gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Deni mengangguk mantap, ia menunjukkan keseriusan. Ia merasa trauma sebab wajah seram si setan tobrut itu masih terekam jelas dalam benaknya.
"Iya, maksudku semalam aku dihantui wewe gombel". Sambung Deni kembali.
"Ah, yang bener kamu Den? Jangan-jangan bohong lagi? Sorry ya, bukannya kami gak percaya, tapi daripada jujur, kamu itu lebih banyak bohongnya" sahut Tegar dengan ragu
"Ck! Kali ini aku gak bohong Gar! Aku beneran liat makhluk itu semalem. Entah kenapa firasatku mengatakan kalo setan itu mengikuti ku setelah ritual di kuburan tua dua hari yang lalu."
Obrolan mereka pun menjadi sangat serius. Rasa takut tiba-tiba muncul menyergap Dimas dan Tegar. Apalagi mereka tidak pernah melewatkan sedetikpun cerita yang disampaikan Deni.
"Jangan-jangan, setan itu khodam kamu Den!" balas Tegar seraya dengan suara rendah.
"Dih! Enak aja. Yang lain aja bisa dapet khodam macam-macam, masa aku dapet khodam setan berdaster."
"Heh! Jangan sembarangan kalo ngomong. Setan itu sakti. Dia bisa tau kalo kita sedang ngomongin dia. Berdoa aja biar kamu gak dibawa pergi".
"Emang kenapa kalo dibawa pergi Gar?" Tanya Dimas penasaran
"Konon katanya, orang-orang yang diculik Wewe gombel, terus dikasih minum di alam nya, sukmanya dipastikan tidak bisa pulang".
Degh!
Deni membelalak. Ia menelan ludah dengan kasar. Tak bisa dipungkiri lagi kalau rasa takut kembali datang
"Pokoknya aku cuma berpesan, apapun yang dikasih setan itu jangan dimakan meskipun yang kamu liat itu nasi padang. Yasudah kami pulang dulu ya Den".
"Tunggu! Siapa yang bolehin kalian pulang?" teriak Deni sambil menghalangi dua sahabatnya.
"Lah kita gak lembur Den." sahut Tegar
"Iya, aku juga capek tadi ngangkat pakan ayam berkarung-karung". Dimas ikut menimpali.
"Dan setelah kalian asik ngomongin demit, kalian mau pulang ninggalin aku begitu aja? Mana solidaritas kalian ha?".
"Ini bukan masalah solidaritas Den, tapi udah menyangkut kesehatan jiwa dan raga kita."
"Kalo sampek kalian nekat pulang, tak sumpahin kalian bakal di gondol Wewe gombel". Ucap Deni penuh penekanan.
"Huss! Lambemu. Ya udah, malam ini aku sama Dimas temenin kamu. Tapi awas ya, jangan lupa gorengan nya".
Deni mengulas senyum sambil mengacungkan jempol. Keduanya mengurungkan niat untuk pulang dan menemani Deni yang lagi lembur.
Tiga pemuda itu kemudian masuk kembali ke ruangan tempat istirahat. Sebuah bilik sederhana yang memang disediakan juragan untuk pekerja melepas lelah. Malam terus merambat, detak waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, namun suasana terasa sangat sepi tidak seperti sebelum-sebelumnya. Hingga mereka mendengar riuh ayam-ayam yang tidak berhenti bersuara.
"Tumben banget ayam pada berisik. Kamu udah kontrol kandang yang paling ujung ta Den". Tanya Tegar pada Deni yang sedang asik main game.
"Udah, tadi yang ngecek Dimas".
"Coba cek lagi, jangan-jangan ada maling".
"Mana ada maling operasi jam segini".
"Makanya di cek dulu, kalo beneran ada maling gimaana? Kamu mau ganti rugi?".
Dengan malas Deni melangkah menghampiri sumber suara, namun anehnya, sorot lampu senternya tidak menemukan apapun, bahkan riuh ayam-ayam yang sebelumnya ia dengar juga menghilang begitu saja.
Baru aja Deni hendak memutar badan, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang perempuan yang memanggilnya.
"Mas?".
Panggilan kedua disertai sentuhan di pundak, sebuah tangan yang daei telapak tangan yang terasa dingin. Karena penasaran, Deni akhirnya memberanikan diri memutar badan. Hingga dibelakangnya tepat berdiri sosok Wewe gombel.
