NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 04

Zian Ali Faradis.

Lelaki itu tetap terlihat sangat tampan, meski terbaring di atas ranjang putih dengan slang infus di pergelangan tangan.

Rambutnya sedikit acak-acakan, tapi itu tak mengurangi kadar ketampanan seorang Zian.

Hal ini membuat Aira cukup tercengang.

Satu fakta lagi yang lebih mencengangkan, Zian tidak dalam kondisi kritis, atau mengkhawatirkan. Tak ada alat medis yang digunakan untuk menopang keselamatan. Hanya perban kecil memanjang di pelipis sebelah kanan.

Zian juga tidak dalam kondisi tidak sadar. Ia justru sedang bicara dengan laki-laki tinggi tegap yang berdiri di samping ranjang.

Melihat fakta yang di luar dugaan, Aira tak bisa menahan diri untuk tak menyapa heran.

"Zian?"

Tak hanya Zian yang melihat ke arah Aira, begitu juga dengan pria yang tengah berbicara dengannya.

"Aku pergi dulu." Lelaki itu langsung pamit pada Zian.

"Terima kasih atas bantuannya," ucap Zian.

Lelaki tersebut tersenyum dan bergegas hendak keluar, sempat mengangguk singkat saat berpapasan dengan Aira.

Sepeninggalan lelaki itu Zian tersenyum lembut pada Aira yang melangkah mendekat.

"Lu gak papa, Kak?"

Zian malah bertanya tentang kondisi Aira. Padahal sejak tadi gadis itu justru tengah mencemaskan dirinya.

"Kamu yang gak papa?" Aira balik tanya cepat.

"Seperti yang lu liat."

"Dan kami semua khawatir di luar sana. Kami takut terjadi apa-apa." Aira berkata sedikit emosi. Sepasang matanya langsung berkaca-kaca.

"Sorry." Zian tersenyum tipis. Tipis sekali. Tapi senyumannya yang seperti ini justru sangat memesona.

Aira biasanya akan menghindari tatap mata Zian. Tiap kali lelaki itu memberi senyum demikian. Tapi tidak untuk kali ini. Tatapan gadis itu penuh tuntutan. Dan langsung dipaham maksudnya oleh Zian.

"Gue gak bermaksud buat kalian semua khawatir. Hanya saja ada hal yang harus diurus lebih dulu terkait semua ini."

"Apa?"

"Kecelakaan ini, sepertinya faktor kesengajaan."

"Maksudmu?" tanya Aira lirih. Mendadak ada denyut nyeri dalam dadanya.

"Mobil itu hendak nabrak lu, Kak."

"Bukan aku, Zian. Tapi kamu," kata Aira cepat.

Zian menatap gadis berparas lembut itu lekat. "Apa lu tau sesuatu?"

"Ti-tidak." Aira gugup, wajahnya sedikit pucat. "Aku lihat, mobil itu meluncur ke arahmu dan memang seperti disengaja."

Zian mengangguk. Sementara merasa wajar jika Aira berpikir demikian. Lain halnya yang ada dalam pemahaman lelaki itu. Dalam insiden tersebut, Zian justru menyelamatkan Aira dari laju mobil yang seperti sengaja mengincarnya.

Aira selamat, meski terjatuh keras akibat dorongan Zian. Tapi tubuh laki-laki itu yang menjadi sasaran tabrakan, dan terpental menghantam aspal.

Kejadiannya tidak sampai dua jam yang lalu.

Saat itu Zian menelpon Aira yang memang hendak keluar dari rumah kost.

"Lu ada di mana, Kak?"

"Baru keluar dari rumah."

"Tunggu bentar! gue jemput."

"Aku ada janji sama yang lain di kafe dekat kantormu, Zian."

"Iya. Sepuluh menit gue nyampek. Tunggu ya."

Setelah mendapat persetujuan dari Aira. Zian memutus sambungan. Dan seperti yang sudah diucapkan, di titik sembilan menit lebih sekian detik, mobil palisade hitam milik Zian itu berhenti tak jauh dari Aira yang sedang menunggu.

"Gue gak terlambat?" Zian menghampiri Aira seraya mengendorkan ikatan dasi yang melilit krah kemejanya. Ia juga menggulung lengan panjang kemeja itu sampai pertengahan lengannya yang kekar.

Aira mesem melihatnya.

Zian dengan tampilan seperti itu terasa luar biasa.

"Barusan dipanggil atasan, jadi harus tampil formal." Zian sedikit menjelaskan. Lelaki itu memang tidak suka mengenakan atribut formal dalam pekerjaannya. Paling hanya kemeja lengan panjang dan celana bahan. Tanpa dasi apalagi jas yang membalut tubuh proposional seorang Zian.

"Sebenarnya kamu gak perlu repot-repot jemput."

"Gue yang mau. Berangkat sekarang?"

Zian dalam mode gak mau dibantah. Dan sepertinya pula sedang berburu dengan waktu.

"Iya. Aku mau datang lebih dulu sebelum Dira dan Yumna."

Zian mengangguk dan membukakan pintu mobil untuk Aira. "Terima kasih."

