Tak semua wanita ikhlas untuk dimadu, hanya wanita-wanita terpilih yang bisa menerima hal itu.
Cordelia Almira seorang perawat cantik dan Istri dari Manajer Eksekutif the Star Resort Jerone Rigel Ervinosa. Mereka telah menikah selama 5 tahun, tetapi belum juga dikarunia seorang anak.
Meskipun belum dikaruniai buah hati, hubungan pernikahan mereka tetap harmonis tak ada yang berubah sampai suatu hari hadirlah seorang wanita di tengah-tengah mereka.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Kini pernikahan yang awalnya penuh warna pelangi menjadi hitam gelap dan berkabut.
Akankah Elia bisa mempertahankan pernikahanya dan menerima untuk dimadu, atau sebaiknya?
Kalian bisa follow ig author : Novi_Rahajeng
Dan bisa baca karya author yang judulnya Papa Bucin yang posesif.
Karya ini adalah orisinil cerita dari author sendiri. Jadi, dilarang keras plagiat!
Cover by : Novi Rahajeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi rahajeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Cerai
Rigel mengemudikan mobilnya melaju pergi dari area rumah Elia, Dia terus saja memukul-mukul stir kemudi. Hatinya benar-benar hancur berkeping-keping saat mendengar bahwa Elia sudah mengirimkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama .
Tiba-tiba ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari telepon rumah.
Rigel : Halo ada apa, bi?
Bi Ina : Begini Tuan, apakah Anda tidak pulang? Soalnya ada paket untuk Anda.
Rigel : Paket apa, bi?
Bi Ina : Sepertinya sebuah dokumen Tuan.
Rigel : Oh ... Kalau begitu bisakah bibi coba bukakan dulu.
"Bi Ina : Memangnya tidak apa-apa, Tuan.
Rigel : Tidak apa-apa, buka saja.
Setelah itu, bi Ina membuka map yang ada di tangannya. Matanya terbelalak ketika melihat isi kop surat itu tertulis dari pengadilan Agama. Jantungnya berdebar dengan kencang, dia takut kalau sesuatu yang tak di inginkan terjadi sehingga Bi Ina tak melanjutkan membukanya.
Bi Ina : Itu, Tuan. Sepertinya surat dari pengadilan Agama.
Shiitt ....
Rigel mengerem mendadak ketika mendengar kalau Ia telah mendapatkan surat Panggilan dari Agama. Jantungnya memompa semakin cepat, dia segera mengemudikan mobilnya melaju menuju rumahnya.
Pikiran Rigel menjadi lebih kalut ketika mendengar dia sudah mendapatkan surat dari Pengadilan Agama. Dengan kecepatan tinggi, Rigel menembus jalan tol bandung jakarta agar segera sampai di rumah.
Sesampainya di rumah, dia segera turun dari mobil dan berlari masuk ke rumah.
"Bi ..." panggil Rigel saat tak menemukan bi Ina.
Mendengar ada suara panggilan, Bi Ina yang masih mengambil pakaian segera berlari menuju rumah.
"Lho, Tuan sudah pulang?" tanya bi Ina.
"Suratnya mana?" bukanya menjawab pertanyaan dari bi Ina, Rigel justru langsung menanyakan surat dari Pengadilan Agama.
"Oh, sebentar Tuan saya ambilkan dulu." Bi Ina segera pergi meninggalkan Rigel untuk mengambilkan surat itu yang dia simpan di kamarnya.
Tak lama kemudian, Bi Ina sudah kembali lagi dengan membawa sebuah map coklat di tangannya.
"Ini, Tuan," ucap bi Ina seraya menyodorkan map itu ke Rigel.
Rigel segera meraihnya, dan membuka isi dari map itu. Di dalam map terdapat selembar kertas yang bertuliskan dari pengadilan Agama. Saat membaca kata demi kata, tubuh Rigel melemas sampai membuatnya jatuh ke lantai.
"Astagfirullah hal azim, Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya Bi Ina.
Mata Rigel memerah, dadanya terasa sesak, genangan air mata sudah siap untuk tumpah. Di remasnya surat panggilan untuk datang ke sidang pertama atas gugatan cerai dari Elia.
Rigel tak menyangka bahwa Elia benar-benar telah menggugat cerai dirinya dan itu di setujui oleh pengadilan Agama.
"Tuan, apa ada masalah?" tanya Bi Ina lagi, tetapi tak di hiraukan oleh Rigel. Pikirannya benar-benar kacau, sampai suara panggilan Bi Ina tak terdengar. Hanya ada bayang-bayang pernikahannya selama ini terlintas kembali menari di pikirannya.
Tanpa berpikir panjang, Rigel segera bangun dari tempat duduknya dan pergi menuju pengadilan agama yang tertulis di kop surat itu. Dia ingin datang untuk mengajukan penolakan gugatan dari Elia.
"Aku, tidak mau bercerai secepat ini! Aku harus melakukan segala cara agar perceraian ini gagal!" gumamnya yang kemudian menelfon pengacaranya untuk membantu soal kasus perceraian yang di ajukan oleh Elia.
***
Di sisi lain, terlihat Elia sedang terbaring di atas kasur dengan mengelus perutnya.
" Apakah keputusan yang Mami buat ini salah, Nak? Kenapa Mami seakan merasakan sakit yang di rasakan papi saat ini," lirih Elia.
Ketika melihat raut wajah Rigel, Elia seperti ikut merasakan bagaimana rasa sakitnya hati Rigel saat itu. Kebersamaan mereka bukan hanya sehari atau sebulan saja, melainkan 5 tahun lebih.
