Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.
Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.
Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.
Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4: seseorang?
Sebuah mobil sedan melaju di jalanan yang di hiasi cahaya warna jingga dari matahari. Di dalamnya, dua insan berbeda umur itu tampak canggung, sang pria tampak santai menyetir sembari bersenandung.
Berbeda dengan sang perempuan, menunduk dengan wajah kemerahan malu. Sepanjang perjalanan ia merutuki dirinya sendiri yang terlalu berpikir kemana-mana.
Bagaimana tidak, Irma berpikir Andra akan bertindak macam-macam padanya, ternyata hanya memakaikan sabut pengaman.
"Maaf Dra," lirih Irma, memecah kecanggungan.
Andra menoleh memberikan tatapan bingung, lalu kembali melihat jalan. "Minta maaf kenapa kak?"
"Karena aku udah suuzdon sama kamu," jawab Irma, ia masih menunduk.
Tawa Andra pecah seketika, Irma mendongak dan menatap Andra bingung. "Kamu kenapa ketawa?"
"Pertama, kakak tiba-tiba pake aku kamu," jawab Andra, membuat Irma kembali menunduk malu. "Kedua, karena aku nginget wajah kakak yang ketakutan, itu lucu banget."
Irma kembali mendongak, kini dengan raut wajah marah yang sebenarnya lucu. "Sia pikir, sia nakut-nakutin orang teh, lucu?!" Irma memukul lengan Andra.
"Aduh! Kak! Sakit!" Dusta Andra, karena pukulan Irma tidak sakit sama sekali.
Mendengar itu, Irma langsung berhenti memukul, ia mengelus-ngelus lengan kekar itu. "Aduh maaf, kamu kesakitan ya?"
Tawa Andra kembali pecah ketika melihat wajah Irma yang nampak bersalah. "Kamu kenapa ketawa?" tanya Irma polos.
"Nggak," Andra mengusap air matanya. "Kakak lucu banget, ngobrol sama lengan aku."
"Ya kan yang sakit lengan kamu, masa aku ngobrol sama bahu kamu," Irma kembali duduk seperti biasa.
"Eh kak, kakak orang Sunda ya?" tanya Andra mengalihkan topik.
Irma mengangguk. "Keturunan sih, mama aku Sunda, papa orang cina asli."
"Kok bisa?" tanya Andra. "Bukannya jaman dulu, diskriminasi sama orang Cina itu tinggi ya? Kok bisa hubungan mereka di terima?"
"Itu kan pas jaman Soeharto, papa aku kesini pas Soeharto turun dan langsung lamar mama," jelas Irma.
Andra mengangguk pelan. "Eh ada tukang cilor tuh, mau nggak kak?"
Irma melihat ke arah yang di tunjuk Andra, dan memang terdapat tukang cilor disana. "Mau! Tapi emangnya kamu ada duit? Duit aku abis soalnya."
Andra menepi, ia mengorek saku seragamnya, untunglah masih tersisa sepuluh ribu. "Ada nih, kakak tunggu disini, kakak mau rasa apa?"
"Aku pedes manis," jawab Irma cepat, Andra mengangguk dan keluar dari mobil. "Yeay! Akhirnya bisa makan cilor lagi!"
Andra yang dapat mendengar itu hanya bisa terkekeh pelan dan berjalan menuju tukang cilor. Tak lama, Andra kembali dengan dua kantung cilor di tangannya, ia memberikan satu pada Irma.
"Nih, lima ribu, lima ribu," ucapnya sembari memakan cilor itu terlebih dahulu.
"Hm! Enak banget Dra!" ucap Irma dengan wajah kesenangan setelah memakan cilor itu.
Andra menatap kaget ketika melihat cilor milik sudah habis, tak lama ia tertawa. "Saking enaknya ya?"
Mata bulat Irma menatap kesal Andra. "Kamu mah enak, bisa makan makanan kaki lima sepuasnya, lah aku? Ini pertama kalinya aku makan makanan kaki lima setelah tiga tahun!"
Andra tampak kaget, manusia mana yang bisa bertahan tanpa memakan makanan kaki lima? Itu pasti hanya orang aneh. "Kok bisa nggak di bolehin?"
