NovelToon NovelToon
Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Selingkuh
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Jee Ulya

Hati Nadia pecah berkeping-keping mendengar Asri, sang ibu mertua menyuruh Arkan untuk menikah lagi didepan matanya.

"Kamu kan, juga butuh penerus untuk usahamu. Kalau Bilqis kan, beda. tetap saja bukan darah dagingmu, keponakanmu ya selamanya begitu."

Percakapan di meja makan tiga minggu lalu itu masih jelas terpatri di benak Nadia.

Meski sang suami selalu membela dengan berkata bahwa pernikahan itu bukan tentang ada dan tidaknya keturunan didalamnya, melainkan tentang komitmen dua orang untuk selalu bersama dalam suka dan duka.

Hingga suatu malam Nadia menemukan sesuatu di dalam telepon genggam Arkan. Sesuatu yang membuat dunia Nadia runtuh seketika.

Apa yang Nadia temukan? Lalu bagaimana Nadia menyikapinya?

Lalu bagaimana dengan Dio, yang muncul tiba-tiba dengan segudang rahasia gelap dari masa lalu nya? Mungkinkah mereka saling menabur racun diatas hama? Atau justru saling jatuh cinta?


Ikuti kisah mereka, dalam Kau Berikan Madu, Maka Ku Berikan Racun. 🔥🔥🔥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jee Ulya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terjebak? Dijebak? Atau... Menjebak?

Arkan terbelalak panik, menyadari dirinya sudah tidak berpakaian lengkap. Kemejanya sudah hilang entah kemana, menyisakan tubuh polos bagian atasnya. Sedangkan celananya sedikit lebih baik karena masih tertutup boxer brief-nya, walaupun ada sedikit yang menegang dibawah sana.

Tempat itu juga asing baginya. Namun aromanya terlalu familiar untuk tidak dikenali. Lavender bercampur alkohol semalam, serta sedikit aroma pandan. Ia menatap sekeliling dan mendapati sebuah jendela besar dengan sinar matahari sudah sepenuhnya masuk menembus kacanya. Jendela itu menghadap ke arah gedung perkotaan. Tentu, tempat itu pasti di ketinggian sedikit diatas lantai sepuluh.

"Oh, Bapak sudah sadar?" suara perempuan menyadarkan Arkan dari menatap sekeliling.

"Ayu!? Apa yang terjadi? Mana pakaian saya?" Arkan merapatkan selimut yang menutupinya, penuh waspada.

Ayu hanya menggedikkan bahu menunjuk lipatan pakaian rapi di sofa. Lengkap dengan gesper juga dasinya. Ia masih fokus menguncir rambutnya di depan meja rias membuat leher jenjangnya terekspos–sederhana tetapi menggoda.

Arkan masih bergeming tidak paham.

"Bapak semalam muntah, jadi saya cuci bajunya," jelas Ayu santai sembari meletakkan pakaian bos nya di ujung ranjang.

Arkan tidak mengingat apapun yang terjadi setelah tertidur lelap dalam dekapan seseorang. Kepalanya terlalu pening untuk memikirkannya.

"Terus?" Arkan menggantung ucapannya.

"Oh iya, yang bawah juga, ding, dikit," Ayu menyiratkan dengan hampir menempelkan ujung telunjuk dan jempolnya sembari menatap badan Arkan yang terbungkus bed cover putih itu.

Arkan buru-buru memohon penjelasan, tangannya meraba-raba memastikan apa yang baru dikatakan sekretarisnya itu. Benar, ada sesuatu yang semakin membuatnya malu.

"Tenang, Pak. Saya bukan tipe orang yang memanfaatkan orang dalam keadaan seperti itu," jawab Ayu santai. Padahal jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia menangis iba mengingat Arkan terus menggumamkan nama Nadia di sepanjang malam.

"Lalu, kamu?" muka Arkan memerah, semerah kepiting rebus.

"Ya lihat, Pak! Orang bapak ngelakuinnya di samping saya," entah alasan apa yang membuat Ayu mendadak sewot sendiri dengan kelakuan bos nya.

"Maksudnya..." Arkan tampak semakin frustasi, "kenapa membawa saya kesini. Tidak mengantarkan saya pulang?" Arkan memprotes.

