena memaksamu menikah dengan Jovan?" tanya Ayah Yudha.

Husna yang tidak ingin menangis lagi, langsung menggelengkan kepalanya.

"Husna tidak marah dengan Ayah." jawab Husna.

Yudha langsung memeluk tubuh putrinya dan memintanya untuk segera bersiap-siap.

Ibu Maria masuk ke kamar Husna sambil membawa gaun pengantin.

"Lekas mandi karena Burak dan Jovan agar segera datang." ucap Ibu Maria.

Husna bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.

Ia segera mengambil Air hangat dan mengguyur nya ke tubuhnya.

Setiap air mata yang jatuh bercampur dengan air shower seolah mencuci bersih sisa-sisa mimpinya bersama Arkan.

Husna tidak mau lama-lama di dalam kamar mandi.

Setelah selesai, ia keluar dan mendapati Ibu Mariam sudah menunggu bersama dua orang penata rias (MUA) yang tampak profesional, membawa koper besar berisi peralatan makeup.

"Nah, Sayang, duduk di sini. Kamu harus tampil sempurna hari ini," ucap Ibu Mariam lembut, sambil menuntun Husna ke kursi rias di depan meja cermin yang dipenuhi lampu.

Husna duduk dengan patuh dan menatap pantulan dirinya yang menunjukkan wajahnya yang pucat dan matanya yang sembab

"Selamat pagi, Mbak Husna. Jangan khawatir, kami akan membuat Anda bersinar hari ini," sapa salah satu MUA dengan ramah, memaksakan senyum di wajah Husna.

Husna menganggukkan kepalanya dan ia melihat para MUA yang mulai meriasnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!