Anggap saja Kenzo psikopat yang tidak bisa hidup dengan satu wanita. Tapi setelah mengenal Bulan hidupnya berubah. Dia mulai jatuh cinta, dan kebiasaan buruk itu hilang seketika
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Bulan
Ehem...
"Kau pasti sedang sakit ya? Bicaranya jadi ngawur, sebaiknya kau saja yang di periksa dokter bukan aku"
Ucapku sambil membalikkan badan membelakangi Kenzo.
Kenzo lalu memelukku dari belakang.
"Aku sudah lama jatuh cinta padamu, tanpa ku sadari...
Hatiku sakit ketika harus tau kau akan meninggalkanku,
Itu alasan mengapa 2 minggu terakhir aku sering pulang pagi dan tak menyentuhmu,
Bukan karena aku dengan wanita lain,,aku tidak ingin hutangmu cepat terlunasi, aku tidak siap kau tinggal pergi...
Sejujurnya hutang itu tak berarti apapun untukku, Itu hanya alasanku untuk tetap bisa bersamamu Bulan...
Aku lelah menjadi bajingan, aku ingin merubah segala hal buruk yang ada pada diriku..
Aku...
Aku ingin kau menjadi istriku yang sesungguhnya, begitupun sebaliknya, Aku ingin menjadi suami yang sesungguhnya untukmu...
Dan ketahuilah, sikap baikku itu bukan pura-pura bukan akting...
Aku memang bodoh, terlalu gengsi mengakui ini bahwa, Aku sangat mencintaimu...
Dengan segala kekuranganku, terimalah cintaku Bulan,
Kau bisa menghukum ku seberat mungkin...
Dont leave me..."
Hati ini bergetar, aku sendiri sulit untuk memilih apa yang menjadi kata hatiku.
Yang jelas, hatiku belum bisa percaya sepenuhnya pada Kenzo, pasti sulit mengubah sifat yang keras kepala dan tempramental dalam waktu singkat, aku tidak mau terjebak lagi hidup bersama pria seperti Kenzo.
"Kau bohong!
Kau bilang akan melepaskan ku, tapi karena kakek datang kau memintaku tinggal lebih lama disini ! Di sangkar emas ini?
Kau bukan pria atau suami idamanku Kenzo,
Ku belum beranjak dari rumah ini karena aku tidak mau melihat kakek kecewa, kedatangannya kesini untuk melihat sandiwara kita..."
Aku mengusap air mata yang menetes.
Kenzo membalikan badanku, dia lalu memegang bahuku erat.
"Aku akui, awalnya semua itu memang akting, awalnya aku hanya memperalat mu untuk meyakinkan kakek bahwa sekarang aku pria baik-baik demi harta warisanku...
Tapi aku tidak tau kalau akhirnya aku mencintaimu Bulan...sungguh!"
Aku memalingkan wajah dari Kenzo.
"Aku tidak mau memulai hidupku dari hal buruk,
Kau dan ibuku orang jahat !
Kalian tidak bisa merasakan bagaimana hidup tanpa harga diri ! Seperti ibuku yang begitu mudah menjual ku padamu, dan kau yang menjadikanku budak nafsumu...
Ketika hari yang ku nanti tiba, kau menahanku dengan alasan mencintaiku???!"
"Itu bukan alasan Bulan, aku mengatakannya dari hatiku yang paling dalam!!"
Jelasnya sambil kembali memelukku.
Aku melepaskan pelukkannya.
"Kau bicara tentang hati? Apa kau yakin orang sepertimu memiliki hati?!"
"Aku akan berubah lebih baik lagi, aku berjanji..."
Kenzo berlutut di depanku, mencium tanganku dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Aku butuh kebebasan, bukan janjimu, Kenzo!!"
Kenzo menunduk, mungkin dia menyembunyikan air matanya yang menetes.
"Baiklah...
Aku tidak mampu menahan mu lebih lama, bahkan setelah ku nyatakan cintaku kau masih bersikeras ingin pergi dari sisi pria brengsek yang menyedihkan ini...
Tapi dengan satu syarat, tinggalkan aku bila kau tak mengandung anakku !"
