Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 4 Tulang Punggung
Ardi menghempaskan tubuhnya di ranjang. Selama ini rasa lelah tidak Ardi pedulikan. Ardi hanya ingin keadaan keluarganya membaik, baik kesehatan sang ibu maupun perekonomian keluarga.
Menghembuskan nafas kasar, Ardi kemudian bangun dari tempat tidur.
Ardi memilih berwudhu dan melaksanakan shalat dzuhur.
Diakhir shalatnya tak lupa Ardi berdoa meminta, ketenangan hati dan pikiran, serta kesehatan dan ekonomi yang cukup.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu bertepatan Ardi selesai beribadah.
"Ya, Kak," ucap Ardi membuka pintu kamar.
"Makan siang dulu, yuk, Ar, Kakak baru saja selesai masak," ajak Riana.
"Iya, Kak," ucap Ardi lalu keluar dari kamar dan menuju meja makan
"Kamu sama Iin duluan saja makan siangnya, Kakak mau nyuapin ibu dulu. Tadi Kakak lihat ibu sudah bangun," ucap Riana.
"Biar aku saja yang nyuapin ibu, Kak. Kakak sama Iin yang makan duluan," titah Ardi pada sang Kakak.
"Tapi, Ar, nanti kamu terlambat kembali kekantor kalau nyuapin ibu dulu," tolak Riana.
"Aku sudah izin nggak kembali kekantor. Kakak makan duluan selagi Devan dan Dira tidur. Biar ibu aku yang suapin," ucap Ardi lagi.
Riana pun mengalah dan menarik kursi untuk duduk bersama Inara. Inara sudah duduk lebih dulu dan hanya menunduk saat bertemu Ardi.
Setelah mengambil makanan, Ardi segera menemui sang ibu di kamar.
"Ardi kamu sudah pulang?" tanya Santi, ibu Ardi.
Wanita paruh baya yang tengah sakit itu berusaha untuk duduk.
"Biar aku bantu, Bu," ucap Ardi meletakan mangkuk di nakas lalu membantu sang ibu berbaring setengah duduk.
"Kamu sudah pulang?" tanya Santi lagi.
"Sudah, Bu. Aku juga izin sore ini nggak kembali kekantor," jawab Ardi.
Lalu Ardi duduk di tepi ranjang dan mulai menyuapi sang ibu.
Setelah bubur tersisa setengah Sinta mendorong mangkuk ditangan Ardi.
"Sudah, Ar, ibu kenyang," ucap Sinta.
Ardi melihat bubur sang ibu belum habis.
"Tapi, Bu, buburnya belum habis," ucap Ardi.
"Iya, Nak, tapi ibu benar-benar kenyang," ucap Sinta lagi.
Ardi mengangguk lalu meletakkan mangkuk bubur di atas nakas dan memberikan air putih untuk sang ibu.
"Sekalian minum obat, ya, Bu," ucap Ardi yang sudah memegang obat milik sang ibu.
Sinta hanya mengangguk dan menerima suapan obat yang Ardi berikan.
Ardi tersenyum melihat sang ibu telah meminum obat.
"Alhamdulillah, Ibu sudah makan siang dan minum obat. Setelah ini tunggu lima belas menit dulu baru ibu istirahat," ucap Ardi perhatian dan Sinta hanya mengangguk.
Saat Ardi tengah membereskan mangkuk kotor Sinta menyentuh tangannya.
"Duduk lagi, Nak, Ibu mau bicara sebentar," pinta Sinta.
"Iya, Bu," ucap Ardi. "Ada apa, Bu?" tanya Ardi yang kini sudah duduk.
"Kamu jangan terlalu bekerja keras, Ar, karena tubuhmu juga butuh istirahat. Selama ini kamu hampir nggak pulang kerumah karena terus bekerja. Ibu nggak mau kamu sakit. Keadaan Ibu sudah membaik jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan Ibu lagi," lirih Sinta meminta.
Ardi memaksakan untuk tersenyum. Tangan yang dipegang sang ibu kini berganti memegang tangan sang ibu.
"Ibu nggak usah terlalu memikirkan aku. Aku baik-baik saja dan sebaiknya Ibu fokus saja sama kesembuhan Ibu," ucap Ardi.
"Tapi kamu juga harus jaga kesehatan, Ar, jangan sampai sakit," lirih Sinta lagi.
"Tentu saja, Bu, aku pasti jaga kesehatan."
Lalu Ardi menarik bantal yang berada dibelakang Sinta dan membantu Sinta untuk kembali berbaring.
