( Maaf jika ada ketidak nyamanan dalam membaca untuk bab 2-5, karena sedang saya revisi, sesuai arahan Editor Kesayangan Terimakasih)
Suamiku
Please!
Ketahuilah jika ayahmu sering bermain mata dengan ku.
Aku sudah menolaknya, namun ternyata ...
maaf jika aku mencintainya juga karena uangnya dan perhatiannya.
Selamat membaca 😘
#Cinta tak Direstui #cinta terlarang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naisa strong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajah Memar Membiru
" Aw." teriak Jelly terkejut bukan main.
Fox dengan mengumpulkan sekuat tenaganya berdiri dan meraih kayu panjang besar dan memukulkan tepat di punggung sang preman yang akan melecehkan Jelly.
Nafas tersengal-sengal dari keduanya yang menghambur ke udara.
Jelly yang masih ketakutan dengan masih duduk meringkuk di atas rerumputan. Tidak percaya dengan kejadian malam ini yang padahal tadi berangkat juga baik-baik saja, tidak tahunya malamnya ada kejadian tasnya dijambret preman jalan.
" Kamu tidak papa." tanya Fox yang padahal wajahnya penuh warna biru lebam dan kedua sudut bibirnya mengalir darah segar begitu juga pasti perutnya menahan sakit bekas bogeman mentah preman yang dilayangkan berulang.
" Aku tidak papa." mimik wajah ketakutan itu tidak lepas dari diri Jelly. Dia bahkan tidak sungkan memeluk erat teman lamanya sekaligus bos besarnya karena merasa baru saja nyawa mereka menjadi taruhan atau bahkan melayang.
Fox yang membalas rangkulan erat Jelly dengan menyentuhkan jarinya mengelus rambut halus milik Jelly yang tergerai. Mencoba menenangkan dari ketakutannya untuk sekitar lima menitan. " Sebaiknya kita cepat pergi dari sini." ujar Fox yang masih memeluk Jelly.
Jelly yang mengangguk-angguk kan kepala yang masih dalam dekapan Fox.
Setelahnya Jelly sudah lebih tenang, keduanya bangkit dan Fox mengambil tas hitam dari sepeda motor terkesan ugal-ugalan itu jika dilihat dari bodynya.
Jelly membantu menuntun Fox yang sepertinya menahan sakit akibat peperangan tangan hampa antar tubuh manusia.
Fox kemudian melajukan mobil dan naik ke ruas tol yang cukup lengang hingga hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit mobil mereka akhirnya sampai di rumah Jelly.
" Sebaiknya kamu masuk dulu! biar saya obati luka mu." Jelly yang tidak tega melihat Fox menahan sakit pada tubuhnya.
Fox yang merasa perkataan Jelly ada benarnya, tanpa banyak bicara keduanya masuk ke dalam rumah.
Sementara Jelly yang sibuk mengambil air es untuk mengompres sudut bibir yang berdarah dan luka lebam membiru akibat bogeman mentah.
" Sini." Jelly yang berusaha menyentuhkan pelan kain basah untuk membersihkan kedua sudut bibir Fox yang berdarah.
" Aw sakit." Fox yang meringis tidak tahan jika luka sobek pada kedua sudut bibir terkena air kompresan. Sudah dapat dipastikan perihnya tidak ketulungan, apalagi hampir area wajahnya membiru lebam tidak karuan.
" Harusnya tadi kita tidak mengejar preman itu." Jelly yang merasa bersalah atas kejadian malam ini dengan tangan kanannya yang masih berusaha mengompres pelan seluruh luka pada area wajah Fox. " Maaf ya, semua gara-gara saya, kamu jadi banyak luka seperti ini." imbuhnya dengan wajah merasa berdosa karena tidak tega jika teman lamanya atau bos besarnya ini menjadi babak belur karena nya.
" Tidak papa." jawab Fox dengan meringis-ringis tidak tahan dengan rasa perih akibat luka yang dideritanya. Belum lagi rasa seluruh tulangnya, terasa remuk redam semua akibat bertarung tanpa senjata dan persiapan sebelumnya.
