NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Mafia

Terjerat Cinta Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

Ketika Maya, pelukis muda yang karyanya mulai dilirik kolektor seni, terpaksa menandatangani kontrak pernikahan pura-pura demi melunasi hutang keluarganya, ia tak pernah menyangka “suami kontrak” itu adalah Rayza, bos mafia internasional yang dingin, karismatik, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

[Beberapa minggu yang lalu]

Aduh, telat! Ini nggak boleh kejadian, apalagi hari ini! Obral promo di minimarket mulai sepuluh menit lagi, dan aku belum sampai. Aku menatap daftar belanjaan yang sudah disiapkan oleh nenekku sambil menghela napas panjang.

Kalau sampai kehabisan barang, kami nggak bakal bisa beli semuanya sesuai anggaran.

Aku harus cepat. Aku lari sekencang-kencangnya di sepanjang trotoar menuju minimarket. Sambil berlari, aku menyalip orang-orang yang sedang jalan santai pasangan yang gandengan tangan, anak-anak kecil naik sepeda roda tiga, sampai seorang bapak yang lagi jalan-jalan bareng anjingnya.

Tapi langkahku langsung terhenti waktu hampir saja menabrak seorang pria tua yang agak berisi.

Kayaknya usianya sekitar lima puluhan, dan penampilannya rapi banget.

Pakaiannya necis, seperti orang kota yang baru datang ke kampung.

Serius deh, di sini jarang ada orang seusia dia yang dandannya sekece itu.

“Maaf, Pak! Saya nggak sengaja. Bapak nggak apa-apa, kan?” tanyaku buru-buru sambil membungkuk sedikit.

Kurasa sih aku berhasil berhenti tepat waktu, tapi tetap aja harus memastikan. Anehnya, bukannya marah, Bapak itu malah kelihatan kaget karena aku minta maaf. Tapi nggak lama, dia senyum ke arahku.

"Saya baik-baik saja, Non. Nggak usah khawatir. Memang sih, kelihatannya saya udah tua dan agak buncit, tapi percaya deh, saya masih kuat dan bugar banget!" jawab lelaki tua itu dengan suara lantang, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Wah... syukurlah Pak kalau begitu," balasku sambil tersenyum senang. Tapi di dalam hati, aku sadar banget kalau aku sudah hampir telat. Aku nggak bisa terus berdiri di sini dan ngobrol lama-lama, meskipun sebenarnya aku mau.

"Tunggu dulu, Non!" panggil lelaki tua itu saat aku baru mau berbalik pergi.

"Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.

"Eh... kamu kenal seseorang yang namanya Jaka Arya, nggak?" tanyanya sambil menyipitkan mata, memperhatikanku.

Hmm... sepertinya aku belum pernah dengar nama itu sebelumnya.

"Maaf, Pak. Kayaknya saya belum pernah dengar nama itu. Maaf ya, saya nggak bisa bantu banyak," jawabku jujur sambil tersenyum tipis.

"Begitu ya..." gumam lelaki tua itu pelan.

"Bapak lagi nyari orang itu? Dia tinggal di kota ini, ya?" tanyaku, siapa tahu aku bisa bantu sedikit.

"Iya. Dia itu... teman lama saya. Dulu kami sering ribut waktu masih muda, udah lama banget nggak ketemu. Tapi sekarang saya udah tua, jadi pengen banget bisa ketemu lagi sama dia..." ucapnya dengan nada sendu.

"Ini kota kecil sih, tapi... saya belum pernah dengar namanya. Maaf ya, Pak..." kataku penuh rasa bersalah.

"Ah... nggak apa-apa, kok. Nggak apa-apa," katanya sambil tersenyum kecil.

"Kalau gitu, saya pamit dulu ya, Pak. Saya harus buru-buru. Semoga Bapak bisa ketemu sama teman lamanya ya. Semangat!" ucapku ceria sambil menunduk sedikit sebagai salam.

Lalu aku langsung lari menuju supermarket. Meskipun sepertinya aku nggak bakal sampai tepat waktu, tapi kalau aku cepat, masih ada harapan buat dapat barang promo yang diminta nenek.

"Sampai ketemu lagi, nona kecil..." gumam lelaki tua itu dalam hati, sambil memandangi punggungku yang makin lama makin jauh dan akhirnya menghilang di tengah keramaian.

Aku berjalan terseok-seok di trotoar sambil menenteng kantong belanja di kedua tangan. Ini hasil perjuanganku berburu barang diskonan di pasar. Meskipun aku datang agak telat, untungnya masih kebagian sebagian besar barang yang nenek titip. Beliau pasti senang kalau tahu aku berhasil.

