NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Setelah Athar keluar dari kamar hotel, Halwa kembali duduk sambil menatap buku nikahnya.

"Nyonya Athar...." gumam Halwa.

Tangisan Halwa kembali terdengar di dalam kamar hotel.

"Kenapa harus aku yang mengalami semua ini, Tuhan?" gumam Halwa.

Tok... tok... tok...

Hawa menghapus air matanya dan membuka pintu kamar hotel.

"Nyonya Athar, mari saya antar pulang." ucap Yunus.

Halwa menganggukkan kepalanya dan ia kembali masuk untuk mengambil buku nikahnya.

"Silahkan masuk, Nyonya."

Halwa menganggukkan kepalanya sambil melihat mobil mewah yang ada di hadapannya.

Dengan wajah yang ragu-ragu, ia pun masuk kedalam.

Yunus segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Athar.

"Semua barang-barang milik anda, sudah saya pindahkan ke rumah Tuan Athar." ucap Yunus.

Halwa hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar perkataan dari Yunus.

Di sepanjang perjalanan, Halwa menatap buku nikah dan cincin yang melingkar di jarinya.

"Seperti mimpi, tapi nyata." gumam Halwa yang masih belum percaya dengan semuanya.

Dalam sekejap saja, ia sekarang sudah menjadi Nyonya Athar.

Setibanya di rumah Athar, pintu langsung dibuka oleh pelayan yang mengenal Yunus.

“Selamat datang, Nyonya Athar,” sapa mereka dengan sopan.

Yunus menoleh ke arah Halwa dan mulai berbicara kepada pelayan.

“Siapkan semua yang Nyonya butuhkan. Pastikan seragam dan bekal untuk besok juga sudah siap. Nyonya, apakah ada alergi makanan yang harus kami perhatikan?”

Halwa menundukkan kepala sebentar, lalu menjawab pelan,

“Aku alergi udang.”

Pelayan segera mencatat apa yang tidak bisa dikonsumsi oleh Halwa.

“Baik, Nyonya. Tidak akan ada udang sama sekali. Semuanya akan disiapkan sesuai permintaan.”

Halwa menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah baru yang luas dan megah.

Yunus menatap Halwa dengan tatapan penuh perhatian, siap membantu kapan pun.

“Kalau ada apa-apa, panggil aku saja, Nyonya,” ucap Yunus.

Halwa menganggukkan kepalanya ke arah Yunus. Dan setelah itu Yunus mengajak Halwa untuk menunjukkan kamarnya.

Mereka masuk kedalam lift dan naik ke lantai atas.

"Di dalam rumah saja, ada lift." gumam Halwa.

Ting!

Pintu lift terbuka dan udara dingin dari lantai atas langsung menyapa wajah Halwa.

Koridor itu panjang dengan lantainya yang terbuat dari marmer putih mengilat, dipadukan lampu gantung kristal yang memantulkan cahaya lembut.

Halwa menelan salivanya saat melihat kemewahan rumah ini.

“Hidupku berubah terlalu cepat…” gumamnya lirih.

Yunus berjalan di depannya dengan langkah teratur.

Kemudian Yunus membuka pintu kamar utama Athar.

"Ini kamar anda, Nyonya." ucap Yunus.

Halwa membelalakkan matanya saat melihat foto Athar yang terpasang besar di dinding kamar utama.

Foto itu terlihat elegan dimana Athar mengenakan setelan jas hitam, berdiri di balkon gedung tinggi dengan ekspresi dingin namun berwibawa.

Tatapan matanya seolah mengikuti Halwa ke mana pun ia melangkah.

“Ini, kamar kita berdua?” tanya Halwa.

"Benar, Nyonya. Ini kamar anda dan Tuan Athar. Tapi, kalau Anda keberatan, saya bisa menyiapkan kamar lain di lantai ini.” ujar Yunus dengan suara sopan dan hati-hati.

Halwa menatap ranjang yang sangat besar dan rapi.

"Tidak usah, Yunus. Aku tidur disini saja."

Yunus belum selesai mengajak Halwa berkeliling di dalam kamarnya yang sangat mewah sekali.

"Nyonya Halwa, ini lemari pakaian Anda. Semua pakaian Anda ada disini semua."

Halwa membuka lemari itu perlahan, sampai ia melihat deretan pakaian baru, gaun sederhana namun mahal, kemeja satin, rok yang elegan, bahkan seragam sekolahnya sudah disetrika rapi dan tergantung di sisi kiri.

