NovelToon NovelToon
A Promise Between Us

A Promise Between Us

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:653
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Seorang wanita muda dengan ambisinya menjadi seorang manager marketing di perusahaan besar. Tasya harus bersaing dengan Revan Aditya, seorang pemuda tampan dan cerdas. Saat mereka sedang mempresentasikan strategi marketing tiba-tiba data Tasya ada yang menyabotase. Tasya menuduh Revan yang sudah merusak datanya karena mengingat mereka adalah rivalitas. Apakah Revan yang merusak semua data milik Tasya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari bukti

Keesokan paginya, sebelum aktivitas kantor benar-benar dimulai, Revan menghampiri meja Tasya. Ia menunduk sedikit, suaranya nyaris berbisik.

"Sya … soal tadi malam, jangan ceritakan pada siapa pun, ya," ucap Revan singkat, matanya menatap penuh makna.

Tasya hanya mengangguk pelan, meski wajahnya masih menyisakan keraguan.

Tak jauh dari situ, Fira yang kebetulan baru saja meletakkan berkas di meja kerjanya, memperhatikan dengan seksama. Gerak-gerik Revan dan Tasya yang begitu dekat membuatnya bertanya-tanya. Begitu Revan beranjak pergi, Fira langsung menghampiri Tasya.

"Tas … ada apa sebenarnya antara kamu dan Revan?" tanya Fira dengan nada hati-hati. "Kemarin kalian sempat bersitegang, tapi sekarang malah terlihat seperti menyimpan sesuatu. Aku jadi curiga, jangan-jangan ... kalian ..."

Tasya terdiam. Kedua tangannya saling meremas, bingung apakah harus menjawab atau tetap menyimpan rahasia itu rapat-rapat.

"Enggak ... cuma bahas next project yang bakal kerja sama influencer yang lagi naik daun itu. Jangan mikir aneh-aneh deh, Fir!" sahut Tasya mencoba tenang.

Fira menyipitkan mata, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Cuma itu? Masa iya Revan sampai harus bisik-bisik segala? Kamu tuh kalau bohong kelihatan banget, Tas."

Tasya menghela napas, lalu pura-pura sibuk membuka laptopnya. "Fira, serius deh. Aku lagi nggak mau bahas yang lain. Fokus aja ke kerjaan, ya?"

Fira masih menatapnya lama, seakan berusaha membaca ekspresi sahabatnya. Namun akhirnya ia hanya mengangguk kecil, meski jelas rasa penasarannya belum hilang.

"Baiklah … tapi kalau ada apa-apa, janji kamu cerita sama aku, Tas. Jangan dipendam sendiri."

Tasya tersenyum tipis, walau dalam hati dadanya semakin sesak. Janji pada Fira terasa berat, karena di saat yang sama ia juga terikat dengan permintaan Revan untuk bungkam.

Saat ia menatap layar laptop, pikirannya kembali melayang pada kejadian semalam, tatapan mata Revan, nada suaranya yang penuh tekanan, dan data-data rusak yang ditunjukkan padanya. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar rivalitas kerja.

Sementara itu, di ruangannya, Revan duduk dengan wajah serius. Jemarinya mengetuk meja berulang kali. Ingatannya terus memutar kejadian sabotase data itu. "Siapa pun pelakunya, jelas dia bukan hanya mengincar aku … tapi juga Tasya," gumamnya pelan.

Revan menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap kosong ke arah jendela besar di ruangannya. Jemarinya masih mengetuk meja tanpa irama, tanda pikirannya kacau.

Tok. Tok. Tok.

Pintu ruangannya diketuk perlahan.

"Masuk," ucap Revan datar, tanpa menoleh.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria muda dengan setelan rapi namun aura ramah yang langsung terasa. Aldo, staf baru di tim marketing, membawa map biru di tangannya. Wajahnya terlihat selalu tenang, berbeda dengan rekan-rekan lain yang cenderung kaku di depan Revan.

"Pak Revan," sapa Aldo sopan, sambil menaruh map di meja. "Ini draft awal kerja sama dengan influencer yang sempat Bapak minta. Saya pikir lebih baik kita diskusikan dulu sebelum meeting sama tim sore nanti."

Revan menatapnya sekilas, lalu mengangguk. "Taruh saja di situ. Nanti saya cek."

Aldo tidak langsung pergi. Ia memperhatikan ekspresi Revan yang jelas berbeda dari biasanya, sorot matanya kosong, alisnya mengerut, bahkan sesekali menarik napas panjang seolah menahan sesuatu.

"Pak … kalau boleh jujur, Bapak kelihatan nggak fokus hari ini," ucap Aldo hati-hati. "Ada masalah, ya?"

Revan terdiam, menatap Aldo sejenak. Biasanya ia tidak suka ada anak buah yang terlalu mencampuri urusan pribadinya. Tapi ada sesuatu pada nada suara Aldo, tenang, tulus, tanpa maksud mencari tahu lebih jauh yang membuatnya tidak langsung menolak.

