NovelToon NovelToon
Dua Hati Satu Takdir

Dua Hati Satu Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.

Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.

Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.

Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Anak perempuan pertama sering kali menyimpan rasa sedih dan sakitnya seorang diri, pernah mendengar bukankah anak perempuan pertama bahunya harus sekuat baja karena menjadi tumpuan bagi adik dan orangtuanya.

Alya, termasuk menjadi salah satu anak perempuan yang bahunya sekuat baja dan hatinya sekeras batu karang. Banyak menyimpan perasaan seorang diri, menjadikan Alya menjadi sosok perempuan yang tertutup bahkan lebih banyak menyendiri.

Malam ini hujan kembali turun dengan cukup deras, untung saja Alya sudah sampai dirumah. Alya memang memiliki kendaraan roda empat namun tidak semewah milik Rani yang pernah dibicarakan oleh Fahri.

Disalah satu sudut kamar yang cukup luas, Alya sedang menatap hujan yang turun dari balik jendela kamarnya tanpa suara apalagi tangisan.

Tok...tok...tok..

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Alya, dengan suara yang lembut Alya memberikan izin untuk masuk.

" Belum tidur Kak? Ibu bawakan coklat hangat untuk menemani malam dingin ini". Maya menyimpan cangkir dimeja kamar Alya.

" Tidak perlu repot Bu, nanti Kakak bisa buat sendiri. Ibu belum tidur?". Alya menjawab dengan memperbaiki posisi duduknya.

Maya kini menatap wajah sang anak, ada guratan sedih halus yang selalu disembunyikan kini terlihat nyata dan sangat jelas.

" Capek ya Kak? Maaf..."

Mendengar sang Ibu mengucapkan kata maaf membuat Alya mengerutkan keningnya, bingung entah mengapa Ibunya mengucapkan kata maaf bukankah tidak ada perdebatan selama ini? Lalu, kejadian mana yang harus dimaafkan?.

" Maaf atas ucapan dan sikap adikmu selama ini kak, Ibu gagal mendidik anak Ibu untuk bersikap baik". Ratna seolah mengentikan ucapannya agar tidak ada air mata yang jatuh.

Maya merasa sangat bersalah, melihat wajah Alya yang kali ini terlihat jelas membuat hatinya semakin sakit. Selama ini Maya tidak pernah membedakan antara Alya dan juga Fahri semua diperlakukan sama, hanya saja Alya memang lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar.

" Tidak apa-apa Bu, Fahri memang benar hanya saja mungkin cara penyampaian dan waktunya yang kurang tepat. Maafkan Alya Bu, tadi pagi pergi tanpa sopan". Alya justru merasa tidak enak.

" Dimata ibu semua sama tidak ada anak perempuan ataupun laki-laki, tidak ada anak pertama yang harus menanggung beban sedangkan anak terakhir harus menikmati...".

" Semua sama Kak, semua harus memiliki aturan dan bahkan etika dalam berbicara dan bersikap dimanapun mereka berada. Ibu sudah menegur Ayah agar tidak memanjakan Fahri, maafkan ibu ya kak". Lagi Maya mengucapkan kata maaf untuk sang Anak.

“ Bersandar sama Ibu kak, jangan semua dipendam sendiri. Manusia memiliki kekuatan yang terbatas, tidak semua bisa dipendam sendirian".

Maya seolah sedang menyelami perasaan sang anak yang kini terlihat tatapannya begitu kosong.

" Maaf Bu, jika Alya belum sehebat anak yang lain. Maaf jika...." ucapan itu terhenti ketika tubuh Alya di tarik kedalam pelukan sang Ibu.

Kini kedua wanita berbeda usia sedang meluapkan emosi dengan air mata dan pelukan erat, tidak ada ungkapan kata yang keluar saat ini.

" Ibu tahu Kak, diamnya kamu, senyum tipisnya kamu, semua gerakan yang seolah semua baik-baik saja Ibu paham kamu sedang menyimpan luka yang begitu dalam". Maya benar-benar menyelami perasaan sang anak.