“Ini, banyak sekali,” gumam Halwa pelan, hampir tidak percaya.

Ia menyentuh salah satu gaun berwarna pastel dengan jemarinya yang masih gemetar

Lalu Yunus mngajak Halwa ke meja rias yang ada di samping lemari.

“Semua alat kosmetik ada di sini. Tuan Athar memintaku menyiapkan yang tidak terlalu mencolok, sesuai penampilan Anda.”

Meja rias itu berlampu lembut, dipenuhi produk-produk bermerek yang belum pernah Halwa lihat sebelumnya.

Kemudian Halwa kembali ke ruangan utama kamar, menatap semuanya dengan rasa canggung, takut, dan bingung menjadi satu.

"Nyonya Halwa, lebih baik sekarang anda istirahat." ucap Yunus.

Halwa menganggukkan kepalanya ke arah Yunus yang kemudian keluar dari kamarnya.

Melihat pintu yang sudah ditutup oleh Yunus, ia langsung merebahkan tubuhnya sambil melihat cincin yang ada di jari manisnya.

"Athar..." gumam Halwa yang kemudian memejamkan matanya.

Sementara itu di Bandara, Athar sudah berada di dalam pesawat yang akan menuju ke Turki.

Ia menatap jendela pesawat yang menunjukkan kilauan lampu kota yang semakin menjauh.

“Halwa…” bisiknya, memejamkan mata sambil mengingat wajah gadis itu yang penuh air mata.

Suara pramugari terdengar pelan dan memberi tahu bahwa pesawat siap lepas landas.

Athar menarik napas panjang dan menggenggam surat terakhir dari ibunya di dalam saku jasnya.

“Aku akan pulang dalam tujuh hari, tunggu aku Nyonya Athar.”

Pesawat pun mulai bergerak, membawa Athar jauh dari Indonesia, meninggalkan jejak pernikahan yang mendadak dan seorang gadis yang kini harus menghadapi hidup barunya seorang diri.

Keesokan paginya dimana jam menunjukkan pukul lima pagi.

Halwa membuka matanya dan ia sedikit terkejut ketika melihat ruangan yang masih sangat asing.

Sebelum berada di rumah Athar, setiap pagi ia mendengar suara ayam yang berkokok.

Sekarang ia hanya mendengar suara alarm dan foto suaminya yang terpampang jelas di dinding kamar.

Ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.

Kamar mandi itu begitu luas, bahkan lebih besar dari kamar tidur Halwa di rumah lamanya.

Lantainya dari marmer putih berkilau, dan cahaya lembut dari lampu gantung kecil memantul di permukaan air bathtub yang sudah terisi hangat.

Uap tipis mengepul, memenuhi ruangan dengan aroma lavender yang menenangkan.

Halwa mendekati bathtub perlahan dan menyentuh air hangat yang sudah siap

“Kamar mandinya seperti hotel,” gumamnya lirih.

Halwa membuka gaun yang semalam ia pakai dan setelah itu ia masuk kedalam bathub.

"Athar, kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini? Lekaslah pulang, Athar. Aku ingin Mengobrol sama kamu." gumam Halwa.

Halwa menuangkan sedikit shampo ke telapak tangannya lalu mengusap rambutnya perlahan.

Busa lembut mengalir di sepanjang helai rambutnya, memenuhi ruangan dengan aroma segar yang menenangkan.

Air hangat membuat tubuhnya rileks, tapi hatinya tetap sesak.

Ia menengadah, membiarkan air mengalir di wajahnya.

Beberapa menit setelah merendam diri, Halwa berdiri dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk putih yang lembut.

Ia mengenakan bathrobe yang tergantung di dekat wastafel dengan bahannya yang tebal, hangat, dan jauh lebih mahal dari seluruh lemari bajunya dulu.

Saat ia melangkah keluar dari kamar mandi, aroma wangi lavender masih menempel di kulitnya.

Ia membuka lemari dan mengambil seragam sekolahnya yang sejak tadi sudah menggantung rapi.

Seragam itu bersih, putihnya sempurna, bahkan terlihat seperti baru dibeli.

Halwa mengenakannya pelan-pelan serta merapikan kemeja putih dan rok abu-abunya, ia menatap dirinya di depan cermin besar.

Gadis dengan wajah lembut, mata sembab bekas menangis, dan cincin di jari manis kiri.

“Benarkah kalau aku ini Nyonya Athar, tapi tetap siswi SMA?” gumamnya pelan.

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!