"Aku kira pernikahan ini seperti kisah di novel romansa yang sering aku baca. Berawal dari perjodohan dan berkahir dengan cinta sungguhan. Ternyata, aku salah." -Elyna Prameswa-
Menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta sudah lumrah pada cerita fiksi novel romansa modern. Beda halnya dengan Elyna yang mengharapkan suaminya melihatnya sebentar saja. Jangan hanya menjadikannya bahan jinjingan ketika menghadiri acara penting perusahaan. Padahal, pada nyatanya dia terus diabaikan selama menikah dengan pria yang bernama Rifal Addhitama. Seorang suami yang mengharapkan wanita lain untuk kembali padanya. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Akankah Elyna mampu mempertahankan rumah tangganya? Ataukah dia menyerah, memilih pasrah dan mengikhlaskan suaminya kembali ke pelukan wanita yang memang dia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Menghadiri Acara
Setelah mendapat baju yang senada dengan baju yang dibeli Elyna, Rifal pun mengajak Elya untuk menikmati suasana di mall tersebut. Rifal masih menautkan tangannya pada tangan Elyna.
"Mau es krim enggak?" Elyna nampak terkejut ketika mendengar tawaran dari sang suami.
"Aku gak terlalu suka sama es krim," jawab Elyna jujur.
"Terus mau apa?"
Aku ingin pulang. ingin istirahat, capek," jawab Elyna. Rifal pun tertawa dan mengusap lembut ujung kepala istrinya yang tertutup hijab.
"Kita pulang Sekarang." Elyna pun mengangguk.
Rifal pun membawa istrinya keluar dari mall tersebut dan melajukan mobil ke rumah besar milik sang ayah.
Rumah nampak sepi karena sang ayah sudah pergi ke acara yang memang diadakan oleh keluarga dari Addhitama. Kedatangan Elina disambut hangat oleh asisten rumah tangga yang berada di sana. Rifal melihat kedekatan antara Elyna dan para pekerja di rumahnya.
"Makasih, Mbak. Aku pengen istirahat dulu, ya," jawab Elyna dengan begitu sopan.
Elyna hendak masuk ke kamar tamu. Dahi Rifal pun mengkerut dan dia menarik tangan Elyna yang sebelumnya sudah menekan gagang pintu kamar tersebut.
"Kenapa?" tanya Elyna bingung.
"Kamar kamu bukan di sini."
"Ini kamar aku, Mas," sahut Elyna. Dia sudah terlalu lelah. Wajahnya pun sudah sedikit pucat.
"Kamu tidur di kamar kita."
Kita, sebuah kata yang memiliki banyak arti. Apakah suaminya ini sudah membuka hati untuknya? Elyna masih ragu. Belum sepenuhnya percaya. Dia hanya takut akan kecewa untuk kesekian kalinya
Rival pun menarik tangan Elina menuju kamar di mana tempat mereka berdua seharusnya. Elyna masih tidak percaya. Ini masih seperti mimpi. Dia belum terbangun dari mimpi indahnya.
"Katanya mau istirahat. Kenapa masih berdiri?" ucap Rifal. Elyna pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan wajah serta tubuhnya. Barulah dia naik ke atas tempat tidur.
"Enggak apa-apa 'kan, Mas. Aku tidur di sini, badanku pegal kalau tidur di sofa."
"Ini kamar kamu, El. Kenapa harus meminta izin?"
"Makasih, Mas. Aku tidur dulu."
Rival melihat ada yang berbeda dari wajah Elyna. Dia seakan tengah menahan rasa sakit, tapi Rifal tidak boleh berburuk sangka atau menduga-duga. Bisa saja memang Elyna kelelahan karena perjalanan cukup panjang.
Rifal tidak berani membangunkan sang istri. Biarkanlah Elyna terlelap, dan dia memilih pergi ke ruang kerja. Menyelesaikan pekerjaannya yang cukup terbengkalai karena harus mencari Elyna dan membujuk Elyna untuk kembali ke Jakarta.
Jam lima sore Rifal baru keluar dari ruang kerja. Dia masuk ke kamar dan sudah terlihat Elyna terduduk di samping tempat tidur
"Baru bangun?" Elyna menoleh ke asal suara. Dia menggangguk.
"Kamu sakit?" Elyna menggeleng dengan cepat. "Mungkin hanya lelah, Mas, sahutnya.
"Kalau kamu sakit, kamu nggak usah datang biar biar saya aja yang datang ke sana sendirian."
"Apa kata Papih nanti?" balas Elyna.
"Saya akan bicara sama Papih. Papih akan mengerti kok." Elyna menggeleng.
"Aku ikut, Mas." Elyna tetap ingin pergi. Dia tidak enak kepada ayah mertuanya.
"Aku bersiap dulu, ya." Elyna pun segera masuk ke kamar mandi. Rifal membiarkan istrinya terlebih dahulu membersihkan tubuh. Juga berdandan sebelum berangkat ke acara.