"Aku cuma lagi mikirin hal kecil," jawab Revan akhirnya, berusaha menutupinya. "Nggak usah dipikirin. Fokus saja ke pekerjaanmu."

Aldo tersenyum tipis, lalu menunduk sedikit. "Baik, Pak. Tapi … kalau suatu saat butuh bantuan, jangan ragu bilang. Saya di sini bukan cuma buat kerja, tapi juga bagian dari tim. Saya ingin tim ini maju bareng, bukan jalan sendiri-sendiri."

Ucapan sederhana itu membuat Revan terdiam sejenak. Ada sesuatu yang menohok, entah karena terasa terlalu tulus, atau justru mengingatkannya bahwa ia tidak bisa menghadapi semua ini sendirian.

Setelah Aldo pamit keluar, Revan bersandar lagi ke kursi. Untuk pertama kalinya pagi itu, ia merasa sedikit lebih ringan.

"Anak itu … berbeda," gumamnya lirih.

Setelah keluar dari ruangan Revan, Aldo menghampiri meja kerja Tasya.

"Tasya, aku udah lihat draft proposal untuk kerja sama dengan influencer itu," ucap Aldo sambil meletakkan beberapa berkas di meja.

Tasya menoleh, lalu menggeser kursinya sedikit mendekat. "Iya, aku juga lagi hitung ulang anggarannya. Beberapa poin masih bisa ditekan biar budget nggak terlalu meledak."

Mereka pun mulai membicarakan detail angka dan strategi yang akan dipakai. Namun, di tengah pembahasan, Aldo tiba-tiba menghela napas pelan, lalu melirik ke arah ruangan Revan.

"Ngomong-ngomong … aku perhatiin, Pak Revan keliatan suntuk banget akhir-akhir ini ya. Kayak ada banyak pikiran yang dia simpan."

Tasya sempat terdiam sepersekian detik. Tangannya yang memegang pena berhenti bergerak, lalu ia buru-buru menunduk menandai angka di kertas. "Mungkin beliau memang lagi fokus sama kerjaan, Al. Wajar aja kalau kelihatan serius," jawabnya singkat, berusaha terdengar datar.

Aldo menatap Tasya penasaran. "Iya sih, tapi tetap aja keliatan beda. Kamu nggak ngerasa juga?"

Tasya tersenyum tipis, lalu merapikan kertas di hadapannya. "Kita bahas dulu aja soal proposal ini. Deadline-nya kan mepet," potongnya halus, jelas-jelas ingin menghindar dari topik tentang Revan.

Aldo hanya mengangguk pelan, meski sorot matanya menunjukkan rasa ingin tahu yang lebih besar.

---

Tasya menunggu sampai suasana kantor agak sepi. Satu per satu karyawan mulai fokus ke layar mereka masing-masing, sementara Revan masih terkurung di dalam ruangannya. Ia menarik napas panjang, lalu pura-pura berjalan santai melewati meja-meja.

Matanya awas, memperhatikan layar komputer yang sempat terbuka, dokumen yang masih tersisa, hingga email yang belum ditutup rapat. Jari jemarinya sempat berhenti di pinggiran meja salah satu karyawan, mencoba menelaah sekilas.

Namun, semakin ia memeriksa, semakin jelas, tidak ada hal mencurigakan. Semuanya tampak normal, bahkan terlalu normal.

Tasya menggigit bibir bawahnya. Apa orang yang menyabotase datanya berasal dari luar?

"Tas, kamu kenapa? Aku perhatiin kamu mondar-mandir aja kayak lagi kehilangan sesuatu," tanya Aldo yang ternyata sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Tasya.

"Eh, enggak kok," sahut Tasya spontan.

"Tasya memang begitu, Al, energinya nggak habis-habis. Iya nggak, Tas?" sela Fira yang tidak sengaja mendengarkan celetukan Aldo.

"I-iya. Lagian pegel tahu duduk terus. Makanya sekalian peregangan," ucap Tasya.

Fira dan Aldo hanya mengangguk pelan setuju dengan ucapan Tasya karena memang merasakan pegal jika duduk terlalu lama.

"Tas ... tangan kamu kenapa memar? Kepentok sesuatu, kah?" tanya Aldo yang tidak sengaja melihat ada memar di lengan Tasya.

Refleks Tasya menutup lengannya dengan cepat, seolah menyembunyikan sesuatu. "Ah, ini? Nggak, cuma kebentur meja kemarin," jawabnya buru-buru, senyum dipaksakan.

Aldo menatapnya ragu, seolah ingin bertanya lebih jauh. Tapi sebelum sempat membuka mulut lagi, Revan keluar dari ruangannya. Tatapan matanya langsung jatuh pada Tasya, lalu singgah sekilas pada Aldo yang masih berdiri di dekatnya.

Suasana jadi menegang tanpa alasan yang jelas.

TO BE CONTINUED

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!