"Pakaian saya terlalu terbuka tadi malam, tidak mungkin bertemu ibu seperti itu," jelasnya santai, "juga, tidak sempat untuk berganti pakaian. Ibu juga telepon bapak tadi malam, tapi saya tidak angkat. Takut bapak marah," sambungnya. Padahal alasan sebenarnya adalah keserakahan Ayu sendiri untuk memandangi sepuas-puasnya sosok yang sedang ia coba tarik ulur itu.

Ayu memposisikan dirinya diatas yoga matt. Sembari menonton tutorial online dari layar televisi Ayu melakukan gerakan demi gerakan olahraga dari india kuno itu.

Arkan hanya memandanginya dari ranjang, tanpa beranjak dari tempatnya semula sejak pagi. Jakunnya naik turun saat tiba Ayu pada gerakan camel pose, tubuh Ayu yang sedikit berisi tampak sangat proporsional. Perutnya yang rata terlihat menggoda saat tank top pink-nya sedikit terangkat.

Ayu melanjutkan gerakannya ke child's pose, punggungnya melengkung lembut menyeimbangkan tubuh setelah backbend. Arkan menelan napas berat, tak bisa mengalihkan pandangan.

"Jangan mandangin saya berlebihan, Pak. Nanti jatuh cinta saya yang repot," Ayu mengoceh sebelum sesi gerakan selanjutnya, mengingat waktu pertama kali masuk kerja niat Ayu untuk menggoda bosnya itu sangat terbaca.

Arkan hanya gelagapan karena ketahuan memperhatikan bawahan perempuannya itu. Ia meraup mukanya putus asa, ia masih ingat betul bagaimana pertengkarannya dengan Nadia tadi malam.

Ia merasa sangat bersalah kabur ke bar radi malam, apalagi berada di tempat ini sekarang. Pikirannya terlalu kacau, " Nadia ngga ada chat kamu, kan? Nanyain Saya?"

"Aman pak," Ayu menutup matanya dan telentang merilekskan badan, sebagai gerakan terakhirnya.

Sudah tiga minggu sejak Ayu pindah dari rumah Arkan ke apartemen khusus karyawan, setelah Ayu resmi menjadi sekretaris Arkan. Apartemen yang seharusnya juga dihuni oleh beberapa karyawannya juga sebagai tetangga. Arkan baru tersadar. Rasa paniknya kembali merajai kepalanya.

"Tetangga! ngga ada yang lihat, kan?" Arkan makin panik.

Ayu menghembuskan nafas panjang, "ini weekend, Pak. Semua orang pada pulang kerumah masing-masing."

Arkan sudah berpakaian lengkap lalu duduk di bay window samping ranjang Ayu. Menatap kearah jalanan yang tetap saja padat meskipun bukan hari kerja. Lengan kemeja yang ia gulung sesiku menyiratkan kesan santai. Arkan menghembuskan nafas kasar, mencerna apa yang terjadi dengannya.

"Nih, pak. Sebelum pulang," Ayu meyodorkan secangkir kopi dari mesin kopi yang baru dibelinya.

"Belum sarapan kok minum kopi, istri saya..." Arkan terdiam sejenak, "Makasih," sambungnya canggung menerima cawan berbentuk kelopak bunga berwarna ungu putih itu tanpa menatap Ayu, "kenapa kamu ngga ikutan pulang?" Arkan memecah sunyi.

"Emang saya punya rumah?" sarkas Ayu pada dirinya sendiri.

Kepulan asap dari kopi panas itu Arkan hirup pelan-pelan. Matanya berubah sembab, "rumah saya banyak, Yu. Tapi..." Arkan menggantung kalimatnya, "tempat pulangnya sedang retak."

Ayu hanya menoleh sekilas, lalu kembali menunduk, "Setidaknya masih ada tempatnya, Pak."

"Emang, rumahmu..." Arkan menoleh pada Ayu, ternyata dia sudah lebih dulu berlinang air mata, Arkan terdiam.

Hening, hanya ada televisi yang belum dimatikan.

"Ah, Ayu yang menggoda dimana? Biasanya kan kamu ngegodain saya, Yu. Kok melow sih, nggak cocok!" putus Arkan kemudian.

Ayu hanya membalasnya dengan senyum getir. Kemudian, "Beneran mau, Pak? Saya goda nih," Ayu bergegas berdiri dan hendak membuka sport jacketnya, namun kaki Ayu tiba-tiba terantuk kaki kursi, serta merta membuat Ayu terpelanting ke dada Arkan. Beruntungnya dada bidang Arkan kuat menopang tubuh Ayu tanpa menumpahkan kopi yang dipegangnya.