Deni langsung lari kocar-kacir sambil memanggil dua sahabatnya.
"Dim! Gar! Setan! Setan!" teriak Deni ketakutan.
"Kamu kalo ngomong yang jelas dong! Ada apa?"
"Barusan aku ketemu lagi sama setan yang kita bahas tadi". Jelas Deni dengan nafas tersengal-sengal.
"Yang bener kamu?".
"Sumpah demi tuhan Dim, aku gak bohong".
"Kalo sampek ketemu setan yang sama, itu tandanya ada yang gak beres Den". Sahut Tegar hingga membuat Dimas dan Deni memusatkan perhatian ke arahnya.
"Gak beres gimana maksud kamu".
"Mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan Den".
"Terus gimana dong? Nyesel aku ikut-ikutan ritual buat dapetin khodam, ini juga gara-gara kalian".
"Dih! Nyalahin kita".
"Pokoknya gak mau tau, gimanapun caranya setan itu harus berhenti ngikutin aku".
Cukup lama ketiganya terdiam, sebelum akhirnya Tegar mendapatkan ide cemerlang.
"Aku ada cara Den, semoga ini berhasil".
"Hah, Cara apa?"
"Kita lakukan komunikasi dan meditasi agar tau apa yang di inginkan setan itu melalui sebuah mantra".
"Mantra? Mantra apa?
Tegar menatap dua sahabatnya sebelum mendekat dan berbisik.
"Mantra jalangkung".
"Gila! Gak! Gak! Aku gak mau! Sebenarnya kalian ini mau bantuin aku apa mau numbalin aku?" sungut Deni menolak.
"Idih! Emangnya kami manusia yang suka sekutu-sekutuan sama setan apa? Kami cuma mau bantuin kamu. Mantra itu tujuannya supaya setan itu mau menyampaikan apa yang dia mau. Barangkali kamu ngelakuin sesuatu yang bikin dia marah?".
Deni terdiam, lama dirinya menimbang-nimbang saran dari Tegar, hingga akhirnya dia menyetujui nya.
"Ck! Yaudah, tapi kalian harus janji, jangan ninggalin aku sendiri".
Tanpa lama, ketiganya melakukan eksekusi berbekal tutorial dari yusube, mereka menyiapkan uborampe untuk melakukan ritual itu.
"Menyan udah, kembang udah, dupa udah, lilin udah. Tinggal nyari buku sama pensil aja nih". ujar Deni saat memindai peralatan untuk ritual yang sudah berjajar rapi di atas tikar.
"Itu mah jailangkung jaman SD, kamu masih mau pakai cara begitu? Jaman udah berubah Den, Setan juga sekarang udah upgrade". Timpal Tegar dengan nada mengejek.
"Terus kita pakai cara apa?"
"Nih! Pakai!
Tegar kemudian mengulurkan kain kepada Deni, sebuah kain berwarna putih seperti kain mori.
"Apaan nih?"
"Seprei punya emak dirumah. Cepetan pakai".
Sontak saja Deni melotot, tanpa ba-bi-bu lagi dia udah paham kemana arah pembicaraan Tegar.
"Maksudmu aku disuruh cosplay jadi pocong?" Tanya Deni hingga membuat Tegar mengangguk.
"Aku masih bernafas Gar!"
"Iya, siapa juga yang bilang kamu udah mati Den. Cara ini dipercaya paling ampuh Den. Kamu mau masalah nya cepet kelar kan? Atau mau diikutin setan tobrut selamanya?"
Lagi lagi Deni tak berkutik, ia membiarkan Tegar dan Dimas melakukan apa aja, termasuk membungkus tubuhnya hingga Deni menyerupai seikat pocong.
Selama proses itu, sebenarnya Deni merasa curiga. Ia khawatir Dimas dan Tegar hanya bermaksud mengerjainya. Namun di sisi lain, ia juga ingin menyudahi teror yang ada.
"Udah belum nih?"
"Udah, sekarang kita tinggal bawa kamu ke tempat dimana kamu melihat Wewe gombel tadi. Ingat ya Den, jangan lupa baca mantra nya". Ucap Tegar memperingatkan.