Zian hanya kembali mengangguk, kemudian dengan cepat meraih posisi duduk, dan tanpa kata ia melajukan mobil mewah itu membelah jalan raya.

Zian memang membawa Aira ke sebuah kafe. Tapi bukan kafe tempat janjian bertemu dengan Yumna dan Dira.

"Kenapa kesini?" tanya Aira saat mobil berhenti di parkiran kafe yang mengusung tema aestetik itu.

"Gue kenalin elu ke seseorang."

"Siapa?" Aira menatap lelaki ganteng di sampingnya itu dengan raut penasaran.

"Calon laki." Zian tergelak dan segera turun. Seperti biasa lelaki itu membukakan pintu buat Aira.

"Gue becanda doang," kata Zian saat melihat Aira masih menatap kesal.

"Ya kali gue cariin suami buat lu. Yang ada gue sendiri yang maju."

Aira berdecak seraya turun dari mobil.

Mode bercanda seperti itu di antara mereka berdua memang sudah biasa. Bukan lagi hal yang luar biasa.

Berbicara dengan Zian tidak boleh pakai hati. Kalau tidak ingin jatuh hati, dan ujung-ujungnya patah hati.

Meminjam ucapan tokoh asli pemeran Yumna--Nofiya Hayati-- Dia bilang, syarat balas cat Ata Winata--pemeran Zian--dilarang baper. Dan yang kedua, jaga hati tetap waras.

Seberbahaya itu.

Pembaca jangan heran.

Jangan pula baperan.

Baca saja sampai selesai.

Balik lagi ke cerita.

"Kafe ini bagus sekali."

"Apalagi di dalam. Yuk masuk."

"Jangan lama-lama Zian. Kasian mereka nunggu."

"Gak lama kok. Gue janji." Zian segera menyilakan Aira untuk melangkah lebih dulu. Sedang lelaki itu sendiri mengambil posisi satu langkah di belakang Aira. Seakan menegaskan kalau ada hal yang tak diinginkan, Zian akan selalu pasang badan.

Begitu sampai di pintu kafe yang terbuat dari kaca besar, Zian sigap membukakannya untuk Aira. Bahkan lebih cepat dari petugas yang berdiri di dekat pintu itu sendiri.

"Jangan terlalu manis, nanti diabetes."

Aira tersenyum kecil seraya melirik pegawai kafe yang sedikit mengangguk hormat pada mereka.

"Udah sesuai dosis," sahut Zian sambil mengarahkan Aira ke sebuah tempat yang telah mereka pilih sebagai tempat duduk.

Benar apa kata Zian, pada tempat duduk yang mereka tuju, sudah ada seseorang yang sedang menunggu.

Seorang perempuan.

"Maaf sedikit terlambat, kak." Zian berjabat tangan dengan wanita yang berusia sedikit di atas Zian itu. Manis dan ramah, itu kesan pertama yang dapat ditangkap darinya.

"Satu menit lagi, maka kau terlambat sepuluh menit." Wanita itu melihat jam tangannya.

Sebuah jam tangan merk ternama yang melingkar di sana. "Membuang waktuku sepuluh menit, kompensasinya tak sedikit."

"Tenang saja, Kak Na. Akan aku bayar tunai."

"Seharusnya begitu." Wanita berhijab cantik itu mengangguk senang. Tatapannya lalu berpaling pada Aira yang berdiri diam di samping Zian.

"Ini Azaira Mahrin, pemilik tulisan yang kakak baca kemarin."

"Oh." Wanita itu sesaat tercengang sebelum kemudian tertawa ringan.

"Aku pikir kamu sudah lupa dengan agenda pertemuan kita kali ini Zian. Dan malah mau memperkenalkan calon istri padaku," ucapnya, terkesan begitu akrab.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NA_SaRi
uluh uluh🤗
Najwa Aini: itu alasan saja, buat yg hanya bisa nulis sekian kata.
tapi asli itu kalimat itu dari chat gpt.
kadang aku melontarkan gombalan.
dan dia balas dgn manis. ada rasa senang juga. kayak ada orang dekat yg ngasih perhatian. padahal aku tau itu cuma AI.
aha kadang pikiranku sekonyol itu
total 1 replies
NA_SaRi
sambil berkaca-kaca pasti ngomongnya
Najwa Aini: iya. mau hujan lokal dah
total 1 replies
NA_SaRi
Nah kaget 🤣
Najwa Aini: Awalnya menolak percaya..
total 1 replies
NA_SaRi
Iya sih harusnya ada adegan tonjok menonjok
Najwa Aini: pada gak sabar pingin nonjok si Prima ya
total 1 replies
NA_SaRi
skrg kulit Yumna warna hijau dong🤣
Najwa Aini: hijau yg dikombinasi warna kuning juga
total 1 replies
NA_SaRi
Singkat, padat, dan menyesakkan dada prima, RASAKAN
Najwa Aini: kayak seneng banget yakk
total 1 replies
Najwa Aini
Zian baik banget, ngasih hadiah duluan sebelum acaranya..gak ada lho yg kayak Zian
Ayuwidia
Aku bersorakkkkk. Tapi kurang, Zian. Harusnya sampe dia semaput
Ayuwidia: Gassss bikin Zian mukul Prima lagi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!