" Tidak papa bagaimana? semua wajah kamu biru seperti ini, kamu bilang tidak papa." ujar Jelly yang tidak percaya dengan sanggahan Fox.
Malam ini, sepertinya tubuh Fox tidak bisa berkompromi. Dia bahkan sudah terlelap di kursi tempatnya dia duduk sedari tadi. Mungkin tulang-tulangnya terasa retak atau bahkan patah semua akibat perkelahian sengit dengan dua preman jalan kurang ajar tadi. Hingga kedua matanya langsung terpejam tanpa sadar tubuhnya ada dimana sekarang.
" Kasihan kamu Fox." lirih Jelly dengan membawa nampan yang diatasnya dua gelas minuman hangat untuk Fox dan dirinya. Namun karena Fox sudah lebih dulu tidur, dia meletakkan kembali nampan tersebut di atas meja dapur. Segera mengambil selimut dan bantal untuk Fox.
Memandangi lekat wajah yang biasanya bagaikan Nick Jonas, bintang Bollywood yang menjadi suami asli dari Priyanka Chopra itu.
Wajah yang biasanya putih bersih dan juga rambut yang terlihat melipis itu malam ini pudar tidak lagi berbentuk entah mirip Nick Jonas apa bukan.
Jelly menyelimuti tubuh Fox supaya tidak kedinginan dari udara malam karena tidur di luar ruangan. Menata tubuh bagian atas Fox supaya kepalanya berada di atas bantal.
.
.
Keesokan pagi di rumah sederhana bangunan Belanda. Rumah tua yang cukup asri akan tumbuhan hijau disekelilingnya itu memberikan cahaya matahari yang membias hingga kedua mata Fox memicing karena silau paginya.
" Ah." ******* Fox merasakan seluruh organ tubuhnya. Hal pertama yang dirasakannya adalah seluruh sendi dan tulangnya terasa kaku. Seluruh bagian tubuhnya terasa sakit, pegal, jika di gerakkan olehnya. Dan jujur, baru kali ini dia merasakan tubuhnya yang sulit untuk dia jelaskan.
" Kamu sudah bangun?" Jelly yang berusaha membantu Fox yang sepertinya kesulitan untuk hanya sekedar duduk dari berbaring nya semalam.
" Badanku sakit semua." ujar Fox yang mengeluhkan keadaannya.
" Bagaimana kalau kita ke rumah sakit? Siapa tahu di beri obat enteng tulang supaya kamu bisa berjalan dengan mudah tanpa rasa sakit."
Jelly dengan paniknya karena takut jika ada tulang Fox bagian dalam yang memang benar-benar patah.
" Tidak usah, mungkin nanti udah agak baikan." Fox yang membenarkan posisi duduknya yang serba sulit, dimiringkan ke kanan maupun ke kiri tetap saja sakit.
" Lebih baik kamu minum dulu." Jelly dengan sabar mengambilkan secangkir teh hangat yang sengaja dia dekatkan ke mulut Fox, supaya Fox dengan mudah menyeruputnya.
.
.
Dua orang sedang berdansa dengan senyum bahagia, melihat kota Jakarta dengan langit cerah berwarna biru lengkap dengan awan putih dari dinding kaca jendela besar di sebuah apartemen eksklusif.
Tuan Kino dan Tamarin yang tidak henti-hentinya saling memanjakan satu sama lain. Tuan Kino yang mengecup sepuluh jemari Tamarin dan memandang lekat iris mata kecoklatan yang memandangnya pula.
Asmara terlarang mereka benar-benar membuat mereka amnesia. Lupa diri dengan suatu kondisi dimana keduanya memiliki pasangan masing-masing.
.
.
" Bagaimana? apa kamu sudah siap?" tanya Fox yang antusias dan merasa tubuhnya lebih baik setelah Jelly memanggilkan tukang urut untuk mengurut seluruh tubuhnya yang rontok.
