Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Bandara
Waktu sekarang sudah menunjukan pukul sebelas siang. Abizar baru saja keluar dari ruangan direktur karena Pak Jefri memanggilnya tadi. Pak Jefri memberitahukan jika besok pagi Abizar harus berangkat ke Jepang selama empat hari untuk melakukan uji coba ke dua pada mesin proyek yang dikerjakannya di sana.
'
Abizar mengambil ponselnya untuk menghubungi Nia. Abizar ingin mengajak Nia pergi makan siang bersama sekaligus memberi tahu jika besok pagi ia akan pergi ke Jepang.
Wajah Abizar berbinar ketika mendengar suara wanita yang selalu memenuhi pikirannya belakangan ini. Namun senyum diwajahnya seketika berganti kecewa setelah mendengar jawaban Nia.
"Maaf, Abi. Hari ini mama meminta ku menemaninya belanja untuk acara pertunangan kakak ku."
"Iya. Tak masalah. Aku ingin memberitahu mu besok aku akan pergi ke Jepang."
"Oh, ya ? berapa lama ?" tanya Nia
"Mungkin sekitar empat hari."
"Kalau begitu hati-hati. Aku tutup dulu telponnya. Mamaku sudah datang."
Abizar menghela napasnya tidak bersemangat karena tidak bisa bertemu dengan Nia sampai lima hari kedepan. Akhirnya Abizar pergi makan siang bersama teman-temannya yang lain di kantin yang ada di kantornya.
Rupanya Abizar masih jadi buah bibir karyawan di kantornya. Meskipun sudah satu bulan kepulangan Abizar, tapi masih saja mereka membicarakan tentangnya. Menganggap Abizar di keluarkan dari proyek yang bernilai jutaan dolar. Karena sampai saat ini tidak ada penjelasan dari mulut Abizar. Ia merasa tidak perlu melakukan itu. Karena bila sampai waktunya tiba pasti mereka akan mengetahuinya sendiri.
"Sabar ya, Bi." seorang teman yang duduk bersama Abizar memberi semangat kepadanya yang di balas dengan senyuman oleh Abizar.
Keesokan paginya, Abizar sudah sampai di bandara lebih awal. Keberangkatannya masih sekitar satu jam lagi. Abizar memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu di cafe yang ada di sana.
Saat tengah menikmati sarapannya, seseorang datang berdiri di hadapan Abizar. Perlahan Abizar mengangkat wajahnya. Ia terdiam sejenak memastikan jika ini bukan mimpi. Benarkah Nia yang ada didepannya sekarang.
"Selamat pagi, Bi." Nia menarik kursi dan duduk di depan Abizar.
"Pa-pagi, Nia." balas Abizar dengan terbata karena masih merasa terkejut.
"Bagaimana kau tahu aku di sini ?" tanya Abizar.
"Kau pasti lupa. Bukankah tadi malam kau mengirimkan foto pemesanan tiket pesawatnya." Abizar memang tidak mengatakan pukul berapa dia akan berangkat tapi ia hanya mengirimkan foto tiketnya. Abizar tidak menyangka Nia akan datang menemuinya di bandara. Selama setengah jam mereka duduk sarapan bersama sampai suara airport announcement untuk penumpang dengan tujuan Bandara Haneda Tokyo harus melakukan boarding.
Nia mengantar Abizar sampai di depan pintu keberangkatan. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengantar ku." Abizar merasa terharu sekaligus bahagia.
"Sebenarnya aku ingin ikut. Tapi kau tidak mengajak ku pergi." ucap Nia pura pura sedih dan membuat Abizar terkejut.
"Benarkah ? aku bisa menunda keberangkatannya untuk menunggu mu bersiap." kata Abizar serius. Ia begitu bahagia jika Nia pergi bersamanya.
Nia tertawa mendengar perkataan Abizar sehingga membuat Abizar bingung. "Tidak, aku hanya bercanda. Pergilah sekarang dan cepat kembali." ucap Nia.
"Hmm, sampai bertemu lagi." nada suara Abizar sedikit kecewa kemudian dia melangkah pergi diiringi dengan lambaian tangan Nia. Senyuman terus menghiasi langkahnya yang begitu bersemangat untuk pergi dan ingin segera pulang. Nia masih berdiri di tempatnya sampai punggung Abizar menghilang dari pandangannya.
