**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maksimalkan acting
Leo tersenyum penuh kemenangan, uang 1 M tidak ada apa-apanya di banding apa yang akan dia dapatkan dari kakeknya nanti.
"Oh iya, sampe lupa ... nama gue Galeo Davin, panggil Leo." Ucap Leo tanpa mengulurkan tangan.
"Resha Alea, panggil aja Eca biar lebih akrab." Eca tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk sekedar berjabat seperti orang berkenalan pada umumnya.
"Ekhem ... Turunin tangannya, ga wajib juga kan gue berjabat tangan sama lo?" Tanya Leo dengan cueknya.
Eca memandang tangannya sendiri, dan tertawa hambar, "Oh, okey."
Setelah perkenalan, kemudian Leo dan Eca bertukar nomor ponsel untuk berkabar jadwal pertemuan selanjutnya.
"Aku pamit pulang ya, bye calon suami." Eca melambaikan tangannya pada Leo sebelum keluar dari mobil.
Leo bergidik mendengar perkataan (calon suami) dari mulut Eca. "Dah sana pergi." Usir Leo.
Oscar melihat senyum sumringah yang terpancar dari wajah Eca saat keluar dari mobil.
"Hai om bodyguard."Sapa Eca pada oscar sambil berjalan masuk ke cafe untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Apa yang sudah mereka lakukan di dalam? Batin Oscar penasaran.
Leo membuka kaca mobilnya, "Mau sampai kapan lo diem di luar? " Tegur Leo pada Oscar.
Dengan segera Oscar masuk ke dalam mobil, dan menghilangkan rasa penasarannya.
Namun sebelum Oscar bertanya, Leo menceritakan tujuannya bekerjasama dengan Eca, untuk mendapatkan warisan dari kakeknya.
***
Hari hari berjalan di lalui dengan menyenangkan oleh Eca, wanita itu merasa terjamin karena tawaran menggiurkan yang di katakan oleh Leo tempo hari.
Hari ini Leo sudah mengabarkan pada Eca melalui chat bahwa mereka akan melakukan pertemuan untuk melakukan fitting baju, dan Eca di minta untuk mengirimkan alamat rumahnya, agar Leo bisa menjemputnya agar prosesnya cepat.
"Udah cantik kan ... " Eca bermonolog di depan cermin.
Style hari ini menggunakan rok selutut dengan blouse crop top, menjadikan Eca terlihat lebih dewasa agar lebih sepadan jika berjalan dengan Leo.
*Klakson mobil berbunyi
"Nah itu pasti om Leo."
Tanpa membuang waktu lama, Eca mengunci pintu dan langsung menghampiri mobil yang melipir di depan rumahnya.
Dengan percaya diri, Eca membuka pintu penumpang dan Leo ada di dalamnya yang sedang sibuk memainkan ponsel.
"Halo om bodyguard."
"Halo om Leo."
"Ck ... Jangan panggil gue om."
"Hm ... Menolak tua."
"Oh ya, harus lo tau ... Ini Oscar, asisten pribadi gue ... Dan catat, dia bukan bodyguard. Tubuhnya tidak sekeren itu untuk di sebut bodyguard."
Anda iri pak.
"Lalu kemana kita hari ini?"
"Bukannya gue udah bilang ya tadi di chat? Memori ingatan lu kayaknya 512kb doang."
"Ya maaf, namanya juga basa-basi. Eca mencebikan bibirnya.
Leo tidak menanggapi, pria itu kembali memainkan ponselnya.
Di dalam mobil tidak ada obrolan apapun ... Sampai akhirnya mobil terparkir di depan butik yang di tuju.
"Turun!" Ucap Leo pada Eca yang masih memandangi butik dari dalam mobil.
"Sabar dong!"
Bocah ini udah berani sama gue!
Eca turun, dan langsung menggandeng lengan Oscar. "Eca mau sama om Oscar aja." Ucapnya dengan nada manja.
"Mba Eca, tolong di jaga sikapnya, atau saya yang akan terkena imbas. Mohon kerjasamanya." Bisik Oscar dengan penuh penekanan.
Sedangkan Leo, dia sama sekali tidak peduli apa yang di lakukan oleh calon istrinya itu pada Oscar.
"Sudahlah Oscar, turuti saja apa yang gantungan kunci itu mau, agar prosesnya cepat selesai." Ucap Leo dengan nada sedikit memohon.