" Apakah salah jika Alya merasa lelah Bu? Alya berusaha melakukan yang terbaik untuk siapapun, tapi mengapa sangat sulit untuk menghargai Alya Bu?" akhirnya dekapan itu kini terurai.

" Ibu...."

Maya menganggukkan kepalanya, mengusap kedua pipi basah sang anak perempuan yang ternyata sudah sedalam itu merasakan sakitnya.

" Jika semua Alya yang tanggung, lalu siapa yang bertanggung jawab atas sakitnya Alya Bu? Atas lelah nya Alya selama ini?" akhirnya keluhan itu keluar dari mulut sang anak.

Terasa sekali sakitnya bahkan dari lirihan tangisan Alya, seolah irisan sakit hati itu begitu menyayat dan sangat dalam.

" Pulang ke Ibu kak, kapan pun kakak butuh ibu akan selalu ada... Tolong libatkan ibu ya sayang, andalkan Ibu". Maya mengecup hangat kening sang anak seolah menyalurkan rasa cinta yang begitu dalam.

" Maafkan Alya Bu..."

" Alya tidak sekuat itu ibu..... Hikss hiksss hiksss".

Diluar kamar ternyata ada seorang Ayah yang sedang mendengarkan obrolan kedua wanita kesayangannya, terasa sakit sebagai seorang Ayah yang seharusnya menjadi cinta pertama untuk anaknya justru kini tidak menjadi sandaran atas rasa sedihnya.

Maafkan Ayah Nak, seharusnya Ayah menjadi orang pertama yang melindungi kamu tapi justru ayah menjadi salah satu sumber sakitnya kamu...

Ternyata sakit yang kamu simpan sudah sedalam dan sebanyak itu, dan Ayah tidak mengetahui bahkan terkesan cuek karena merasa bahwa kamu sudah dewasa dan mampu menghadapi dunia....

Harun hanya bisa menahan sesak mendengarkan keluhan sang anak diiringi Isak tangisnya.

" Kak, kamu kuat tapi kamu perlu ibu untuk menambah kekuatan itu... Mulai sekarang mau melibatkan ibu ya kak?".

Alya menganggukkan kepalanya didalam dekapan hangat Maya yang kini menjadikan dirinya merasa lebih ringan dan hangat.

" Ayo diminum dulu coklatnya, malam ini kita akan tidur bersama. Mau?" Maya membantu sang anak untuk minum dengan baik, seolah Alya adalah anak balita yang menggemaskan dan harus di jaga dengan sangat lembut dan hati-hati.

" Boleh Bu?" Alya seolah kaget dengan ucapan sang Ibu.

" Tentu saja, kita akan tidur bersama dengan berpelukan sepanjang malam untuk menambah kekuatan menyambut hari esok. Kakak punya ibu jadi mulai sekarang Kakak tidak sendiri hmmm". Maya merapihkan rambut sang anak mengikat kembali agar terlihat lebih rapih.

" Terimakasih banyak Bu...".

Benar saja malam ini keduanya melewati malam hangat dengan saling berpelukan seolah sedang mengisi energi dan kekuatan satu sama lain.

1
Wang Lee
Semangat dek
Wang Lee
Kenapa ngak bisa
Wang Lee
Biar tenang dulu iya
Wang Lee
Istirahatlah
Wang Lee
Kok diam
Wang Lee
Pasti angin sesat nih
Wang Lee
Jangan khawatir
Wang Lee
Jangan tatap
Wang Lee
Lihat aja sendiri
Wang Lee
Untuk apa
Wang Lee
Hampiri saja
Wang Lee
Kalau ngak jelas biarkan saja
Wang Lee
Rasa itu pasti timbul
Wang Lee
Terpenuhi semuanya
Wang Lee
Sudah jelas
Wang Lee
Siapa
Wang Lee
Biarkan saja
Wang Lee
mulai terlihat
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹🌹🌹🌹
Dinar Almeera: terimakasih kakakkkuuuuu
total 1 replies
Wang Lee
Belum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!