Jelly yang melepas senyum lega dan menggelitik. Sebab tadi saja, dia bahkan sambat tidak bisa jalan dan tubuhnya sulit di gerakkan. Namun setelah agak siangan dan setelah diurut oleh tukang pijit. Dia bahkan semangat untuk kembali ke Jakarta.
Lebih cepat satu hari dari waktu yang satu Minggu dia katakan kepada Tamarin. Enam hari di kota Bandung, dirasa sudah cukup karena meeting dan pembahasan masalah proyek apartemen berjalan sudah dia jalankan. Dan hari ini, adalah waktunya dia kembali ke Jakarta meskipun nanti istrinya bahkan ibu dan ayahnya akan memberondongnya dengan banyak pertanyaan masalah wajahnya yang lebam ajur mumur tidak karuan.
Jelly yang sudah siap dengan koper di tangannya. Dia juga berjanji akan satu bulan sekali mengunjungi rumah tua yang satu-satunya peninggalan ibunya. Dia tetap memperkerjakan asisten rumah tangganya untuk merawat rumah peninggalan ibunya ini.
Melangkah perlahan menjauh sambil terus kedua matanya tak berkedip berpisah dari rumah yang sekitar lima tahunan sudah dia tempati. Rumah milik kakek neneknya untuk ibunya. Rumah warisan berharga yang menampung diri kami setelah ayah tidak membutuhkan ibu lagi. Rumah penuh kenangan dalam perjuangannya banting tulang pontang-panting ditengah derasnya hujan saat melamar pekerjaan. Jelly ingat betul susah payahnya dia dan ibunya di rumah ini.
Dengan mata berkaca-kaca dia masuk ke dalam mobil Fox yang sudah menunggunya.
Hingga mobil melaju dari halaman rumahnya menuju jalan raya. Sepasang matanya tidak berhenti menatap dari spion mobil rumah putih tua yang semakin jauh dan tak terlihat lagi.
Membuang nafas dengan sangat berat hingga hatinya mantap untuk meninggalkan semua kenangan tentang kota Bandung yang sudah membuatnya dewasa akan banyak hal.
Hingga perjalanan tiga jam lebih keduanya tempuh dengan menggunakan jalur tol dan sudah dapat dipastikan jika Fox pasti sangat lelah karena harus menyetir mobil sendirian.
Hingga akhirnya perjalanan panjang itu tiba. Keduanya sudah memasuki kota Jakarta dan disambut dengan gedung-gedung tinggi pencakar langit yang berdiri kokoh di sepanjang mobil Fox melewatinya.
Hingga mobil masuk di kawasan Mall besar dan mobil tetap melaju hingga sebuah kawasan apartemen di belakangnya.
Sementara Tamarin yang dibantu Tuan Kino untuk mengaitkan penutup barang istimewa di punggung belakangnya.
Bibir kembaran Brad Pitt seolah masih kurang saja menikmati tubuh kekasih gelapnya yang sudah memberikannya cinta seutuhnya itu.
Setelah Tamarin sudah selesai berpakaian rapi begitu juga Tuan Kino. Keduanya masih menggenggam manja jari satu sama lain untuk menuju lift dan menuju lantai Mall untuk menikmati makan malam.
Bersamaan dengan Fox dan juga Jelly yang tadinya akan langsung naik ke apartemen tetiba berubah pikiran dan mencari makan terlebih dahulu.
Fox memutar roda mobilnya menuju area parkiran Mall dan melewati mobil ayahnya yang samar-samar dia lihatnya karena mobil ayahnya adalah mobil yang limited edition.
Namun Fox tidak memperdulikannya karena kasihan dengan perut Jelly yang berteriak minta makan karena mengejar waktu supaya sampai Jakarta tidak kemalaman.
Keduanya kemudian keluar dari mobil menuju ke dalam Mall, bersamaan dengan Tuan Kino dan Tamarin yang saling bergandengan mesra keluar dari lift menuju Mall setelah turun dari apartemen eksklusif miliknya.
BERSAMBUNG
mungkin author nya penyuka permen