"Aku ini gila, tentu saja seleraku harus orang gila."
Ketika wanita gila mengalami Transmigrasi jiwa, bukan mengejar pangeran dia justru mengejar sesama orang gila.
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cerutu
Tiga hari kemudian, pasukan Rui sudah berangkat menuju wilayah Utara. Mereka membawa banyak gerbong kereta berisi pasukan makanan, senjata, obat-obatan, mantel berbulu dan masih banyak lagi.
Arak-arakan itu di berhentikan oleh tim keamanan wilayah Fanglin Utara. Di sana yang menjaga adalah Pasukan milik Jendral Sayap Kiri (Ayah Selir Agung).
"Berhenti!! dari mana kalian?!." Hadang mereka.
"Kami di kirim Jendral Agung Rui, menyingkir atau mati." Jawab pasukan gila.
"Apa saja yang kalian bawa!? Semuanya harus di periksa lebih dulu, siapa tau kalian penyusup atau mata-mata musuh." Mata mereka langsung lapar, seakan mendapatkan mangsa.
"Ini Medan perang, pemeriksaan apanya bodoh. Kau seharusnya senang mendapatkan bala bantuan, semua makanan yang kami bawa untuk para prajurit perang, bukan prajurit babi seperti mu." Kecam pasukan gila.
"KURANG AJAR!!! Kalian pikir kalian ini siapa?! Kami pasukan Jendral sayap Kiri, Ayah dari Selir Agung! Jangan macam-macam." Ancamnya.
"KURANG AJAR!! Kalian pikir kalian ini siapa?! Kami pasukan Jendral Agung Fanglin, Pangeran pertama dari Kekaisaran Fanglin!! Jangan macam-macam." Pasukan gila mengikuti.
"Pasukan yang dikirim Pangeran gila?! Untuk apa datang mengacau? Cukup kumpulkan saja di sini barang yang kalian bawa, kami yang akan membagikan pada para prajurit." Ujar mereka.
"ANGKAT PEDANG KALIAN, BUNUH MEREKA SEMUA." Salah satu pasukan gila bercanda.
Klang
Klang
Klang
Pasukan gila mengangkat pedang mereka dengan tatapan serius, padahal mereka hanya sedang bercanda saja. Pasukan penjaga yang hanya sekitar 300 orang merasa ketakutan, mereka akhirnya mundur dan gerbong berhasil masuk tanpa hambatan.
100 Pasukan gila memilih tetap berada di pos penjagaan, mereka harus mengawasi gerak-gerik pasukan tukang korup. Setelah gerbong masuk, suara peperangan terdengar mengerikan dari jarak sekitar 1000 mil.
"ANGKAT TINGGI-TINGGI BENDERA KITA, SELAMATKAN PARA TUMBAL." Teriak komando pasukan gila.
"SELAMATKAN PARA TUMBAL." Saut pasukan lainnya.
Di sebut tumbal karena pasukan yang berperang kebanyaka Prajurit muda atau prajurit baru. Seperti sengaja di jadikan Perisai daging, akibat ketamakan seorang Jendral tidak bertanggung jawab.
Tereteettttttttttttttt!!!!!
"BALA BANTUAN JENDRAL AGUNG!!!!."
Pasukan gila memacu kuda mereka dan meniup terompet, Prajurit yang sudah kacau balau dengan luka-luka dan putus asa menoleh.
Mereka merinding, melihat bala bantuan besar yang datang. Bendera hitam yang membumbung tinggi, pasukan yang terlihat kuat dan teratur. Melihat pasukan berkuda maju melewati mereka dan bertarung di garis depan. Adrenalin mereka kembali terpacu dan semangat hidup kembali muncul, mereka merasa terharu dan kembali semangat.
"BAWA KEMARI YANG TERLUKA!!!!." Teriak pasukan gila.
Para prajurit berbondong-bondong datang menyeret tubuh mereka. Banyak sekali yang terluka bahkan sekarat, mereka menangis berterimakasih karena sudah datang menolong mereka.
Pasukan gila yang juga tau ilmu medis, Mulai memberikan penanganan pertama. Mereka membuat barak darurat yang lebih layak, memberikan pakaian dan selimut hangat dan memberikan makanan.
