NovelToon NovelToon
Petualangan Bayi Rumput Didunia Antarbintang

Petualangan Bayi Rumput Didunia Antarbintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: WIZARD_WIND26

Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?


Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."


Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Ndak manteman lagi, Belian.

  Didepan kamar sang komandan telah dipenuhi orang-orang berseragam coklat.

baik pria maupun wanita, mereka semua tampak waspada akan sesuatu.

Memegang senjata ditangan masing-masing, semuanya berdiri tegap menatap pintu baja yang tertutup.

Beberapa prajurit berpangkat rendah tidak bisa menahan untuk menelan ludah! Bagaimana tidak, lihatlah ... kondisi dinding luar kamar sang komandan! Retak dan hampir ambruk.

Dinding dengan bahan khusus dengan ketahanan luar biasa!!

Sudah jelas kalau mutan itu ada didalam, dan baru tenang dari amukannya.

"Komandan disini," ujar salah satu prajurit segera membusungkan dada, dan bergeser membuka jalan untuk Belian dan beberapa orang yang berjalan dibelakang pria itu.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Belian, dan satu prajurit langsung maju menjawab.

"Siap, komandan. Diperkirakan, mutan didalam sudah tenang. Dia menunggu untuk menyergap kita."

Belian mengagguk paham, tampak tidak terlalu bereaksi. sementara para prajurit, semakin menggenggam erat senjata seolah memegang tali terakhir hidup. Begitupun beberapa prajurit yang mengenakkan alat khusus, dan berdiri tidak jauh dari pintu masuk.

"Mutan ini bisa menyembunyikan kehadirannya," gumam tim pemindai, diangguki oleh beberapa orang disamping.

Tentu saja Belian mendengar kata-kata itu, "tetap berjaga ditempat. Dave, Leonore, ikut denganku!"

Dua orang dibelakang Belian mengagguk. Bisa dibilang, keduanya adalah orang-orang kepercayaan sang komandan.

Berjalan kearah pintu lalu memindai kartu akses! Belian yang melihat retakan di pintu baja, hanya menghembuskan nafas kasar tepat saat pintu itu terbuka.

"Sepertinya si penyusup sudah bergerak," gumam Dave dibelakang Belian.

"Cih, federasi tidak sabaran sekali ingin menyingkirkan kita!" mengunyah permen karet, Leonore tampak santai. tapi percayalah, genggamannya pada senapan listrik, cukup membuktikan seberapa waspada sang wakil terhadap mutan didalam.

Melangkah masuk, ketiganya menatap sekitar yang sudah porak poranda.

Meja, kursi, tempat tidur, kecuali lemari besar ditepi ... semuanya hancur tanpa bisa diperbaiki.

Dave dan Leonore sama-sama mengangkat senjata, mencari kehadiran mutan dengan lensa transparan yang sudah tertanam di iris mata masing-masing.

"Huh? Apa mutan itu berhasil kabur?" tanya Leonore tidak menemukan apapun, begitupun Dave.

Hanya Belian yang tampak tenang, berjalan kedepan, lalu membungkuk tepat disamping lemari.

"Mengapa kamu menangis lagi?" tanya Belian lembut, membuat dua orang dibelakang saling tatap sebelum ikut mendekat.

"lihat, warna mu kembali pucat." Sang komandan memungut sehelai daun yang bergulung dilantai, dari daun kecil berwarna biru itu ... isak tangis nan samar terdengar.

"Hic ... hic ... hic ... codalaaaa ... huhuhu, Bonbon na Ndak bica celamat codala mati. Huhuhuhu ... mbing jaat, codala maci kicil tapi mbing mau mamam."

Dave dan Leonore benar-benar terdiam ditempat, bahkan pistol suar ditangan Dave jatuh kelantai.

"K-katakan kalau ini mimpi," ujar Dave pelan.