Tatapan mereka saling beradu. Menimbulkan denyar aneh di dada diri masing-masing.

"Ma-af, Pak," Ayu buru-buru melepas pegangannya. Suasana langsung berubah kikuk.

"Yu, semalam... yakin, ngga ada yang..." Arkan memberanikan diri bertanya tentang ingatan samarnya.

"Kalaupun ada yang bapak pikirkan itu cuma mimpi. Bapak mabuk, saya cuma bantu," tegas Ayu buru-buru memotong.

Arkan mengangguk pelan, namun entah perkataan Ayu malah menambah sesak di dada masing-masing.

Minggu pagi itu, meskipun tampak tenang membuka cafe, Nadia sempat memikirkan Arkan yang tidak pulang semalam. Telepon genggamnya juga tidak aktif. Chat Ayu juga hanya dibalas 'Maaf ibu, selain jam kerja saya tidak tahu kegiatan pak Arkan'

"Om dokter, om dokter datang lagii..." celoteh riang saat pelanggan pertama kafe Mamanya dibuka.

Laki-laki yang hampir setiap hari duduk di tempat yang sama. Kali ini ia mengenakan celana bahan berwana sedikit kebiruan dipadukan dengan atasan biru langit, kulitnya yang bersih begitu memancar.

Dengan nafas tertahan, Arkan merapikan dasinya dan bergegas pergi dari sana. Mengingat-ingat apakah itu mimpi yang benar-benar mimpi, atau sesuatu yang akan mengubah segalanya?

1
ginevra
wkwkwkkwk ... makanya jadi cewek yang lempeng2 aja...
ginevra
sukurin ....
ginevra
kamu sendiri yang cari mati.... beraninya ambil suami orang... Rakan itu karma
ginevra
udah ayu kamu sama Juan aja... cocok tuh
ginevra
mau komen malah ketrigger sama komen yang diatas .. lucu banget pliss
Ma Em
Bagaimana ceritanya agar rumit sepertinya dan aku kurang paham 🙏🙏🙏
Jee Ulya: Hihi iya yaa, emang permasalahannya jadi semakin rumit😭
total 1 replies
Winer Win
ada yng berniat menculik Bilqis kah..hmmmm.bner2 y namanya warisan..bhkn sodarapun jadi lawan
Jee Ulya: Jangan ditebak, kalau salah entar kecewa kaan?😁
total 3 replies
Winer Win
Dio ap Juan ini yang bertugas jee
Winer Win: xixi..rajin2 up ja ..😄
total 4 replies
ginevra
malah jadi kriminal arkan
Jee Ulya: Ya kan?😣
total 1 replies
ginevra
ambil aja Dio... rebut Nadia tersayang
Jee Ulya: Maunya Dio sih gitu
total 1 replies
ginevra
sukurin lu Arkan....
Jee Ulya: Kaak😭
total 1 replies
Ma Em
Semoga Nadia yg memenangkan hak asuh anak adopsinya , biarkan Arkan kalah .
Jee Ulya: Aamiin ya Allah 😍
total 1 replies
Winer Win
yaelah jeee
sama j nh kek jemuran aku .di gntung.tanggung itu lo jee..mau kau buat ap itu si ayu ..apakh dia sudah sadar n memihak nadia..lanjut..jgn lamaaaa
Jee Ulya: Wkwk thankyouu buuk lope lopee sekeboon
total 1 replies
ginevra
hey.... jangan asal nuduh ya
Jee Ulya: Karungin aja kak, karungiiin🤣
total 1 replies
ginevra
tega banget.... kok bisa dia mempermalukan mantan istrinya
Jee Ulya: Aslinya siih nggak niat ituu
total 1 replies
ginevra
iya tonjok aja Arkan.... aku dukung...
Jee Ulya: Mau ikut??
total 1 replies
ginevra
what the hey... benci banget sama arkan
Jee Ulya: Aku puuun😣
total 1 replies
ginevra
sukurin ....
Jee Ulya: Wkwkwk
total 1 replies
ginevra
biar cepet lepas dari neraka
Jee Ulya: "Eiit, tunggu duluuu," kata arkan sih gituu😣
total 1 replies
Ma Em
Asro sdh tua bkn sadar dan insyaf benar kata Nadia hrs banyak ibadah agar bisa mengurangi dosanya masih saja serakah dgn harta .
Jee Ulya: Iya kaan, Nadia aja gedek bangett
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!