Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
"Kondisi bu Siena sudah lebih baik. Dan ia bisa pulang hari ini juga."
Wajah Julia beserta kedua adiknya langsung sumringah mendengar kabar baik itu.
"Apakah siang ini kami bisa pulang dokter?" Julia bertanya dengan sopan.
"Bisa. Dan jangan lupa untuk terus memperhatikan kondisi ibumu. Ia harus minum obatnya tepat waktu." Kembali dokter itu mengingatkan.
"Baik Dokter. Kami pasti akan memastikan itu." Julia mengangguk dan mengiyakan.
"Sebelum pulang manti akan ada perawat yang akan memeriksa bu Siena sekali lagi."
Dokter itu tersenyum pada Julia dan yang lainnya. Ia berbalik dan keluar dari ruangan itu, pamit pada Julia dan yang lain.
"Akhirnya mama bisa pulang."
Jeni mendekati Siena dan memeluk mamanya yang sedang duduk di brankar. Siena dengan lembut mengelus puncak kepala putri bungsunya itu.
"Kalian ingat perkataan dokter bukan?" Julia menoleh pada kedua adiknya secara bergantian.
"Bantu mbak menjaga mama, dan memastikan mama meminum obatnya tepat waktu." Ia berkata pada kedua adiknya.
"Pasti mbak." Jena mengangguk cepat.
"Kali ini kami akan membantu mbak untuk merawat mama." Kembali Jena menambahkan.
Jena dan Jeni adalah kembar tidak identik. Meski mereka terlahir kembar, tapi wajah mereka berdua berbeda. Dengan Jena yang mewarisi wajah papa mereka.
Julia yang memiliki perpaduan dengan mama papanya. Jena yang mirip papa mereka. Sedangka Jeni mirip dengan mamanya.
Ketiganya di beri wajah cantik dan menawan. Yang membuat Siena selalu merasa was - was jika ketiga putrinya mendapat pasangan yang salah.
Ia selalu berharap agar ketiga putrinya mendapatkan jodoh terbaik. Dan mencintai mereka. Doa yang selalu dipanjatkan setiap ibu bagi buah hatinya.
"Ya. Jena benar mbak. Kami kam sudah selesai dengan kegiatan sekolah. Kami juga memiliki waktu luang sebelum mulai mendaftar di universitas. Jadi mbak bisa bekerja seperti biasa. Kami akan menjaga mama." Jeni menatap Julia dengan tangan yang masih setia merangkul lengan mamanya.
"Mbak punya jatah cuti dari pak Xander. Jadi selama 5 hari ke depan. Mbak akan bersama kalian semua." Julia memberitahu soal cuti yang ia miliki.
"Benarkah?" Jena langsung berseru dengan wajah sumringah.
"Iya." Julia mengacak puncak kepala Jena dengan gemas.
Jena dan Jeni saling melirik. Keudian keduanya tersenyum puas. Bisa menikmati waktu bersama adalah hal yang paling mereka nantikan.
Selama ini Julia sangat sibuk. Dengan ia yang selalu membantu mama mereka untuk membuat kue, yang akan di antar ke bakery. Demikian juga jika malam hari ia kerja di klub. Membuat kedua gadis kembar itu sangat jarang bisa menikmati waktu bersama kakak mereka.
Jadi tentu saja moment ini sangat berharga bagi mereka.
"Jeni bisa belajar buat kue bareng mbak Julia di rumah. Jeni juga bisa belajar buat dessert seperti kesukaan mbak Julia." Jeni berbicara dengan penuh semangat.
"Dan Jena hanya kenagian tugas mencicipi dan menikmati semua kue itu."
Perkataan Jena membuat yang lain tertawa. Mereka semua tahu jika Jena tidak berbakat di bidang memasak. Tapi ia pintar dalam bidang study.
Jena selalu mendapat prestasi yang membanggakan di sekolahkan. Ia hanya sangat malas jika harus berkutat di dapur.
Suasana di ruangan itu seketika ramai dan terasa hangat. Siena memandangi ketiga putrinya yang telah dewasa dan cantik. Ia hanya berharap bisa melihat ke tiganya menikah dan memiliki suami masing - masing, sebelum ia menyusul sang suami yang telah berpulang terlebih dahulu.