'Dhegg'
Bagaimana Kenzo bisa berfikiran sama sepertiku? Ini pasti karena pengaruh kakek yang mendesak Kenzo untuk membawaku ke Dokter.
Aku masih belum memutuskan.
"Jawablah Bulan! Kalau kau tidak hamil, pergilah kemanapun kau mau, Aku takan mengganggu hidupmu lagi,
Tapi jika Dokter menyatakan kau mengandung anakku, sejengkal pun jangan pernah berfikir kau bisa pergi dariku, karena Aku takan membiarkannya..."
Kenzo kembali mencium tanganku.
"Bagaimana Bulan??"
"Baiklah !!"
Kenzo memelukku erat dan mencium keningku.
"Aku bukan milikmu mulai hari ini! Kau sendiri yang bilang!"
Tegas ku sambil mengelap bekas kecupannya.
"Kau bukan milikku jika aku telah memberimu surat cerai,
Sebelum aku memberikan itu, sampai kapanpun kau tetap Istriku.."
"Aku tunggu di ruang tamu, jangan terlalu banyak berfikir dan membuatku menunggu!"
Kenzo tersenyum lalu beranjak keluar dari kamar, meninggalkanku sendiri dengan penuh kebimbangan.
Aku telah berdandan rapi.
Apa yang akan terjadi setelah ini? Aku sendiri pun takut jika hidup atau tidak tanpa Kenzo keduanya membuatku takut.
"Sudah siap??"
Ucap Kenzo seraya menggenggam tanganku.
"Dingin sekali tanganmu, Bulan?? Apa yang kau takuti??"
Tanya Kenzo dengan wajah panik.
"Kau, Kenzo!"
Jawabku ketus.
"Aku??!"
"Iya, kamu !"
Kenzo tersenyum.
"Tidak usah takut, kemarin malam kau sampai menutup mulutmu apa itu karena saking takutnya...."
"Hentikan ! Jangan bahas itu, nanti kakek mendengar"
Bisik ku sambil tengok kanan-kiri.
Kenzo lalu menuntunku.
"Biarkan saja laki-laki tua itu dengar, jadi dia tau aku pun sudah bekerja keras untuk memberinya cucu buyut...
Hhaaah dia fikir mudah membuatnya ?"
Aku tidak menjawab, hanya melirik Kenzo sesaat.
Kamipun masuk kedalam mobil. Sepanjang perjalan perutku kembali tidak nyaman.
'Hhhmmbbb...hhuuekk!'
Stop stop,,Aku ingin muntah"
Kenzo lalu menghentikan mobilnya, Aku segera keluar dari mobil.
'Hhuuekk !!'
Hanya mual, tidak membuat apa yang tadi aku makan keluar kembali.
Kenzo membelikan ku minum.
"Minumlah...
Apa dengan keadaanmu yang seperti ini kau yakin kalau kau tidak hamil..? Kalau aku sih sangat yakin walau dokter belum memeriksanya..."
"Aku masuk angin!"
Jawabku sambil memegangi perutku.
"Masuk angin karena sering bergadang dengan ku, dan aku jamin lama-lama perutmu akan kembung..."
Balas Kenzo dengan senyum liciknya. Hhhh sifat liciknya memang belum hilang rupanya.
Aku memperhatikan sekeliling, mataku terbelalak ketika diujung jalan ada penjual rujak yang sangat kuinginkan.
Aku merengek pada Kenzo, menarik-narik bajunya seperti anak kecil.
"Kenzo... Itu tukang rujak..
Ayo ke sana, Kau kan sudah janji akan membelikan rujak untukku..
Kenzo... Ayoo"
"I..iyaa! Sabar dong, jangan menarik bajuku seperti ini, nanti bajuku bisa rusak,.
Ya sudah masuk dulu kedalam mobil"
Aku menuruti apa yang Kenzo perintahkan, rasanya senang sekali ketika berhenti di depan pedagang rujak itu.
"Pak, berapa harga rujaknya??"
Tanyaku lewat jendela mobil.
"Satu bungkus 15 ribu mbak"
Jawab penjual rujak itu ramah.
"Aku beli 4 bungkus ya?"
Pintaku pada tukang rujak itu.
"Baik mbak, saya buatkan sambalnya dulu..."
Seketika hadir di benakku sesuatu yang aneh. Aku melirik Kenzo yang tengah menatapku juga.