"Tidak. Ini bukan mimpi." Leonore menjawab kemudian menelan ludah, bersamaan dengan itu permen karet yang sedari tadi digigit juga ikut tertelan.

"Itu benar-benar mutan yang dapat berbicara," lanjut Leonore tanpa sadar mengulurkan tangan ingin menyentuh si rumput yang menangis.

Namun ....

'Plakkk ....'

Tangan sang wakil komandan ditepis oleh Belian yang menatapnya tajam. "Mau apa kamu," ucap Belian sambil melindungi si kecil di dada.

‎Bonbon masih menangis, dan saat dia membuka gulungan daunnya! Si kecil terdiam melihat dua manusia didepan.

‎"Belian, capa meleka?" tanya nya, lupa sejenak tentang kejadian beberapa saat yang lalu.

‎"Bukan siapa-siapa," jawab Belian terus memperhatikan daun Bonbon yang mulai membiru.

‎"Oo ... menteman mbing telnata."

‎Sikecil mengagguk paham, dan seolah teringat sesuatu ... isak tangis mulai terdengar lagi, bersamaan dengan daun biru kembali pucat.

‎"Huhuhu ... Mbing jaat! Mati codala Bonbon kat dalam. Janan pegang Bonbon lagi, celakang kita mucuh! Belian Ndak manteman Bonbon."

‎Rumput kecil menegakkan ujung daun, seolah menatap garang Belian. Dan Belian, yang tiba-tiba di cap jahat, tidak mengerti dimana letak kesalahannya.

‎Namun, sesaat kemudian! Bonbon tanpa permisi langsung melompat dari tangan sang komandan, membuat tiga manusia yang melihat ini ... terkena serangan jantung mendadak.

‎Belian : "BONBON!"

‎Leonore : "Daun kecil."

‎Dave : "Rumput kecil."

‎Dan saat melihat daun itu mendarat lembut kelantai, ketiganya menghela nafas secara bersamaan ... sebelum sadar dengan tindakan aneh barusan.

‎Apakah mereka menghawatirkan Mutan itu?

‎Cepat-Cepat Leonore membuang muka begitupun Dave. Terbatuk, seolah yang panik barusan bukan mereka.

‎Sementara Belian kembali berjongkok, sambil melihat Bonbon menggulung ujung daun didepan genangan kecil cairan biru.

‎"Huhuhu ... codala. Maap Bonbon na, Bonbon Ndak celamat codala na."

‎Itulah yang ditangisi si kecil sedari tadi, membuat sebelah alis Belian terangkat.

‎"Bukankah ini cairan nutrisi? warnanya biru? Air!?" Leonore adalah penguasa elemen tanah, namun ... agar tanah yang dihasilkan tidak gersang, terkadang dia meminum cairan nutrisi yang diekstrak dari batu monster air.

‎"Sudah kuduga. Tidak hanya berniat mem*unuh anda disini. Para petinggi juga ingin membuat komandan menjadi seseorang yang jatuh."

‎Dave menatap prajurit yang tergeletak pingsan ditepi. Mereka sedari awal masuk sudah mengetahui prajurit itu, tapi memilih abai untuk mencari mutan yang mengamuk.

‎"Bernard Harvest. Prajurit kecil yang masuk ke batalion lima melalui orang dalam. Aku sudah curiga, dialah yang selama ini membocorkan tentang setiap keadaan markas kita."

‎Mengangkat bahu, Dave tidak memperdulikan prajurit itu lagi. Lalu, pria berkacamata itu ikut berjongkok tidak jauh dari Belian. Mengulurkan tangan berniat mengidentifikasi cairan dilantai.

‎"Apa mbing na buat?"

‎Tapi gerakan Dave terhenti, tepat ketika sehelai daun kecil terentang menghalangi ujung jarinya.

‎"Khe ... suaramu lucu," ucap Dave tidak jadi menyentuh cairan, sebab telunjuk itu beralih mencolek ujung daun Bonbon.