Tapi aku nggak nyangka bakal seberat ini. Rasanya pinggang mau copot. Aku sempat mikir, kalau aku bisa nyisihin uang dan mulai nabung, mungkin bisa beli sepeda bekas atau troli kecil buat bawa barang belanjaan. Tapi ya… itu baru sebatas angan. Sayangnya, kondisi keuangan kami belum memungkinkan.

Aku bukan anak yang lahir dari keluarga miskin, sebenarnya. Enam belas tahun pertama hidupku berjalan cukup normal. Keluargaku termasuk golongan menengah punya rumah, mobil, dan aku sekolah di sekolah swasta, punya banyak teman baik. Orang tuaku punya usaha sendiri, dan hidup kami baik-baik saja… sampai hari sial itu datang.

Sekitar enam tahun lalu, kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan mobil. Mobil mereka ditabrak truk pengangkut barang. Belakangan baru ketahuan, supir truk itu ternyata mabuk karena semalamnya habis pesta. Pagi-pagi dia nekat kerja dalam keadaan setengah sadar. Apa pun alasannya, yang jelas, hari itu aku kehilangan kedua orang tuaku.

Beritanya sempat heboh. Foto-foto mobil orang tuaku yang terbakar sebelum meledak tersebar di mana-mana. Beberapa orang lain di lokasi kejadian juga terluka. Supir truknya sendiri luka parah, tapi selamat.

Biasanya, tiap pagi orang tuaku selalu nganter aku ke sekolah sebelum berangkat kerja. Aneh juga, hari itu aku nggak ikut mereka. Soalnya malam sebelumnya aku nginep di rumah salah satu temen cewekku. Kami berangkat ke sekolah bareng dari rumah dia. Dan waktu kecelakaan itu terjadi… aku nggak ada di mobil.

Kadang aku mikir… kalau saja aku nggak nginep malam itu, mungkin aku udah ikut tewas bareng mereka.

Entahlah… mungkin malah itu pilihan yang lebih baik?

Hidupku langsung jungkir balik setelah kejadian itu. Pertama-tama, aku sadar nggak semua orang yang kelihatannya baik, benar-benar punya niat baik. Nggak lama setelah pemakaman, aku baru tahu kalau "rekan bisnis" orang tuaku ternyata sudah ambil alih perusahaan. Nggak ada apa-apa yang diwarisin buatku. Singkatnya, aku ditipu. Semua saham orang tuaku diambil alih begitu aja.

Semua yang mereka bangun… amblas dalam semalam.

Dan ternyata, orang tuaku juga punya utang di bank. Pihak bank datang dan menuntut hak mereka. Rumah kami disita. Setelah semua hutang dilunasi dan urusan selesai, aku cuma pegang uang nggak sampai lima juta rupiah. Nggak ada rumah, nggak ada mobil, dan tabungan juga ludes.

Yang tersisa cuma aku… dan nenek.

Jelas saja, karena Aku nggak punya uang dan nggak tahu harus cari dari mana, Aku pun terpaksa berhenti sekolah. Dan juga udah nggak punya tempat tinggal, jadi satu-satunya pilihan adalah tinggal sama satu-satunya keluarga yang masih ada nenek. Cuma bawa satu koper kecil berisi baju dan barang-barang penting, Aku naik kereta ke sebuah kota kecil di pelosok, tempat nenek tinggal.

Waktu ninggalin Jakarta, Aku udah siap mental buat hal-hal paling buruk. Dan pas pertama kali berdiri di depan rumah yang katanya alamat nenek, kenyataannya emang nggak jauh beda dari bayangan Ku. Nenek, katanya, punya warung kue kecil di Kota yang ukurannya bahkan kayaknya lebih kecil dari kelurahan tempat saya tinggal dulu. Dan ternyata, emang bener.

Nama warungnya “Serba Cake,” terpajang di papan nama yang dulu mungkin putih dan merah, tapi sekarang udah pudar jadi merah muda kekuningan. Warung itu ada di lantai bawah, sementara kami tinggal di lantai atas, di ruangan kecil yang cukup buat berdua.

Hidup bareng nenek rasanya kayak balik ke kehidupan yang sederhana. Kami memang nggak punya banyak, tapi cukup. Rumah dan warungnya kecil, tapi cukup buat kami berdua dua perempuan dengan harapan yang besar. Aku lanjut sekolah di SMA negeri dekat rumah dan, Untungnya, dapet beasiswa buat bantu-bantu biaya hidup.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!