"Baik pak." Jawab Oscar patuh.
Selalu di bilang gantungan kunci sama tiang listrik satu ini no problem! Yang penting sebentar lagi hidupku akan berkualitas tanpa hutang! Ucap Eca dalam hati.
Eca mencoba beberapa gaun pengantin, semua yang Eca pilih selalu terlihat cantik saat di gunakan pada tubuhnya. "Bagaimana? Cantik kan?"
Pelayan butik mengangguk ramah, "Cantik nona."
"Aaah ... Aku tau itu." Sahut Eca yang terlampau percaya diri.
"Hhuh ... Baru mencoba gaun saja sudah merasa menjadi princess." Gumam Leo yang masih bisa di dengar oleh Eca.
"Emang kenyataannya seperti itu!" Jawabnya dengan nada kesal.
"Menurut gue, lo lebih pantes pake baju hansip sih."
"Hah?!" raut muka Eca berubah menjadi kesal saat Leo tak henti meledeknya.
Oscar datang ke tengah-tengah antara Leo dan Eca berusaha menengahi.
"Sst ... Mba Eca, sudahlah. Biar cepat selesai ayo selesaikan fitting bajunya.
"Ngeselin banget nih dia! Tunjuk Eca pada Leo.
Oscar menunduk sebagai permintaan maaf kepada pelayan butik, karena Eca dan Leo sudah membuat sedikit keributan dengan berdebat di hadapannya.
Sepulang dari butik, Eca tidak langsung di antar pulang, mobil Leo terus menjauh dari jalanan menuju arah pulang rumah Eca.
"Eh, ini kemana lagi?"
"Ke rumah kakek gue! Oscar tolong sebutkan poin-poin penting yang harus gantungan kunci ini tau."
Oscar menepikan mobilnya sesaat, pria itu mengeluarkan secarik kertas kecil.
"1. Mbak Eca dan Pak Leo berkenalan lewat sosial media, 2.Tidak boleh ada siapapun yang mengetahui tentang perjanjian pra nikah yang sudah kalian sepakati 3.Mba Eca di larang banyak bicara saat pertemuan nanti." Ucap Oscar yang melipat kembali kertasnya dan melanjutkan perjalanan ke mansion utama Zalendra, kakek Leo.
Sesampainya di luar mansion Eca ternganga melihat rumah yang sangat besar, dengan arsitektur yang luar biasa mewah.
"Wah ... Ini rumah kakek Om Leo."
Leo menahan geram saat lagi lagi Eva menyebutnya dengan sebutan om.
"Panggil gue sayang setiap di depan anggota keluarga gue dan sanak saudara yang lain, jangan buat mereka mencurigai settingan yang sudah kita buat.
"Oke sayang." Jawab Eca patuh.
"Nanti panggil sayangnya kalau udah di dalem rumah kakek gue!" Tegur Leo sedikit emosi.
Oscar melihat ekspresi Eca pada kaca spion mobil, dan Eca menyadari itu.
"Apaan om Oscar ngintip-ngintip?" Ucap Eca dengan sedikit emosi karena malu sudah di permalukan Leo.
Oscar langsung berpura pura membenarkan posisi kaca spionnya, "Saya hanya membetulkan kaca spionnya mbak." Sahut Oscar santai.
"Huh! Alasan pasti." omel Eca.
"Hei gantungan kunci bisa diam tidak?! aku pusing dengan semua tingkahmu." Leo kembali menegur Eca.
Eca tertunduk diam, khawatir Leo akan mencari wanita lain untuk tawaran ini kalau Eca tidak jadi wanita penurut.
Sedangkan di balik kursi kemudi, Oscar menahan tawanya sekuat mungkin. Wajah Eca jika sudah di marahi Leo sangatlah lucu menurutnya.
Mobil sampai di mansion Zalendra.
Beberapa pegawai berlalu lalang di sekitar, ada tukang kebun, security di gerbang masuk, dan dua orang seperti bodyguard sungguhan yang berjaga di depan pintu utama.
"Sudah seperti istana saja, banyak penjaga nya."
"Maksimalkan acting lo bocah! Jika lo tidak membuat onar kali ini ... Gue akan kasih uang saku 200rb cash hari ini."
"Tapi tidak di potong dari uang yang 1 milyar itu kan?" Tanya Eca polos.
"Tutup mulutmu gantungan kunci!" Sentak Leo dengan suara berbisik.