"Dan yang paling bahagia adalah mama. Karena bisa menghabiskan waktu bersama kalian bertiga. Sebelum kalian disibukkan dengan kegiatan pendidikan kalian lagi."
Julia sependapat dengan mamanya. Untuk 5 hari ke depan. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu bersama.
Dan Julia berniat untuk memberikan moment yang indah untuk mereka semua nanti. Ia akan memanfaatkan waktu ini untuk lebih dekat dengan kedua adiknya.
"Apakah Sera tidak akan kemari mbak?" Jena menoleh pada kakaknya dan menanyakan keberadaan tante mereka.
"Jena, biasakan panggil tante pada Sera." Siena memperingatkan putrinya itu.
"Tapi mama, Jena tidak salah. Sera tidak suka di panggil dengan tante. Itu membuat ia terlihat tua. Dan ia tidak suka menjadi tua."
Bukan Jena yang menjawab. Melainkan Jeni. Sedangkan Jena hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan Jeni.
Siena menghela nafas mendengar argumen itu. Adiknya itu memang tidak suka di panggil tante. Tapi bukankah itu terasa aneh menurut Siena.
"Sera sedang bekerja. Tapi besok malam ia janji akan ikut makan malam di rumah." Julia memberitahu.
"Yeay! Besok malam formasi keluarga kita lengkap! Semua wanita cantik di keluarga kita akan berkumpul." Jeni berseru dengan heboh.
"Mbak akan menebus obat mama dulu ya. Kalian berdua temani mama disini." Julia mengingatkan kedua adiknya yang mengangguk dengan ucapannya.
Dengan langkah perlahan ia segera menuju bagian farmasi yang ada di rumah sakit ini. Membawa resep obat yang di tulis oleh dokter tadi.
Ia membaca obat yang harus ia tebus. Julia menghela nafas melihat daftar obat yang jumlahnya lebih banyak di banding sebelumnya.
"Semoga mama bisa sembuh setelah ini."
Bergumam lirih, ia akhirnya menutup kertas itu dan berbalik menuju lorong, yang akan membawa ia ke bagian farmasi. Julia yang kurang fokus dengan sekitarnya karena membaca catatan obat itu, menabrak tubuh seseorang.
'Brugh!'
Julia sedikit tersentak saat kertas itu lepas dari tangannya. Ia langsung bergegas menghampiri kertas itu dan menggenggamnya.
"Maafkan saya."
Suara itu terdengar berat. Belum sempat Julia merespon, ia melihat orang yang menabraknya telah berlari menjauh darinya.
Julia memperhatikan jika itu adalah seorang lelaki dewasa yang terlihat terburu - buru. Terlihat cemas dan memperhatikan ke sekitar. Seperti sedang mencari ruangan seseorang.
Yah, itu hal yang wajar bukan? Ini adalah rumah sakit. Wajar jika seseorang mencari sebuah ruangan jika ingin mengunjungi orang yang ingin ia temui.
Sepertinya lelaki itu adalah orang penting. Terlihat dari pakaiannya yang rapi. Dengan setelan jas yang jelas mahal.
Wajahnya terlihat menawan. Yah itu tidak tertutupi meski ia terlihat cemas di saat bersamaan.
Julia berbalik dan segara melanjutkan langkahnya. Tidak ingin memperhatikan lelaki itu lebih lama lagi. Ia juga punya kepentingannya sendiri.
Dan ia tidak ingin lupa dengan tujuannya. Mama dan kedua adiknya sedang menunggu ia kembali. Mengingat itu ia mempercepat langkahnya.
"Seperti lelaki itu buru - buru." Ia bergumam lirih.
Tidak ingin memikirkan kejadian itu, Julia kembali fokus dengan tujuannya. Ia harus cepat menebus obat mamanya.
Agar ia bisa membawa mamanya pulang ke rumah bersama kedua adiknya. Ia sudah tidak sabar ingin keluar dari rumah sakit ini. Setelah menginap selama 3 hari. Akhirnya mamanya bisa pulang.
Itu adalah berita membahagiakan baginya.
...........................
jadi strong woman Thor