"Gak tau, waktu itu aku lagi enak-enak makan telor gulung, tiba-tiba papa dateng dan buang telor gulung itu, terus papa bilang kalau itu nggak sehat dan nggak bolehin aku makan makanan kaki lima," jelas Irma dengan raut wajah sedih, bibirnya menurun, menambah kesan lucu pada Irma.
Andra memegang pipi chubby Irma, ia tersenyum dan memberikan tatapan teduh. "Jangan sedih kak."
"Eum Dra," panggil Irma, wajahnya tampak ragu. "Kalo aku ngajak kamu jalan, aku boleh makan makanan kaki lima kan?"
Andra mengangguk. "Nanti aku yang teraktir kalo gitu."
"Eh gak usah!" tolak Irma. "Kamu udah anter jemput aku, masa aku juga yang di traktir."
"Nggak apa-apa kak, kalo kata papa aku 'kalo lu mau pacaran, pake duit sendiri jangan minta gua atau mama, pas jalan, lu yang beliin karena itu tanda lu bisa nafkah in dia ketika nikah nanti,' kata dia sih gitu, dan aku pun setuju," ucap Andra.
"Emangnya kamu kerja apa?" tanya Irma.
"Joki Dota, lumayan, satu akun bisa empat ratus sampe sejuta," jawab Andra enteng.
"Dan kamu terlalu fokus sama itu sampe lupain tugas kamu sebagai seorang siswa?" ucap Irma membuat Andra terdiam. "Kita masih sekolah Dra, minta duit ortu asalkan nggak terlalu juga nggak masalah."
"Iya kak," sahut Andra pasrah.
Tak terasa mereka telah sampai dirumah Irma, Irma melepaskan sabuk pengaman, ia menoleh ke Andra dan tersenyum. "Makasih ya Dra, udah mau direpotin."
"Apa sih yang gak buat cinta pertama dan terakhir aku?" Andra tersenyum.
Irma salah tingkah mendengar pernyataan itu, ia mengalihkan pandangannya dan melepas sabuk pengaman. "Jangan banyak ngayal kamu! Nanti pas aku lulus, kamu udah pindah ke lain hati."
"Aku boleh jujur nggak sama kakak?" tanya Andra dengan tatapan penuh keseriusan.
"Boleh," jawab Irma. "Emangnya mau jujur soal apa?"
"Aku cemburu liat kakak mesra-mesraan lah, cemburu aku liat kakak begitu bahagia sama laki-laki yang bukan aku, tapi ya, aku bukan siapa-siapa..." Andra menggantungkan ucapannya, ia menghela napas sejenak.
"Selamat ya kak, udah punya pacar," lanjutnya sembari tersenyum getir.
"Iya Dra, aku harap suatu saat nanti kamu bisa bahagia," kalimat itu terasa pahit di lidah Irma, entah mengapa ia merasa itu akan menyakiti hati Andra, ia tak suka menyakiti hati adik kelasnya itu.
"tapi gua bahagia nya sama lu kak," jawab Andra dalam hati. "Dan ya, kayaknya si Andrew nggak baik buat lu."
Andra hanya bisa menelan kata-kata itu. Meskipun terasa menyesakkan, ia merasa lega telah jujur, meskipun tidak sepenuhnya. Setelah Irma masuk ke dalam rumah, Andra menyandarkan kepalanya di kemudi, menghela napas panjang.
Andra menengok ke kursi penumpang, tempat Irma duduk tadi, ia mengingat kembali kejadian tadi. Irma yang tersenyum bahagia hanya dengan memakan cilor, kepala gadis yang bergerak ke kanan-kiri terasa menghangatkan hatinya.
"Ternyata mencintai seseorang sekompleks ini, tapi gua nggak akan nyerah dan bikin kak Irma bahagia!"
seru Andra sebelum akhirnya menjalankan mobilnya.
Tanpa disadari, seorang pria berkulit sawo matang, duduk diatas motor besarnya yang terparkir dibawah pohon mangga yang tidak terlalu dekat dari tempat mobil Andra berhenti.
Dahi pria itu mengkerut, ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon kontak ‘Bos’. “Bos, ada yang nganterin Irma pulang, dari siluet kacanya, cowok, Irma udah izin sama lu?”
Terdengar hembusan napas kesal dari si ‘bos’. “Brengsek, nggak Kas, buntutin mobil yang nganter Irma, saya kasih bonus.”
To be continue