Para prajurit makan sambil meneteskan air mata, mereka benar-benar tersentuh. Tapi mereka bingung, bendera yang dibawa pasukan itu terlihat sangat asing.
"Maaf Tuan, dari manakah anda? saya baru pertama kali melihat lambang bendera itu." Ucap salah satu dari mereka.
"Kami Pasukan milik Jendral Agung Fanglin." Jawab pasukan gila.
"Jendral Agung? apa maksud anda yang mulia Kaisar?." Bingung mereka.
"Bukan, Jendral Agung Fanglin yang baru adalah Pangeran pertama Fang Rui." Ralat pasukan gila.
a-apa?
Bukankah dia pangeran yang di kenal gila
Dia sudah kembali
Apa dia yang telah menolong kita
Ternyata dia baik hati
Benar, dia pantas menjadi jendral agung
"Setelah ini, kalian tidak perlu ikut berperang. Kalian fokus saja memulihkan diri dan makan, kami yang akan menyelesaikan perang ini secepatnya." Ujar Pasukan gila.
"Maaf, amunisi musuh sangat banyak. Mustahil bagi kita memenangkan perang dalam waktu dekat." Ujar prajurit khawatir.
"Bukan kita, tapi hanya kami." Tegas pasukan gila.
Menegaskan jika yang lemah hanya mereka, sedangkan pasukannya itu kuat dan senyatanya lengkap. Terbukti saat pasukan gila sudah kembali bahkan sebelum matahari terbenam, mereka sudah memukul mundur pasukan lawan secara telak.
Komando pasukan gila segera mengirimkan laporan pada Rui, memberitahukan tentanga adanya Cegatan di pos penjaga. Para prajurit yang kekurangan makan dan senjata, tidak ada bala bantuan apapun.
Rui yang menerima surat laporan itu merasa sangat geram. Dia segera mengirimkan surat pada Kaisar, untuk segera mengadakan rapat militer darurat besok.
"Brengsek, beraninya dia mengatakan jika aku gila? dia bahkan lebih menjijikan dari binatang." Rui merasa marah.
ceklak ~~
Ruby masuk ke ruang kerja Rui dengan murung, dia berjalan dengan lunglai dan duduk di pangkuan Rui. Seperti biasa dia butuh mencharger energi nya.
"Rui, aku merasa bosan. Berikan aku pekerjaan." Pinta Ruby.
"Sebenarnya aku membutuhkan bantuanmu." Ucap Rui.
"Untuk apa?." Ruby berbinar.
"Kita memerlukan banyak Kereta kuda dengan lambang Jendral Agung. Bisakah kau membuat Design nya? kita juga harus membuat bendera yang lebih bagus lagi." Ucap Rui.
"Tentu, lalu apa lagi?." Ruby suka bekerja.
"Tidak ada, kau bebas melakukan apapun." Ucap Rui.
"Baiklah, aku akan membuatnya sekarang. Semangat bekerja mwahhhh." Ruby mencium pipi Rui, lalu kabur ke ruang kerjanya.
Rui hanya melihat dengan senyum simpul, entah kenapa dia merasa terhibur dengan segala tingkah laku Ruby. Sungguh sangat menghangatkan hatinya saat pikirannya kacau.
BRAKK
"AYAH!." Xui datang mendobrak pintu.
"Ketuk pintu dulu sebelum masuk." Tegur Rui.
"Tidak bisa, ini darurat." Ucap Xui, wajahnya serius.
"Apa lagi?." Rui muak.
"Fang Lu bilang besok Ayah akan datang ke istana, aku mau ikut." Ucap Xui.
"Tidak boleh." Jawab Rui, menghancurkan harapan Xui.
"Kenapa lagi? kenapa selalu tidak boleh." Kesal Xui.
"Untuk apa kau ke sana? Ayah pergi untuk bekerja bukan untuk menemanimu bermain." Ucap Rui.
"Ya kan yang bekerja itu Ayah, aku akan bermain dengan Fang Lu." Ucap Xui.
"Dia pamanmu bukan temanmu." Ralat Rui.
"Ahh terserah, intinya aku akan ikut besok." Desak Xui.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan di sana?." Heran Rui.