‎"Tsk ... jangan menyentuhnya." Belian menatap tidak suka tindakan pria berambut kuning pucat ini. Menggapai si kecil, menjauhkannya dari Dave.

‎"Mbing janan pegang Bonbon lagi. Cebab kita Ndak manteman. Hmppp ...." Bonbon menunduk membebaskan diri dari tangan Belian.

‎"Cemana nih, mbing. Klau Mama na tau Bonbon Ndak bica celamat codala, malah Mama na pacti." si kecil menunduk sedih, masih meratapi kepergian saudara daunnya yang hancur berubah menjadi genangan.

‎Tunggu, bukankah rumput ini tidak ingin berteman lagi dengannya? Belian hanya terbatuk menahan senyum.

‎"Dia bukan saudaramu. Itu hanya larutan nutrisi." Belian berucap, membuat Bonbon menatap tidak percaya.

‎"Mata Bonbon cehat mbing! Bonbon tau, mbing na kulung codala dalam cana, kan? Codala Bonbon na kicil, huhuhu ... cian codala na."

‎Hahhh ... rumput ini lebih sulit ditangani, daripada ratusan prajurit.

‎"Berhenti menangis, lihat! Daunmu hampir memutih sebab kekurangan air. Dan lagi, berhenti menyebutku kam ...."

‎Kalimat terakhir ditelan Belian, saat dia tanpa sengaja menatap Dave ... yang tersenyum penuh makna disamping.

‎"Ekhem ... intinya dia bukan saudaramu. Kamu salah lihat, meskipun dia berwarna biru."

‎Berusaha mengambil rumput itu, tapi si rumput tetap menjauh. Haisss ... kesabaran seorang Belian benar-benar diuji. Inikah rasanya mengurus bayi yang memberontak?

‎"Ndak! Ini codala. Bonbon na liat codala tliak tliak tolong cama Bonbon. 'Bonbon,' kata na. 'Tolong codala, codala mau mamam cama mbing na.' Itu kata codala watu Bonbon mau celamat tadi ...."

‎Si kecil menjelaskan dengan suara dramatis bagaimana sang saudara meminta tolong ....

Ya, itu semua imajinasi si rumput.

‎Leonore tidak berani menyela ucapan bayi rumput ini! Si4l, dia sangat menggemaskan. Apalagi suaranya yang cadel dan selembut kapas. Bolehkah dia membawa mutan itu pergi, dan menyembunyikannya di suatu tempat sekarang?

‎SEJAK KAPAN MUTAN BEGITU MENGGEMASKAN! ARGGGHH!!!

‎Disamping, Dave yang juga mendengarkan dengan khidmat setiap ucapan Bonbon. Terkekeh, menatap tingkah laku bayi rumput mutan yang sangat-sangat langka ini.

‎"CK, mengapa kamu mengira ini saudaramu?" Belian mengusap wajahnya kasar, lalu melayangkan tatapan tajam pada Leonore dan Dave yang cengengesan.

‎Lalu, saat dia tanpa sadar menatap lemari tempat menyimpan larutan nutrisi dan berbagai benda lainnya! Barulah Belian sadar, dengan apa yang menjadi penyebab Bonbon begitu marah padanya.

‎Tanpa permisi, Belian mengambil rumput itu lalu meletakkannya didepan cermin.

‎"Apakah itu saudaramu?" tanya Belian menunjuk pantulan Bonbon pada permukaan kaca.

‎Bonbon yang hendak protes dan marah atas tindakan Belian! Seketika terdiam ketika menatap saudaranya yang dikira m4ti, ternyata masih ada didalam sana!?

‎"WAAAA ... CODALA NA MACI IDOP!!"

‎Si kecil berlonjak senang, dan sekali lagi hendak memeluk saudara rumput ... hanya untuk mendapati, dia terbentur benda keras.

‎"Napa Ndak bica Bonbon peluk codala na? Huhuhu ... Mbing, Janan takap codala Bonbon. Maci kicil codala na lagi tuh."

