Long Zhu, Kaisar Dewa Semesta, adalah entitas absolut yang duduk di puncak segala eksistensi. Setelah miliaran tahun mengawasi kosmos yang tunduk padanya, ia terjangkit kebosanan abadi. Jenuh dengan kesempurnaan dan keheningan takhtanya, ia mengambil keputusan impulsif: turun ke Alam Fana untuk mencari "hiburan".
Dengan menyamar sebagai pengelana tua pemalas bernama Zhu Lao, Long Zhu menikmati sensasi duniawi—rasa pedas, kehangatan teh murah, dan kegigihan manusia yang rapuh. Perjalanannya mempertemukannya dengan lima individu unik: Li Xian yang berhati teguh, Mu Qing yang mendambakan kebebasan, Tao Lin si jenius pedang pemabuk, Shen Hu si raksasa berhati lembut, dan Yue Lian yang menyimpan darah naga misterius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Cakar Setan Laut dan Sendok Sup
Tiga titik hitam itu melesat menembus awan dengan kecepatan kilat. Mereka tidak terbang dengan pedang, melainkan menginjak awan hitam pekat, sebuah teknik iblis yang menandakan kultivasi yang sangat dalam.
Zhuuussshh!
Tiga sosok mendarat di depan gerbang Sekte Langit Abadi, embusan angin kedatangan mereka meniup debu dan kerikil ke halaman.
Li Xian, yang mengintip dari pintu dapur, langsung merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Hawa sakti ketiga orang ini jauh lebih pekat dan jahat daripada Iblis Darah sebelumnya. Ini adalah niat membunuh yang terasah.
Pemimpinnya adalah seorang pria tua kurus kering dengan jubah abu-abu kusam, matanya seperti mata ikan mati. Di belakangnya berdiri dua pria paruh baya yang tampak garang, aura mereka berfluktuasi di Ranah Raja Pertengahan.
Tetapi pria tua itu... dia adalah Ranah Raja Puncak, hanya selangkah lagi dari Ranah Kaisar.
Tetua itu, yang dikenal sebagai Tetua Gui dari Sekte Iblis Laut, mengabaikan yang lain. Matanya yang mati tertuju pada Yue Lian.
"Gadis Naga," suaranya serak, seperti batu nisan yang digerus. "Kau telah membuat kami berlari cukup jauh. Berhenti melawan takdirmu. Garis darah Nagamu akan menjadi kehormatan besar saat dipersembahkan kepada Leluhur Iblis kami."
Yue Lian gemetar, bukan karena takut, tetapi karena marah. "Garis darahku adalah milikku! Kalian iblis-iblis najis tidak pantas menyentuhnya!"
"Nona Yue Lian!" Shen Hu, melihat gadis itu dalam bahaya, melangkah maju, memegang tongkat api ubinya seperti gada.
Tetua Gui melirik Shen Hu. "Makhluk bodoh yang berotot. Minggir atau hancur."
Dia kemudian melihat ke sekeliling sebuah pondok sederhana, seorang pemabuk yang memegang kapak tumpul (Tao Lin), seorang gadis es yang menjaga api (Mu Qing), dan seorang anak yang mengintip dari dapur (Li Xian).
Dia tertawa, tawa kering yang menyakitkan telinga. "Bersembunyi di sekte pengemis? Inikah pelindung yang kau temukan, Gadis Naga? Sekelompok sampah yang bahkan tidak bisa berkultivasi dengan benar?"
Penghinaan itu terlalu berat bagi Tao Lin. Dia telah gagal menebang pohon. Dia tidak akan gagal membela kehormatan Sekte.
"MAHLUK JAHAT!" raung Tao Lin, melangkah maju. Meskipun dia tidak diizinkan menggunakan Niat Pedang, aura Ranah Raja-nya meledak. "Beraninya kau menghina tanah suci Sekte Langit Abadi! Bersujudlah di depan Leluhur dan minta ampun, atau hadapi pemusnahan!"
Mata Tetua Gui melebar sedikit karena terkejut. "Sebuah... Ranah Raja? Seorang kultivator Ranah Raja... menjadi anjing penjaga untuk gubuk ini?"
Dia menatap Tao Lin seolah dia adalah serangga yang paling menarik. "Menarik! Kau telah meninggalkan jalan lurus dan bergabung dengan sekte rendahan ini. Biarkan tetua ini membersihkan dunia dari sampah sepertimu!"
Tetua Gui tidak bergerak. Dia hanya mengangkat tangannya yang kurus kering. Udara di sekitarnya berubah menjadi hitam. Energi iblis yang pekat berkumpul, membentuk cakar hantu raksasa berwarna hitam legam di udara.
"Mati!"
"Cakar Setan Laut!"
Cakar itu melesat ke arah Tao Lin, merobek udara. Itu adalah serangan yang membawa serta kekuatan lautan yang mematikan.
