Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Ingin Menciumnya Lagi
Keenandra semakin gugup saat mendapati sang mertua juga istrinya meminta untuk mengangkat deringan ponselnya. Ia tidak mungkin melakukan hal demikian. Apalagi saat ini sedang berada di kediaman mertuanya.
''Bukan siapa-siapa! Hanya rekan bisnis biasa," sahut Keenandra dengan berusaha bersikap tenang.
Keenandra tersenyum dalam kebimbangan. Baru kali ini dia harus berbohong penuh di hadapan sang mertua. Ia pun harus berat hati mengabaikan panggilan telfon wanita yang masih menjadi kekasihnya.
"Maafkan aku Celline. Aku harus memilih di antara dua pilihan. Aku sudah menikah." Keenandra berbisik di dalam hati. Wajahnya dipenuhi ketegangan.
"Oh, ya. Sesore ini masih ada rekan bisnis yang menghubungimu, Mas. Sebenarnya tidak apa-apa juga diangkat." Jasmine sengaja mencari perkara untuk mengerjai suaminya.
"Aku lebih memilih istriku dan mertuaku. Jarang-jarang kita bisa berkumpul seperti ini, Sayang." Keenandra terus berkelit dalam keadaan hatinya dag-dig-dug tak karuan menghadapi situasi yang begitu menegangkan.
"Hmmm." Jasmine tersenyum tipis di balik cadarnya. Pikirnya dia berhasil membungkam kesombongan sang suami.
"Ya sudah tidak apa-apa Nak Keenan. Ayo dicicipi lagi camilan dan minumannya." Umma Hanin tersenyum. Dia sama sekali tidak ingin su'udzon pada sang menantu.
Sore itu pun keluarga kecil itu terlihat bahagia. Mereka seperti keluarga yang begitu harmonis. Padahal, pria arogan itu berusaha menyembunyikan perasaannya yang tak karuan.
"Dalam keadaan seperti ini rasanya aku ingin menciumnya lagi. Awas saja jika ada kesempatan berdua aku akan menghukumnya." Keenandra merasa gemas melihat Jasmine yang terus memanas-manasi keadaan.
Rasanya pria itu tak sanggup lagi menahan diri. Jika terus berada dalam situasi yang tak menyenangkan.
"Maaf, sepertinya saya harus pulang dahulu, Tuan, dan nona muda juga umma." Asisten Kyano bisa memahami keadaan.
"Kamu boleh pulang, tolong hubungi orang yang akan mengambil motor matic istriku. Mobil biar aku dan istriku yang mengendarai. Kau boleh pulang sendiri bersama orang suruhan kita sembari mengantarkan semua barang-barang milik istriku."
Kenandra menyeringai tipis. Dia sengaja mengerjai asisten Kyano. Kini, gilirannya bermain pintar.
"Maksudnya apa coba?" Jasmine kesal sendiri. Dia sangat paham apa yang ada di dalam pikiran Keenandra.
Kyano hanya mengangguk pelan cukup dengan satu kedipan dari Keenandra dia pun tunduk patuh. Asisten Kyano gegas menghubungi orang suruhan mereka untuk menjemput semua barang-barang Jasmine.
"Kamu tidak perlu khawatir istriku. Asisten Kyano bisa mengatasi semuanya. Ia pun mengetahui password apartemenku. Meskipun begitu, dia tidak akan masuk ke sana tanpa izinku. Kami saudara sepupu yang saling mengasihi satu sama lain. Bukan begitu Kyano?" Keenandra tersenyum devil. Kyano hanya meng-iyakan saja apa yang diucapkan oleh atasannya yang menyebalkan.
"Maa syaa Allah, terimakasih nak Keenan. Kamu memang menantu umma yang baik. Jasmine beruntung bersuamikan kamu."
Umma Hanin tersenyum senang. Ia yang semula ragu putri mereka tidak bahagia. Akhirnya mempercayai sang menantu karena sikap Keenandra yang begitu terlihat meratukan putri mereka.
"Ini sudah kewajiban saya sebagai suami umma. Kami akan pulang malam nanti. Satu jam lagi mungkin sudah memasuki waktu sholat Magrib."
Keenandra berpura-pura melihat jam tangan. Padahal, dia pun lupa kapan waktu adzan Maghrib akan berkumandang di pukul berapa. Hanya saja ia ingin dilihat baik di mata sang mertua.