‎Apakah kambing ini tidak melihat? Saudaranya masih berupa rumput kecil yang baru berakar. Benar-benar tidak memiliki perikerumputan sama sekali!!

‎Belian yang kini dituduh sebagai p3dof1l dalam kalangan rumput, mengusap wajah kasar kemudian menghela nafas. Sementara Dua bawahan yang mendengar ini, hampir menyemburkan tawa dan punggung mereka bergetar ditempat.

‎'Sringgg ....'

‎"Ekhem ... yang diucapkan komandan Belian benar, Bonbon kecil. Itu hanya pantulan tubuhmu. Lihatlah, dia bergerak sebagaimana kamu bergerak." Dave menegakkan punggung dan menjelaskan pada rumput itu tentang bayangannya di cermin. Ya, dibawah tatapan tajam Belian tentunya.

‎Dan Bonbon yang mendengar kata-kata Dave, memiringkan ujung daun ... tampak bingung.

‎Argghhh ... itu sangat menggemaskan.

‎Ingin rasanya Leonore berteriak seperti itu sekarang.

‎"Tapi itu lumput. Liat, milip cama Bonbon kan? Tapi, codala na kicil dali Bonbon lagi. Akal na pun cuma lua ... hahhh ... ndak ada halapan idup codala na."

‎'Kamu mengatai dirimu sendiri!' batin tiga manusia disamping, hanya bisa tersenyum tidak habis pikir.

‎Bonbon masih asik mengetuk-ngetuk permukaan cermin, hingga ... suara lenguhan terdengar dari sudut ruangan.

‎Terlihat, tubuh prajurit yang pingsan memiliki tanda-tanda pergerakan sesaat.

‎Dan benar saja, detik berikutnya ... mata itu terbuka, kemudian menatap waspada sekitar.

‎"Mutan? Dimana mutan itu!?"

‎Ketakutan tampak terlihat jelas. Dan saat dia menatap sang komandan didepan! Si prajurit berusaha merangkak, meminta pertolongan pada Belian.

‎"komandan, komandan! Mutan, mutan tadi menyerang ku ... ughhhh ...."

‎Belum sempat mengadu dan berkeluh kesah, kepala si prajurit kembali terbentur ke dinding hingga dia pingsan lagi ... hanya dengan sedikit serangan angin dari Belian.

‎"Dasar pengganggu," ucap Belian ditengah-tengah amarah, dan tidak ingin berurusan dengan musuh manapun.

‎"MBING, LIAT! Codala na ikut Cemana Bonbon na gelak. AHAHAHA ...."

‎Tawa susu bergema diudara, yang seketika meredakan amarah Belian.

‎"Liat! Bonbon cepeltini ini, codala na cepelti ini cuga. Bonbon cepelti ini lagi, codala na ... ikut cuga. Aha! Codala Bonbon pintal ikut ikut gelak Bonbon."

‎Belian, Dave, Leonore! Memperhatikan dengan saksama rumput yang memelintir, menggulung, kemudian melompat, didepan cermin. Semakin banyak membuat gerakan, tawa susu juga ikut pecah ... bersamaan dengan daun yang pucat kembali berwarna biru terang.

‎"Ya, itu bagus." Belian mengusap permukaan daun Bonbon dengan lembut. Ikut senang melihat si kecil tertawa lepas.

‎Ketiganya asik menonton rumput yang meliuk-liuk gemas didepan cermin. Sementara diluar, para prajurit yang berjaga sudah berkeringat dingin menatap pintu baja yang tertutup.

"Bagaimana situasinya? Apakah komandan sedang bertarung dengan Mutan itu?" tanya salah satu prajurit pada tim pemindai.

Namun, orang-orang yang memakai alat khusus ditelinga guna mendengar suara dan getar dari ruangan kedap, mengernyit'kan alis bingung saat ini.