Naluri Tao Lin menjerit untuk menggunakan Niat Pedangnya. Tapi dia teringat hukuman Zhu Lao. Dia ragu-ragu. Tidak! Aku harus mengandalkan... kekuatan!
Dia mengangkat kapak berkarat itu dan mengayunkannya dengan seluruh kekuatan fisiknya, seperti yang telah dia lakukan pada pohon. DONG!
KRAAAAAK!
Kapak berkarat itu hancur berkeping-keping saat bersentuhan dengan Cakar Setan. Energi iblis itu menghantam dada Tao Lin.
BLARR!
Tao Lin terlempar ke belakang seperti layang-layang putus, menghantam dinding batu giok pondok dengan keras. Dinding itu bergetar tetapi tidak retak. Tao Lin jatuh ke tanah, batuk darah hitam, meridiannya hancur. Dia dikalahkan dalam satu gerakan.
"Tao Lin!" teriak Li Xian.
Mu Qing dan Shen Hu bergegas ke sisinya.
Tetua Gui mendengus. "Sampah Ranah Raja yang lemah." Dia berbalik ke Yue Lian. "Sekarang, tidak ada lagi yang menghalangi."
Dia mulai berjalan maju.
Di ambang pintu dapur, Zhu Lao menghela napas. Itu adalah helaan napas yang dalam dan sangat kesal.
"Asisten Dapur," katanya ke dalam dapur.
"Y-ya, Guru?!" Li Xian menjawab dari dalam, gemetar.
"Sup-nya," kata Zhu Lao. "Kau lupa garam."
Zhu Lao melangkah keluar dari dapur. Di tangannya, dia memegang sendok sup kayu besar yang digunakan Li Xian untuk mengaduk panci.
Tetua Gui berhenti. Dia menatap pemuda tampan yang tak terlukiskan ini, yang muncul tanpa aura sedikit pun. "Bocah cantik. Kau selanjutnya? Jangan khawatir, aku akan menjaga wajahmu tetap utuh untuk koleksiku."
Dia mengangkat tangannya lagi, menyiapkan Cakar Setan Laut kedua.
Zhu Lao mengabaikannya. Dia memandang Tao Lin yang terluka, lalu ke halaman yang kini ternoda oleh darah Tao Lin dan jejak kaki iblis.
"Kalian," kata Zhu Lao, suaranya yang merdu terdengar dingin untuk pertama kalinya. "Terus mengotori halamanku. Dan sekarang... kalian menunda sarapanku."
"Mati!" teriak Tetua Gui, muak dengan omong kosong itu. Cakar Setan kedua melesat ke arah Zhu Lao.
Zhu Lao mengangkat sendok sup kayu itu.
Dia tidak menyerang. Dia tidak bergerak.
Dia hanya... mengetuk sendok itu ke pintu dapurnya.
Ting.
Suara itu kecil. Nyaris tak terdengar.
Di tengah halaman, Cakar Setan Laut yang mengamuk serangan Ranah Raja Puncak—tiba-tiba membeku di udara, tiga kaki di depan wajah Zhu Lao.
Energi iblis yang pekat itu bergetar hebat, tetapi tidak bisa maju satu inci pun.
Wajah Tetua Gui berubah dari sombong menjadi ngeri murni. "Apa... kekuatan apa ini?! Kau... kau menghentikan teknikku?!"
Zhu Lao menurunkan sendok sup itu. Dia menatap ketiga penyusup itu.
"Kalian tahu," kata Zhu Lao pelan. "Aku baru saja selesai membersihkan abu Iblis Darah dari tempat itu."
Dia mengambil satu langkah maju.
Aura kuat yang tak terlukiskan, tak terbayangkan, dan tak terukur Aura Kaisar Dewa Semesta terlepas dalam sepersepuluh ribu persen dari kekuatannya.
Itu bukan tekanan. Itu adalah kehampaan.
Seolah-olah seluruh gunung, seluruh langit, dan seluruh Dao telah lenyap, digantikan oleh keberadaan tunggal Zhu Lao.
Tetua Gui dan kedua pengikutnya membeku total. Lutut mereka gemetar hebat. Kultivasi Ranah Raja mereka terasa seperti setetes embun di hadapan matahari kosmik. Mereka tidak bisa bernapas. Jiwa mereka menjerit.
Cakar Setan Laut yang membeku di udara larut menjadi ketiadaan, energinya dihisap oleh kehampaan itu.
"Yang Mulia..." Tetua Gui tergagap, darah mengalir dari mata dan hidungnya hanya karena mencoba menahan tekanan pasif itu. "Yang Mulia... Abadi... mohon... mohon ampun..."
Zhu Lao menatap mereka. "Maaf," katanya. "Hanya ada satu hukuman untuk orang yang menunda sarapanku."