NovelToon NovelToon
KAMU DAN WASIAT YANG KAU GENGGAM

KAMU DAN WASIAT YANG KAU GENGGAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.

"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.

Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?

Ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.4

Fauzan yang melihat ibunya kembali menangis, pria itu langsung mendekatinya. "Bu, ikhlaskan ya biar Fajar tenang di sana. Kami pun sebenarnya sangat sedih dan kehilangan, tapi hidup harus tetap berjalan. Masih ada si kembar yang harus kita rawat dan besarkan, bagaimana mereka nanti bisa jadi anak kuat dan hebat kalau kitanya lemah." Tutur Fauzan dengan suara lembut, sedangkan Renata istrinya sedari tadi duduk di sebelah Sophia sambil memangku Azkia yang sudah terlelap. Dan Azka bersama Jaenab, ibunda Sophia.

Hening kembali menyelimuti ruangan tersebut, namun suasana itu tak berlangsung lama setelah Renata berdehem kecil sebelum membuka suara. "Ehem! Sophi, si kembar mau di tidurin dimana? biar di pindahin sekarang. Kasihan enggak nyaman kalau lama-lama dipangku." Ucapnya memecah keheningan.

"Di sebelah kamar ibu saja." Sahut Kartika mendahului Sophia yang baru saja hendak membuka suara, membuat Renata dan Sophia saling melempar tatap. Namun tak urung keduanya berdiri dengan Sophia yang mengambil Azka dari pangkuan ibunya yang sebentar lagi akan pulang ke rumahnya sebab adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama besok harus masuk sekolah.

Bersamaan dengan berdirinya Sophia, Wira dan Jaenab akhirnya berpamitan. Mereka janji besok akan datang lagi dan membawa perlengkapan sekolah Alvin, supaya bisa menginap dan berangkat sekolah dari rumah duka.

Sepeninggal orang tua Sophia, di ruang tengah kini tersisa tiga orang yang tak lain Fauzan, Kartika dan Ikram. Karena para kerabat tengah membersihkan  dan merapikan ruangan tamu yang sudah kosong.

"Zan, kalau bisa. Bapak minta kamu untuk ngambil cuti dulu sampai tiga hari ke depan, bapak tidak bisa menghandle semuanya sendirian. Dan mbahmu besok pagi baru berangkat dari Yogya kemungkinan sampai sini sekitar siang, semoga saja pesawatnya lancar. Bapak ingin ditemenin kamu menjemput mereka ke bandara. Kamu enggak apa-apa kan?" Ikram menatap Fauzan penuh harap, perasaannya masih campur aduk karena kepergian Fajar yang di luar dugaannya. Sebab putra bungsunya itu pergi disaat kondisi tubuhnya yang sudah membaik.

"Iya pak, memang Zan juga sudah meminta cuti sampai tiga hari kedepan. Setelah itu baru balik Jakarta dan kesini lagi nanti pas tujuh harian." Sahut Fauzan langsung mengangguki keinginan sang bapak.

"Tiga hari? kenapa enggak tujuh hari saja sekalian Zan, biar enggak bolak-balik malah capek dijalan." Sela Kartika seolah tak rela putranya harus kembali ke Jakarta secepatnya.

"Enggak bisa bu, pekerjaanku lagi banyak. Enggak enak kalau harus ngambil cuti lama ditengah aktifitas kantor yang padat." Ucap Fauzan berusaha memberi pengertian pada sang ibu, ia paham bagaimana perasaan ibunya saat ini yang begitu kehilangan Fajar dan mengharapkannya supaya tetap berada di Bandung. Namun ia tidak mungkin bisa mengabulkan itu mengingat proyek yang tengah berjalan membutuhkan pengawasannya.

Mendengar jawaban Fauzan, Kartika menghela napas panjang. "Zan, tapi kamu harus janji! setiap ada libur luangkan waktumu buat ibu dan si kembar. Kami hanya punya kamu nak, selain itu juga kamu harus ingat dengan pesan Fajar yang memintamu untuk menyayangi si kembar selayaknya anak sendiri." Ucap Kartika kembali mengingatkan Fauzan dengan pesan almarhum Fajar sebelum pergi. Sorot matanya penuh harap dan kekhawatiran yang bercampur menjadi satu.

"Bu, tanpa ibu ingetin juga aku pasti menyayangi si kembar. Bahkan dari semenjak mereka lahir pun aku sudah menyayanginya seperti anakku sendiri, begitupun dengan Rena ibu juga tahu sendiri. Jadi ibu tidak usah mengkhawatirkan itu, si kembar tanggung jawabku sekarang. Ibu cukup do'akan saja, supaya aku dan Rena selalu diberi kemudahan dalam mencari nafkah." Pungkas Fauzan, ia mengambil botol air mineral dan meminumnya hingga tandas.

"Terimakasih banyak Zan, ibu bangga padamu. Maafkan ibu dulu yang sempat memintamu supaya Rena cepat punya momongan. Sekarang ibu baru sadar entah kebetulan atau memang sudah takdir, ternyata Allah belum memberikan kamu momongan supaya kamu lebih fokus untuk menyayangi dan merawat si kembar. Dan saat ini kalau boleh jujur, ibu berharap kamu dan Rena supaya menunda dulu punya momongan sampai si kembar masuk sekolah dasar nanti. Kamu enggak keberatan kan Zan?" Kartika tersenyum menatap Fauzan penuh bangga, ia yakin putra sulungnya itu akan mengikuti keinginannya.