"Ibu istirahat, ya, jangan memikirkan yang lain-lain. Aku keluar dulu," ucap Ardi.
Sinta tak bisa berkata apa-apa lagi sehingga Ia menganggukkan kepala.
Setelah membantu sang ibu kembali berbaring Ardi segera keluar dengan mangkuk kotor ditangannya.
"Makan dulu, Ar, Kakak sama Iin sudah makan," titah Riana yang tengah mencuci piring.
"Iya, Kak," ucap Ardi.
Riana lalu mengambil mangkuk kotor yang dibawa Ardi dan mencucinya.
"Apa ibu sudah minum obat?" tanya Riana.
"Sudah, Kak, tadi setelah makan lanjut minum obat," jawab Ardi.
Kini Ardi tengah makan siang. Sementara Riana mencuci piring, Inara yang baru saja mengalami kecelakaan tengah beristirahat.
"Syukurlah kalau sudah minum obat. Semoga Ibu kita cepat sembuh, ya, Ar," ucap Riana.
"Iya, Kak."
Riana mengelap tangannya yang basah karena mencuci piring. Ia ragu untuk menghampiri Ardi yang tengah makan siang sehingga memilih menunggu Ardi selesai makan.
"Biar Kakak yang cucikan." Riana mengambil alih piring kotor ditangan Ardi sehingga Ardi kembali duduk dan minum.
Niatnya Ardi ingin mencuci sendiri piring bekas Ia makan.
Ardi mengeluarkan ponsel yang berbunyi karena sebuah pesan lalu membacanya.
"Ar," panggil Riana ragu-ragu.
Ardi meletakkan ponselnya di meja.
"Iya, Kak," jawab Ardi menatap sang Kakak.
Setelah memantapkan hatinya Riana lalu menghampiri Ardi dan duduk bersebrangan.
"Kakak mau pinjam uang kamu lagi, Ar," ucap Riana membuat Ardi menatap kasihan padanya.
"Sebenarnya Kakak malu pinjam uangmu lagi. Kehadiran Kakak dirumah ini sudah menyusahkanmu ditambah dengan anak-anak Kakak. Tapi kalau nggak pinjam uang kamu Kakak dapat uang darimana. Tabungan Kakak sudah habis. Kakak pinjam uang kamu mau buat beli susu sama diapers anak-anak. Tadi mereka rewel karena ingin susu tapi susu mereka sudah habis dari semalam," terang Riana tak enak.
Riana sangat tahu bahwa Ardi sedang bekerja keras untuk biaya pengobatan sang ibu namun dirinya justru menambah beban sang adik.
"Kak, kalau Kakak butuh sesuatu bilang saja sama aku, Insya Allah aku akan bantu Kakak sebisaku. Kakak butuh uang berapa buat susu dan diapers?" tanya Ardi.
Sedikit banyak Ardi tahu selama ini Riana mengalami kesulitan.
"Terserah kamu saja, Ar, berapapun yang kamu pinjamkan Kakak akan terima," jawab Riana.
Ardi mengangguk lalu membuka ponsel dan mentransfer sejumlah uang.
"Sudah aku transfer, Kak, sekalian buat belanja kebutuhan rumah," ucap Ardi.
"Iya, Ar, terima kasih," ucap Riana.
...***...
Ayasha tengah tidur siang saat ponsel miliknya berbunyi.
"Assalamualaikum," ucap Ayasha masih dengan mata terpejam.
"Waalaikumsalam. Ay, apa kamu sudah sampai rumah?" tanya Ranti sahabat Ayasha di luar negeri.
"Alhamdulillah, aku sudah sampai rumah, Ran. Ada apa, ya?" tanya Ayasha balik.
"Ay, Barra datang kerumahku. Dia nanyain kamu."
Seketika mata yang masih mengantuk terbuka lebar dan tubuh yang lelah terduduk tegak.
"Terus kamu bilang apa, Ran?" tanya Ayasha.
"Aku bilang nggak tahu karena kamu pergi gak bilang sama aku," jawab Ranti.
"Hufftt, syukurlah kamu nggak bilang kalau aku pulang ke Indonesia," ucap Ayasha lega.
"Iya, Ay, tapi saranku secepatnya kamu selesaikan urusanmu sama Barra. Dia tadi sampai ngancam-ngancam aku kalau aku bohong tentang kamu," ucap Ranti.
"Iya, Ran, pasti. Secepatnya akan aku selesaikan urusanku sama Barra."
"
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..