"Ada apa?? Apa lagi yang kau inginkan??"
Tanyanya dingin tanpa ekspresi.
"Kau mau menuruti kemauan ku??"
Kenzo menghela nafas.
"Kau mau apa? Sebutkan saja Bulan...
Uangku sangat banyak...atau kau mau gerobak rujak itu plus penjualnya??
Aku bisa mengabulkan itu dengan mudah..!"
Ucap Kenzo sombong.
"Permintaanku tidak serumit itu..."
Jawabku sambil melihat si penjual yang tengah mengiris-iris beraneka macam buah.
"Lantas apa??
Mau shoping? Traveling? Ke salon? Lunch atau...?"
"Tidak! Bukan itu semua...
Aku ingin kau yang mengulek sambal rujak itu untukku"
"Whatt??"
Kenzo terkejut plus salah tingkah. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Yang benar saja Bulan...Aku sudah sekeren ini tapi kau malah..??
Oh My God..
Ngulek sambal ??"
Aku merasa kecewa dengan jawaban Kenzo.
"Aku fikir kau akan menepati janjimu, kau bilang kau bisa memberi apa pun yang ku minta, hiks hiks"
Protesku kesal dengan mata yang mulai sembab.
"Kenapa kau jadi cengeng seperti ini..?
Baiklah baiklah...jangan jatuhkan air matamu,
Aku akan melakukan apa yang kau inginkan, ok ?
Mengulek sambal tidak sulit, kau lihat kan lenganku yang berotot ini..
Aku dengan mudah ******* cabai-cabai itu..."
Kenzo lalu keluar dari mobilnya dengan wajah kikuk. Mungkin sebenarnya dia terpaksa melakukan itu karena gengsinya yang tinggi.
Kenzo menghampiri penjual rujak itu sambil senyum-senyum padaku.
"Bulan, lihat kan aku akan melakukan apapun yang kau minta!!
Pak biar saya yang membuat sambalnya..."
"Tidak usah Mas, biar saya saja"
Ucap pedagang rujak itu merasa tidak enak.
"Anda lihat wanita cantik di dalam mobilku itu? Dia tengah hamil muda, aku hanya sedang membuatnya senang karena menuruti permintaan anehnya!"
Jelas Kenzo dengan sikap sok manis yang ia tunjukkan padaku, menggelikan, terlihat sekali kalau itu akting.
"Pak Kenzo, mohon untuk lekas membuat sambalnya, karena kepalaku sudah mulai pusing"
Keluhku sambil sedikit memijit pelipisku.
"Siap Nyonya bawel!"
Jawab Kenzo yang langsung bergegas, pedagang itu yang menyiapkan bahan-bahannya dan Kenzo yang mengulek nya.
Lucu sekali melihatnya sampai bercucuran keringat. Kenzo si pria angkuh hari ini dia mau mengulek sambal di cobek, rasanya aku ingin terbahak-bahak.
Sambil mengelap keringatnya yang bercucuran dia membawa rujak yang dari tadi kutunggu-tunggu.
"Ini yang kau mau...
Kau lihat keringatku yang bercucuran ini?? Ternyata ini lebih menguras tenaga di banding perang di ranjang bersamamu..."
Nafasnya terengah-engah, Kenzo kembali mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.
Aku mengambil selembar tisu dari tasku, dengan ragu-ragu aku mencoba menyeka keringat di dahi dan di pelipis Kenzo yang bercucuran.
Kenzo menoleh ke arahku dengan senyum, kembali fokus menyetir namun dia tidak melepaskan tanganku yang tengah mengelap keringatnya.
"Makasih ya, Kenzo"
Ucapku dari hati yang tulus karena dia sudah membuang segala gengsi dan egonya demi mengabulkan permintaanku walau awalnya dia terlihat keberatan.
"Justru, akulah yang harus berterima kasih,
Makanlah, itu kan yang kau mau..
Dan rasa sambalnya itu pasti luar biasa, karena Aku membuatnya dengan cinta..."
Ujar Kenzo sedikit gombal.
"Oya? Bukannya kau membuat sambal itu dengan cobek dan ulek kan??"
Kami berdua pun tertawa, walau masih terasa canggung.