Rasa cintanya yang besar terhadap almarhum Fajar dan sang cucu, membuatnya akan melakukan apapun demi kebahagiaan cucu kembarnya itu. Termasuk memberikan keluarga yang utuh untuk Azka dan Azkia supaya sepasang bayi tersebut tak kehilangan figur orang tuanya.

"Buu, tak perlu segitunya juga. Andaikan Rena dan Zan  dipercaya Allah secepatnya diberi keturunan ya kita tetap harus senang, justru biar rumah makin rame dan si kembar memiliki saudara juga. Tahu sendiri bagaimana kita yang hanya punya dua anak, dirumah sering kesepian." Ikram yang sedari tadi hanya jadi pendengar percakapan antara istri dan putranya kini angkat suara, ia tak setuju dengan keinginan Kartika yang meminta Fauzan untuk menunda punya anak padahal usia pernikahan Fauzan dan Renata lebih lama dibandingkan dengan Fajar dan Sophia.

Kartika mendesah kasar mendengar ucapan suaminya. "Tapi pak! kalau mereka punya anak, perhatian Zan akan terbagi. Dan ibu tidak mau kalau itu sampai terjadi." Selanya tetap dengan pemikirannya yang menginginkan Fauzan untuk sementara supaya tidak memiliki momongan dulu.

Tanpa mereka sadari, Renata berdiri mematung di pintu kamar. Perempuan berusia 27 tahun itu mendengar semua percakapan tiga orang yang tengah mendebatkan dirinya untuk menunda punya anak. Bibirnya terkatup rapat, sedih bercampur kecewa menjadi satu termasuk pada suaminya yang hanya diam tak ada pembelaan.

Tak ingin keberadaannya diketahui tiga orang tersebut, dengan cepat ia mengurungkan niatnya untuk bergabung. Renata kembali membalikkan badan dan menghampiri Sophia yang tengah bersandar di kepala ranjang.

"Sophi. Bolehkah mbak ikut tidur disini sama si kembar?" Renata menatap Sophia yang tengah memejamkan mata sembabnya.

Sophia yang memang belum tidur, seketika membuka mata mendengar pertanyaan kakak iparnya. "Kenapa mbak pengen tidur di sini? mbak si kembar suka bangun tengah malam dan nangis, nanti tidur mbak keganggu. Mbak juga capek habis kerja langsung kesini dan belum istirahat, sebaiknya di kamar sebelah saja takutnya mas Zan juga nanti keberatan kalau mbak tidur sama aku." Ucap Sophia menolak halus permintaan Renata, ia tidak enak kalau perempuan yang begitu peduli padanya harus terusik oleh tangis putra putrinya yang selalu bangun dan menangis saat kehausan.

"Tidak apa-apa. Justru biar mbak bisa merasakan momen itu, soalnya besok pagi harus kembali ke Jakarta. Sorenya harus masuk kerja dan paling bisa kesini lagi nanti pas acara tujuh harian." Sahut Renata pelan. Mengungkapkan alasannya, padahal ia hanya ingin menghindari Fauzan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena sikap acuhnya yang terlanjur kecewa dengan suaminya yang hanya diam saja seolah menyetujui keinginan ibunya.

"Mbak..." Sophia beringsut kemudian memeluk Renata. "Terimakasih banyak sudah menjadi ibu kedua bagi anak-anakku." Ucapnya penuh haru, sedangkan Renata hanya mengangguk dengan bulir yang berjatuhan dari kedua sudut matanya.

1
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
mentari mungkin
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
heleh baru berapa kali tlp ga di angkat dah ngomel aja gimana istrimu yg nunggu kabarmu dari kemarin
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
selelah apapun kalau kamu masih jadi prioritasnya pasti ttp berkabar 😪
ㅤㅤ ㅤ ㅤ ☕𝐀𝐊
bukan aku juga
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
nanti lah ku tebak lagi Thor kalau sudah ada lanjutannya 🙈🙈🙈
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
Halah ngoceh apa Mase 😏😏
Kamu aja yg di telpon gak mau ngangkat 😏😏😏
baru juga segitu langsung protes 😏😏
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
ah aku yg baca aja sakit hati Bu anakmu di gituin 😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
kan kan nyesek nya nyampe ke sini😭😭
Rena selalu bilang gak apa apa padahal dia lagi mendem rasa sakit juga kecewa tinggal menunggu bom waktunya meledak aja untuk mengeluarkan segala unek unek di hati rena😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
kan kan Rena gak punya no hp satunya 🤦🤦🤦
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
scene nya Rena bikin nyesek 😭😭
scene nya embun dan mentari juga sama
bikin mewek 😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
gak bisa berkata kata untuk yang sudah kehilangan😭😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
padahal tinggal di angkat terus ngomong langsung zan😏😏😏
jangan bikin kecewa Napa ahhhhh😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
baru tau HP dia punya dua tapi ko sopee bisa punya sih sedangkan Rena gak ya
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
buat ponakan nya aja ya Bu bisa ga seeh 😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
preeet ah 😏😏
aku sakit tau bacanya
padahal bukan aku yang menjalani kehidupan rumah tangga itu😭😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
setelah berkeluarga ktanya doa istri yang lebih manjur 😌😌😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
feeling seorang istri emamg peka😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
gak usah janji dulu Zan 😌😌😌
suka watir aku kalauu kamu udah pulang ke bandung 😌😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
ahhh tanggung bener Thor 🤣🤣🤣
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
loh loh bonus gede tapi rena kenapa masih make duit sendiri buat kebutuhan nya 😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!