"Aku dengar di Istana banyak wanita genit, aku datang untuk membanting mereka semua." Jujur Xui.
"Hah?." Rui cengo.
"Bagaimana jika ada yang menggoda Ayah disana? karena itu aku ikut agar Ibu tenang, intinya aku akan ikut." Xui mencari alasan.
Rui memijat pangkal hidungnya pusing, kenapa tidak ada yang mengatakan padanya jika punya anak lebih melelahkan dibanding bekerja. Kenapa pula Xui sekarang jadi cerewet sekali padanya.
"Jam enam pagi harus sudah siap." Ucap Rui, mengalah.
Tap
Tap
"Itu keputusan yang bagus Ayah." Xui tiba-tiba mendekat pada Rui dan menepuk pundaknya.
"Sedang apa kau?." Heran Rui.
"Ekhem... aku pamit undur diri Ayah." Xui membungkuk hormat dan melenggang pergi, dia menekuk tangannya ke belakang saat berjalan.
Rui melihat dengan aneh, sebenarnya apa yang sedang di lakukan oleh Xui? tapi tiba-tiba dia mengingat sesuatu. Pose berjalan dengan satu tangan ke belakang, itu adalah tata krama pangeran. Apa Xui sedang belajar tata krama pangeran? tapi kenapa kaku sekali.
"34 tahun aku hidup, baru kali ini melihat cara berjalan Pangeran se kacau itu. Sebenarnya apa yang dia lakukan selama di akademi?." Batin Rui, frustasi.
Sedangkan di sisi Xui dia tersenyum smirk, dia mengeluarkan sesuatu dari lengan Hanfunya. Ternyata Xui diam-diam mengambil cerutu di meja Rui, dia sudah lama mengamati dan ingin mencobanya.
"Hahahhaha... aku yakin Ayah tidak akan mengetahui nya." Batin Xui puas.
Siapa sangka, ternyata jalannya yang kaku karena takut ketahuan. Rui sendiri tidak pernah menghitung jumlah cerutu miliknya, dia hanya sesekali menghisap saat kepalanya pusing atau banyak pikiran. Apalagi Ruby yang selalu marah-marah jika terkena asap cerutu.
Xui masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, dia mengeluarkan cerutu yang sisa setengah milik Ayahnya. Dia merasa berdebar karena akhirnya merasakan cerutu, banyak orang bilang harganya mahal dan tidak semua orang bisa membelinya.
Xui dengan polos membakar ujung cerutu pada api lentera di kamarnya. Entah kenapa apinya selalu mati, dan saat dia menghisapnya tidak ada apapun yang tersedot.
"Hah? sebenarnya bagaimana cara memakainya?." Bingung Xui.
Setelah banyak percobaan, akhirnya Xui mengerti dia harus menghisapnya saat ujung cerutu mulai di bakar.
Uhuk..uhuk..
Huekk...
Pwehhhh..
Uhuk..Uhuk..
Xui tersedak asap cerutu, merasa dadanya panas dan hidungnya terbakar. Dia terbatuk-batuk sambil memukul-mukul dadanya.
"Hah.. a-apa ini, kenapa begini." Xui tidak mengerti.
Xui akhrinya duduk dengan frustasi, mengingat bagaimana gestur santai Ayahnya saat menyesap cerutu. Padahal terlihat santai dan tidak terbatuk-batuk, Ayahnya bahkan mengeluarkan asap dari hidungnya.
"Sebenarnya bagaimana cara Ayah melakukannya?." Xui frustasi.
Xui menarik nafasnya dalam-dalam, dia akan mencoba lagi. Dia menyesap cerutu lalu membuang asapnya lewat mulut, tapi kenapa rasanya hambar? seperti sedang buang-buang nafas dan tidak enak sama sekali.
"AAAKKKKHHHH AKU MENYERAH." Teriak Xui melempar cerutu ke teko bekas teh.
mcm botol yakun dengan tiang elektrik ke???
singa tidur kok dibangunin, punya nyawa 9 ya Mun. eling Mun eling
generasi berikutnya Ruby harus kembar ya thor, bila harus triplet pun boleh juga 😁