"Maa syaa Allah nak Jasmine, suamimu ternyata begitu sangat taat. Semoga kalian bisa menjadi imam dan makmum yang baik. Silahkan ajak suamimu beristirahat dulu, mungkin dia kelelahan." Umma Hanin tak henti melukis senyuman. Dia senang melihat keharmonisan putri mereka.
"Iya, Umma." Jasmine mengangguk pelan. Dia pun berpura-pura bersikap manis pada sang suami.
"Ayo, Mas. Mungkin kamu memang kelelahan," ujar Jasmine sembari menggenggam jemari tangan sang suami dan menuntunnya menuju kamar lantai atas.
"Aku melakukan ini karena umma. Tolong jangan kepedean," bisik Jasmine setelah mereka menjauh dari sang umma.
"Benar pun tidak apa-apa, Sayang. Kita kan sudah suami-istri." Keenandra semakin bertingkah menyebalkan, membuat Jasmine semakin kesal.
"Jangan bermimpi terlalu tinggi! Aku tak semudah itu mempercayai bualanmu," tekan Jasmine dengan raut wajah masam.
"Istri sholiha itu mestinya tidak berwajah masam. Dia harus bisa menyenangkan dalam pandangan suaminya," ucap Keenandra.
Pria arogan itu tidak bisa melupakan bagaimana pesona dan kecantikan Jasmine saat tak sengaja melihat wajah di balik cadar itu. Rasanya ia ingin terus berada di sisi sang istri.
"Kamu yang membuatku bersikap ketus padamu. Kau lupa jika telah mencaciku buruk rupa. Kenapa saat ini malah menempel seperti perangko yang tak ingin lepas dari perekatnya?" geram Jasmine sembari melepaskan genggaman tangannya.
"Semakin kau marah dan bersikap cerewet padaku maka kau akan terlihat menggemaskan sekali," bisik Keenandra sembari menutup cepat pintu kamar mereka.
"Mau apa?" sentak Jasmine saat Keenandra mulai terlihat menyeramkan di matanya.
"Mau ini!" bisik Keenandra sembari menarik kain penutup wajah Jasmine.
"Kamu jangan kurang ajar ya. Niqabku!" seru Jasmine sembari hendak merebut cadar hitamnya yang kini berada di genggaman Keenandra.
"Aku tidak akan memberikannya padamu. Biarkan aku menikmati keindahan wajah istriku!" ungkap Keenandra sembari menyelipkan kain penutup cadar Jasmine di saku celananya.
"Kamu!" Jasmine bersikeras untuk mengambil kain penutup wajahnya di saku celana sang suami. Namun, semakin dia berontak Keenandra semakin suka mengerjainya.
"Hati-hati! Nanti salah pegang. Akibatnya akan fatal," bisik Keenandra sembari menunjuk ke arah Keenandra junior miliknya.
"Dasar suami mesum!"
Jasmine hendak memukul dada bidang suaminya. sumpah demi apapun dia merasa malu dengan ucapan absurd sang suami.
"Tahan tangan mulusmu ini untuk memukulku! Jika begini kau akan membuat gelora rasaku terpikat padamu." Keenandra menarik tangan mulus Jasmine sehingga sang istri terjatuh dalam dekapan dada bidangnya.
Degh.
Perasaan keduanya mendadak berdebar tak karuan saat kedekatan mereka semakin intens. Jasmine bisa merasakan detak jantung sang suami yang semakin berdebar tak karuan.
"Apa ini ya Rabb? Aku tidak boleh terhipnotis oleh rayuannya," batin Jasmine dengan berusaha menetralkan degup jantungnya yang berdetak kencang.
"Aku tidak bisa membohongi rasaku sendiri. Rasanya aku ingin menciumnya lagi," batin Keenandra dengan h4srat yang telah diliputi kabut gairah.
"Menjauhlah dariku!" Tekan Jasmine sembari mendorong keras dada bidang Keenandra.
"Tidak bisa istriku!" bisik Keenandra dengan hasr4t yang kian membuncah pada sang istri.
"Jang__
"Mhhhh."
dan orang tua keenan dan Jasmine tau perlakuan kenann terhadap Jasmine sangat menyakiti Jasmine... seharusnya sebagai orang tua menanyakan keinginan anaknya bukan memaksa kan kehendak nya.. dan orang tua kenaan tidak berterus terang kepada abba dan umma tentang kenaann dan sekarang Jasmine yg harus menanggung kebencian dan kekesalan akibat kekecewaan dari perjodohan ini.