"Hey! Ada apa? katakan sesuatu," desak prajurit itu lagi, semakin erat memegang senjata.

Dan saat tiga orang tim pemindai sama-sama mengangkat kepala, semua prajurit sudah was-was bahkan sampai menahan nafas.

"Mutan itu luar biasa berbahaya. Dia ... membuat komandan, wakil komandan, dan chief ... tertawa."

Mata semua orang terbelalak hebat dengan jantung hampir berhenti berdetak.

Tiga orang itu tertawa bersamaan? Tertawa!?

Ah ... apakah mereka semua akan m4ti disini?

To Be Continue

Hay Hay ... Selamat datang di bab 4. Semoga suka ceritanya.

Plis, jangan lupa tekan like, subscribe dan komen ya. tambahan, kasih nilai buku author dong sama bintang nya 🥹🙏

Perkenalan karakter :

Leonore :

Planet Sahara. Salah satu planet gurun di bintang Calamitas

Babay 👋

1
fenelove34
rasanya sangat sedikit sekali five up nya besok ya author
Adin Dera
ini typo gk thor? harusjya 100%. klo 0% aman, artinya bahaya dong (?)
WIZARD_WIND26: lah iya, 10 nya ketinggalan 🙈 makasih udahh ingatin 🥺🫶
total 1 replies
riani
Aaaaa mau lagi up dobel besok kak
riani: hihih aku suka banget dan sampai ku ulangi terus
total 2 replies
riani
aku nunggu up nya kak dari kemarin loh
riani: iya kak
total 3 replies
riani
aku suka cerita ini, up banyak ya kaka, semangat juga ya /Determined//Determined//Determined//Determined//Drool//Drool//Drool//Drool//Rose//Rose//Rose//Plusone//Plusone//Plusone//Plusone//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
riii
kok belom up thor?
Aliyah B_Sita aminah
besttt pokonya mah
fenelove34
uh aku berharap ada picture lain tentang bonbon karena mau bagaimana pun itu sudah jadi milik Rui tapi aku suka cerita nya sangat bagus
fenelove34
wow agak kebalik ini tapi darimana makannya dan di mana akhirnya
fenelove34
jangan bilang bonbon dari zaman modern kenapa bisa sampai antar bintang bonbon ini keberuntungan kah
WIZARD_WIND26: masih misteri kalau soal bayi iki🤭🫵
total 1 replies
fenelove34
uh kenapa bisa sampai sejauh itu kamu sayang
fenelove34
sekarang bayi rumput kah apakah rambutnya hijau, inikah yang di namakan lahir dari tanah 🤭🤣
fenelove34
kirain rui, sekarang bayinya berada di antar bintang ya, dari modern, survival horor, antar bintang jangan bilang selanjutnya antara zaman kuno, zaman purba sama dunia kultivasi lagi🤣🤭
Admiral Samwan
Lucu menggemaskan tingkat akut. Ibarat 5/5.
Admiral Samwan
Itu wujud planet Mars?
.
Jejak-kaki 👣👣👣
WIZARD_WIND26: semoga suka ceritanya 🫶
total 1 replies
Sulastri Mawardi.87
kata" BonBon ambil codala na di tempat sampah..mengingatkan ku dngn Rui..mama Rui na di ambil tempah sampah 🙊🙊🙊
Adin Dera
heh kepikiran dari mana itu si buntelan😭😭😭
WIZARD_WIND26: nggk mirip fiks, anak pungut🙈
total 1 replies
Agung Akmal
wow bonbon leluhur/tetua noxtis 🤣🤣🤣
WIZARD_WIND26: 🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
Evi Oktavia
yahhh di gantung lagiii
minta upnya double dong Thor
kangen setelah mao-mao, bon-bon adalah penyemangat ku buka noveltoon ini khusus buat bon bon
😄😄😄
Evi Oktavia: wp aplikasi apa kak
total 2 replies
Sulastri Mawardi.87
codala rindu BonBon na..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!