Sebenarnya mereka berdua masih ada rasa cinta satu sama lain, tetapi rasa cinta Elia telah tertutup luka yang begitu menyakitkan. Rigel adalah cinta pertama, selain ayahnya serta pria yang pernah memperlakukannya bagaikan seorang ratu.
Kenangan saat bersama Rigel kembali hadir dalam pikirannya, bagaimana pertama mereka bertemu sampai akhirnya Rigel melamarnya di depan Ayah dan Bunda dengan suasana yang sangat romantis.
Sebelum ada Claire, hubungan pernikahan mereka juga sangatlah bahagia, hanya ada Hana yang tetap tak menyukainya. Namun, setelah Claire hadir pernikahannya bagaikan neraka baginya.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
"Masuk," ucap Elia sambil mengusap air mata yang sempat jatuh.
Setelah itu, terlihat Jingga yang memasuki kamarnya.
"Jingga? Ada apa?" tanyanya.
Jingga berjalan ke arah Elia, ia terus memperhatikan wajah Elia lekat.
"Apakah Kamu habis menangis, El?" tanya Jingga.
"Enggak, kok!" elaknya. "Kamu ada apa? Apa butuh sesuatu, atau___" Elia menghentikan ucapannya ketika melihat Jingga menyodorkan sebuah map berwarna coklat.
"Apa, ini?"
"Surat panggilan dari pengadilan Agama. Gugatan Kamu di terima, dan sebentar lagi sidah pertama akan di lakukan," pungkasnya.
Setelah itu, Elia membuka map itu, dan mengeluarkan secarik kertas di dalamnya. Kemudian membaca isi yang tertulis dalam lembar kertas itu.
" Apa Kamu bisa datang, El? "tanya Jingga.
" Entahlah. "
***
Sesampainya di kantor pengadilan Agama, Rigel segera turun dari mobil dan berjalan menuju meja resepsionis.
"Mbak saya mau tanya dimana ruangan yang mengurus perceraian, ya?" tanyanya kepada resepsionis wanita.
"Oh, bapak mau mengurus perceraian?"
"Bukan, Saya mau membatalkan perceraian!"
Resepsionis wanita itu mengerutkan kening saat mendengar ucapan Rigel, tetapi dia tetap profesional melayani serta menanyakan dengan kuasa hukum siapa Rigel berurusan.
Namun, Rigel tak tahu dengan siapa karena yang menggugat bukanlah dia. Karena tak tahu siapa, Rigel memberikan surat panggilan yang sudah dia terima hari ini. Ketika membaca surat itu, si resepsionis wanita memicingkan matanya.
Ini cowok selingkuh dan menikah diam-diam! Pantes aja istrinya menggugat cerai, tetapi kenapa dia mau membatalkannya? Aneh!, batin sang resepsionis.
"Bagaimana Mbak? Apakah Saya bisa bertemu dengan orang yang mengurus perceraian saya?"
"Tapi, saya mohon maaf pak. Orang yang menangani kasus bapak sudah pulang karena kantor juga mau tutup," jelas resepsionis wanita.
Suasana Kantor pengadilan Agama memang sudah terlihat sedikit sepi, kemudian Rigel melihat jam di tangannya menunjukkan bahwa memang sudah waktunya jam pulang kantor.
Rigel menghembuskan nafasnya panjang, kalau hari ini dia tak bisa bertemu dengan orang itu. Maka waktu menuju hari sidang pertama semakin mepet.
"Oh ya, mbak? Apakah Saya bisa minta nomor ponsel yang bisa di hubungi ataupun alamat rumahnya?" tanya Rigel kembali.
Resepsionis wanita itu tersenyum. " Mohon maaf sekali pak, kebetulan orang yang mengurus perceraian anda tidak suka di datangi setelah jam kantor selesai. Beliau hanya menerima tamu di saat jam kerjanya saja, setelah itu beliau tidak mau menemui klien. Anda bisa datang kembali besok," jelasnya.
" Terimakasih mbak! " Rigel keluar dengan tubuh lemas.
Setelah masuk kedalam mobil, Rigel kembali berteriak." Aaa .... Kenapa jadi seperti ini! Kenapa Gue harus mendapatkan kuasa hukum yang seperti itu? Bukankah semakin sulit untukku membatalkan perceraian ini!" gumamnya.
Pikirannya benar-benar buntu, entah apa lagi yang harus dia lakukan agar perceraiannya dengan Elia batal.
" El ... Apakah kamu benar-benar sudah tak mau lagi kembali denganku? Kenapa ini benar-benar menyiksaku! Padahal Aku masih sangat mencintaimu, El ... " lirihnya sambil mengatupkan kedua tangan di wajahnya.
Setah itu, Rigel mengemudikan mobilnya pergi dari Area kantor pengadilan. Tiba-tiba hujan turun begitu deras, suara gemuruh petir saling bersahutan, tetapi Rigel tetap mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan mulai tertutup awan berkabut, pandangannya mulai tak jelas sampai akhirnya....
Bruukk.....
...****************...
Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya ya...
Maaf kalau seminggu kedepan akan slow update lagi karena author lagi ada acara di luar kota. Tapi akan author usahakan untuk bisa tetap up.
kesempatanmu gak akan datang lagi rigel
Thor sama dengan cerita ' lainya
lagu lama
setiap dalam kasus cerai harus ada laki " lain
biar nanti masuk surga nya barengan
aku dukung Thor