Ketika Rofal keluar dari kamar mandi, dia terpana akan kecantikan yang Elyna pancarkan. Dia sudah memakai baju pilihan Rifal. Elyna sudah menggunakan polesan make up yang begitu tipis tapi sangat cantik, dan cocok di wajahnya. Rifal sama sekali tidak bisa berkedip. Dia terpana.
"Mas," panggil Elyna. "Apa ada yang salah sama penampilanku?"
Rifal menggeleng. Dia pun melangkahkan kaki menuju Elyna. Tanpa dia sadari dia mersngkuh pinggang istrinya.
"Kamu sangat cantik,* ucapnya dengan begitu tulus. Wajah Elyna pun langsung merona dan memerah bak kepiting rebus.
Sebuah kecupan hangat Rifal berikan di kening Elyna. Seketika tubuh Elyna menegang.
"Saya pakai baju dulu, ya." Elyna hanya bisa mengangguk dan tidak bisa berkata apapun. Aroma tubuh suaminya seperti membuat desiran darah mengalir begitu deras.
Kini, Elynaa yang terpana melihat penampilan suaminya. Rifal meminta Elyna untuk mengancingkan kemeja yang dia kenakan. Elyna dengan senang hati melakukannya. Dari tadi Rifal terus menyunggingkan senyum dengan begitu lebar. Rifal melihat dirinya dari pantulan cermin. Di xepannya ada Elyna. Dia menyuruh Elyna untuk menghadap ke cermin. Dia merengkuh pinggang sang istri. Elyna menatap ke arah suaminya tak mengerti. Sedangkan Rifal masih tetap tersenyum dengan begitu bahagianya.
"Kenapa?" Elynaa benar-benar bingung melihat sikap suaminya yang aneh.
"Ternyata kita cocok." Elina pun tertawa dan mencubit pinggang sang suami
"Yuk kita berangkat." Rifal sudah mengulurkan tangannya ke arah Elyna. Sontak Elyna tercengang. Dia mematung dan membeku. Perlahan Rifal meminta Elyna untuk menyambut uluran tangannya. Perlahan, tapi pasti Elyna pun meletakkan tangannya di atas telapak tangan sang suami, dan Rifal menggandeng tangan istrinya dengan begitu erat. Rasanya tidak ingin melepaskannya.
Tiba sudah mereka berdua di rumah megah bercat putih. Elyna menatap ke arah sang suami dan Rifal hanya tersenyum. Dia menautkan tanganya pada Elyna.
"Saya ada di samping kamu." Sungguh perkataan yang membuat Elyna hangat. Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah mewah itu.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh Addhitama juga keluarga sang ayah.
"Pengantin baru," goda semua orang.
"Kapan nih punya baby. Udah gak ada anak kecil lagi loh," goda yang lainnya juga.
Rifal dan Elyna hanya tersenyum. Mereka berdua tidak menjawab apa-apa. Echa dan Nesha memperhatikan gerak-gerik Rifal dan Elyna.
"Itu bukan pura-pura," bisik Nesha dan dijawab anggukan oleh Echa.
Rifal melihat ke arah Rindra dan Radit yang tengah berbincang dengan sepupu ayahnya. Dia pun menghampiri kedua saudaranya. Namun, sebelumnya dia pamit terlebih dahulu kepada Elyna.
"Saya ke Radit dan Bang Rindra, ya." Elyna mengangguk. Dia juga akan menghampiri Echa dan juga Nesha.
Perlahan pagutan itu terurai. Ada rasa tak ingin meninggalkan pada hati Rifal. Baru beberapa langkah menuju kedua saudaranya, Rifal menoleh kembali ke belakang. Memastikan istrinya sudah berjalan ke arah kakak dan adik iparnya.
Elyna yang hendak menghampiri kedua iparnya terkejut ketika ada suara yang memanggilnya. Dia tahu suara itu.
"Kamu sudah kembali?" Elyna tersenyum dan mengangguk.
"Lusa aku baru mau ke sana," ucap pria itu.
"Enggak usah, Mas. Aku udah sembuh kok."
Fareeq menatap Elyna dari ujung kaki hingga atas kepala. Dia benar-benar terpukau akan kecantikan yang Elyna pancarkan malam ini. Elyna merasa risih dan memanggil Fareeq.
"Mas."
Fareeq pun tersasar dan dia tersenyum manis ke arah wanita yang masih dia cintai itu.
"Kamu sama siapa ke sini?"
"A--"
Pelukan dari belakang membuat Elyna terkejut. Begitu juga dengan Fareeq. Dia tahu siapa laki-laki itu.
"Sayang." Elyna pun menoleh ke arah samping di mana sang suami sudah meletakkan dagunya di bahu miliknya. Rifal mengecup cepat bibir Elyna dan mampu membuat Elyna dan Fareeq membeku.
di sat orang2 yg kita sayang telah tiad
salam dari sang mantan /Smile//Smile/
dan menepati janji ny
tapi masalalujugamshbrersemayam i dah do hati kang Rifal.
dan sakit
jangan berhara kepada manusia klu tak ingin kecewa dan sakit../Sob//Sob//Sob/
melihat kaudan dia...