Cerita ini merupakan penggabungan dua novel othor yang ketiga dan ke empat. Cinta dalam nestapa dan janda kembang. Mana yang belum tau silahkan mampir!
Ziara Puteri Hariawan
Gadis cantik mirip sang Ummi yang berdarah keturunan Aceh asli seolah dirinya selalu dipermainkan oleh Takdir.
Bagaimana tidak, setiap laki-laki yang berniat ingin menikahinya pasti berulah disaat mereka akan melangsungkan pernikahannya.
Ziara sering ditinggal begitu saja tanpa ada kabar ketupusan apapun dari pemuda itu hingga ia harus menahan kecewa berulang kali.
Hingga pada akhirnya Ziara pasrah akan keputusan sang Nenek yang menjodohkannya dengan salah satu kenalannya.
Zidan Putera Ar Reza
Kehidupannya pun sama seperti Ziara selalu di permainksn oleh Takdir. Akankah mereka sanggup bertahan dalam ikatan takdir yang membelenggu mereka menjadi sepasang suami istri?
Ataukah keduanya memilih mundur?
Inilah Kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama tidak sempurna
Zee masih sibuk dengan piring dan nasinya. Ia mengisi nasi dan lauk ke piring. Kemudian ia berikan kepada kedua mertuanya. Yang kini sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Tetapi Zee tidak peduli.
"Maaf Ziara.. Maafka Abang.. Maaf.." lirih Zidan lagi masih terdengar di bealkang tubuhnya.
Zidan terisak. Zee tahu itu. Tetapi fokusnya kini Zidan harus makan dan minum obat. Ia mengambil nasi dalam porsi jumbo.
Setelah nya ia membawa nasi dan minum itu ke bangkar Zidan. Sedang Zidan tetap mengikutinya.
Tiba di bangkar, Zee meletakkan nasinya itu. Zidan yang sudah tidak tahan karena hatinya tercubit karena kediaman Zee memeluknya dari belakang dan terisak disana.
Zee menghela nafasnya. Ia mengurai paksa pelukan Zidan dan berlalu ke suatu tempat. Zidan melemah. Hampir saja ia terjatuh jika tidak Zee memegang lengannya.
"Sayang.."
"Duduk. Kita makan!" tegasnya yang hanya bisa diangguki pasrah oleh Zidan dengan wajah basah air mata.
Zidan menggeleng, Zee segera memeluk suaminya itu dan mengelus lembut kepalanya yang amsih terbalut perban.
"maafkan Abang Zee.. Abang salah.. Abang salah.." lirihnya dalam dekapan Zee.
"Kita makan dulu. Nanti lanjutkan masalah itu lagi." Tegasnya lagi yang tidak bisa di bantah lagi oleh Zidan.
Ia terpaksa mengangguk walau ia tidak berselera makan karena rasa bersalahnya pada Zee.
Zee duduk dihadapan Zidan setelah mendudukkan Zidan di bangkarnya. Masih dengan terisak, ia menerima suapan langsung dari tangan Zee.
"Jangan menangis.. Abang ingin aku menangis juga??" ucap Zee pada akhirnya karena sudah tidak tahan dengan melihat Zidan terus terisak karena permintaan maaf nya belum di jawab oleh Zee.
Zidan sudah tidak tahan lagi. Ia semakin tersedu. Zee pun ikut tersedu.
"Abang tahu? Hiks.. Aku tidak marah sama Abang. Aku hanya kesal saja. Berapa kali harus aku katakan jika aku memilih Abang bukan karena kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirimu. Kenapa jika kita tidak memiliki keturunan? Itu tidak jadi masalah. Yang penting kita bersama. Soal anak, kita bisa mengambil anak yatim dari panti asuhan dan kita rawat dengan baik. Bukankah jika kita memelihara anak yatim lebih bagus lagi??"
Zidan semakin tersedu.
"Tidak masalah jika kita tidak memiliki keturunan. Toh Nabi Muhammmad SAW pun tidak memiliki anak dengan Sayyidah Aisyah?"
Lagi, Zidan semakin tersedu. Rasa makanan yang disuapi oleh Zee terus menerus sudah tidak ada rasanya saat ini di dalam mulutnya.
"Anak bukan patokan di dalam rumah tangga kita. Jika Allah memberikannya kepada kita, berarti Allah percaya sama kita kalau kita berdua mampu membawa amanahnya itu ke jalan Allah. Tetapi jika tidak, Allah memiliki seribu macam cara untuk bisa di titipkan amanah kepada kita. Misalnya kedua orang tua kita, anak yatim, orang lanjut usia, dan juga anak jalanan yang terlantar."
"kita bisa mengurus mereka untuk emdapatkan pahala yang ama seperti kita mengurus anak sendiri. Tapi.. Memang lebih indah jika memiliki anka dari rahim sendii. Namun, jika kita tidka bisa. Kita harus apa? Haruskaha kita marah-marah dan iri kepada oang di miliki titipan itu??"
"Ingat Bang. Segala yang di titipkan kepada kita bakal ada pertanggung jawaban nya kepada kita nantinya. Aku pikir, Abang tidak akan lupa dengan hal ini. Kita berdua sama Bang. Kamu dan aku sama-sama tidak sempurna. Yang sempurna itu Allah. Jadi.. Tidak ada alasan bagiku untuk kecewa dengan kekurangan yang kamu miliki. Toh, aku juga memiliki kekurangan yang sama dengan mu. Jika rahimku juga bermasalah sejak kejadian pelecehan itu terjadi!"
Zee menghela nafasnya.
"Astaghfirullah ya Allah.. Maaf sayang.. Abang nggak tahu. Maaf.." lirih Zidan lagi sangat terkejut dan semakin merasa bersalah.
Ke empat orang tua itu tetap diam. Mereka sibuk mengunyah nasi yang sudah Zee berikan tadi.
"Abang jangan berpikir yng tidak-tidak algi. Aku ikhlas menerima kamu sebagai suamiku. Sekarang aku tanya. Setelah Abang tahu jika aku juga memiliki kekurangan yang sama dengan mu, apakah kamu berniat akan meninggalkan ku??" tanya Zee pada Zidan yang dibalas gelengan kepala oleh Zidan.
Zee tersenyum, "Inilah yang aku lakukan. Aku menerima kamu apa adanya bang Zidan. Tidak masalah jika kita tidak memiliki keturunan. Berarti Allah memiliki cara lain untuk kita bisa mendapatkan amanahnya. Sudah, Abang makan lagi. Setelah ini minum obat."
Zidan mengangguk. Ia sangat senang dan bahagia bisa mendapatkan istri seperti Ziara ini.
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu ketika bahagia dan ketika susah dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Abu Daud, no. 2130; Tirmidzi, no. 1091. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).