Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekad
Meskipun hatinya dipenuhi kesedihan yang mendalam dan rasa kehilangan yang masih membekas, Pangeran Sekya akhirnya tiba di tempat tujuan yang telah ditunjukkan oleh sistem. Tempat itu adalah sebuah lembah tersembunyi yang diselimuti kabut tipis di pagi hari, dipenuhi dengan material langka yang berkilauan di bawah cahaya matahari yang menembus celah-celah dedaunan lebat.
Material-material ini, dengan kilaunya yang memikat, adalah bahan utama yang sangat penting untuk menciptakan senjata yang sangat mematikan. Senjata ini jauh melampaui apa pun yang pernah ada di kerajaan mana pun, sebuah inovasi yang bisa mengubah jalannya peperangan.
Pangeran Sekya menatap tumpukan material yang menjulang tinggi di hadapannya, bagaikan gunung kecil yang terbuat dari logam dan batu permata. Matanya membelalak tidak percaya, sebuah ekspresi terkejut yang jelas terpancar di wajahnya.
"Sistem," bisiknya dalam hati, suaranya sedikit putus asa dan terdengar lelah, "ini terlalu banyak! Aku tidak akan mampu membawa semuanya sendirian, bahkan jika aku berusaha sekuat tenaga. Kenapa kau tidak mengingatkanku untuk membawa lebih banyak prajurit atau setidaknya beberapa gerobak pengangkut?"
{Peringatan telah diberikan sebelumnya, Pangeran Sekya}, suara sistem itu merespons, nadanya datar dan tanpa emosi, namun kali ini ada sedikit nada "aku sudah bilang" yang samar, seolah-olah sistem sedang menahan diri untuk tidak menghela napas.
{Pada saat itu, kau terlalu sibuk dengan kehadiran Eliana sehingga mengabaikan saran untuk membawa pasukan tambahan. Logika menunjukkan bahwa keberadaan pasukan akan sangat membantu dalam situasi seperti ini, meminimalkan waktu dan tenaga yang terbuang.}
Pangeran Sekya menghela napas panjang, wajahnya memerah karena malu dan sedikit kesal. "Oh, ayolah, Sistem! Jangan ungkit-ungkit lagi soal itu. Aku tahu aku salah, oke? Aku hanya... ingin menghabiskan waktu berdua dengannya, menikmati momen yang mungkin tidak akan terulang lagi. Apa itu salah jika aku mendahulukan perasaanku sesaat?"
{Secara efisiensi misi, itu adalah kesalahan yang signifikan. Secara emosional, itu adalah preferensi pribadi yang tidak relevan dengan tujuan utama yang telah ditetapkan}, sistem itu menjawab, tanpa sedikit pun emosi atau nada menghakimi.
{Namun, penyesalan tidak akan mengubah fakta bahwa material ini harus dipindahkan dari lokasi ini. Apa rencanamu selanjutnya, Pangeran Sekya, untuk mengatasi kendala ini?}
Sekya menggaruk kepalanya, mencoba berpikir keras dan mencari jalan keluar dari dilema ini. "Baiklah, baiklah. Aku akan memulihkan diri di sini beberapa hari, mengumpulkan kembali tenaga dan pikiranku."
"Setelah itu, aku akan kembali ke kerajaan untuk melaporkan temuanku yang luar biasa ini kepada Ayahanda dan meminta beliau mengirimkan beberapa prajurit yang kuat dan gerobak pengangkut untuk membawa semua material ini kembali ke istana."
{Keputusan yang logis dan efisien. Selama periode pemulihan, Sistem akan menganalisis komposisi material secara mendalam dan merancang prototipe senjata yang paling efektif, memanfaatkan setiap elemen yang ada}, sistem itu menyetujui, kembali ke mode efisiensi yang ketat.
{Pastikan kau tidak mengabaikan instruksi lagi, Pangeran Sekya. Setiap detik yang terbuang adalah kesempatan yang hilang untuk memperkuat kerajaanmu dan mencapai tujuanmu.}
Pangeran Sekya hanya mendengus geli, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. "Ya, ya, aku mengerti. Cerewet sekali kau ini, Sistem. Seperti... seperti ibuku saja yang selalu mengingatkanku tentang banyak hal!"
Hening sejenak menyelimuti lembah, seolah sistem itu sedang memproses informasi baru yang diterimanya. {Sistem tidak memiliki data perbandingan dengan entitas 'ibu'. Namun, jika itu memotivasi Anda, Sistem akan terus memberikan 'cerewet' yang diperlukan untuk memastikan keberhasilan misi}, jawab sistem itu, nadanya tetap datar, membuat Pangeran Sekya tertawa kecil, sebuah tawa yang jarang terdengar di tengah kesedihannya.
Ia menghabiskan beberapa hari di lembah itu, memulihkan diri dari pertarungan yang melelahkan dan merencanakan langkah selanjutnya dengan cermat. Meskipun Eliana tidak ada di sisinya, kenangan akan senyumnya yang manis dan tawanya yang renyah memberinya kekuatan yang tak tergoyahkan. Ia tahu, setiap material yang ia bawa pulang adalah satu langkah lebih dekat untuk membawa Eliana kembali ke sisinya, sebuah janji yang harus ia penuhi.
Singkat waktu, Pangeran Sekya akhirnya kembali ke istana. Begitu sampai, ia segera menghadap Raja Saul, ayahnya, dan melaporkan secara rinci tentang penemuan material langka di lembah tersembunyi itu.
Raja Saul, yang mendengar laporan putranya, segera mengutus beberapa prajurit terbaik dan paling terpercaya untuk pergi ke lembah dan membawa kembali semua material yang ditemukan. Tidak butuh waktu lama, para prajurit itu berhasil menyelesaikan misi mereka dan kembali ke istana dengan membawa tumpukan material yang sangat banyak, memenuhi halaman istana dengan kilauan aneh.
Pangeran Sekya, yang melihat material-material itu kini aman di istana, segera bertanya kepada sistem di benaknya, "Sistem, material sudah terkumpul dengan aman. Apa langkah kita selanjutnya untuk memulai proses pembuatan senjata?"
{Langkah selanjutnya adalah tahap perancangan detail}, suara sistem itu merespons, nadanya datar dan lugas, seolah memberikan perintah yang tak terbantahkan. {Ambil pena dan gulungan perkamen yang paling halus. Sistem akan memandu tanganmu secara presisi untuk membuat sketsa detail senjata-senjata baru yang akan merevolusi kekuatan militer kerajaan.}
Pangeran Sekya, meskipun sedikit terkejut dengan perintah itu, segera mengambil pena bulu yang runcing dan gulungan perkamen dari meja kerjanya. Begitu pena menyentuh permukaan perkamen yang halus, tangannya bergerak secara otomatis, seolah dikendalikan oleh kekuatan tak terlihat yang mengalir dalam dirinya.
Dengan kecepatan yang luar biasa, sketsa-sketsa gambar senjata mulai terbentuk di atas kertas. Setiap garis, setiap lekukan, setiap detail kecil digambar dengan presisi sempurna, menunjukkan desain senjata yang rumit namun sangat mematikan, jauh melampaui teknologi yang ada di zaman itu.
Setelah beberapa saat, serangkaian gambar senjata, mulai dari pedang dengan bilah unik yang berkilau hingga perisai yang tampak tak tertembus, telah selesai dengan sempurna.
{Sketsa perancangan telah selesai dan siap untuk diimplementasikan}, sistem itu mengumumkan. {Sekarang, temui pandai besi terhebat di kerajaan ini, Master Durga. Dia akan membutuhkan instruksi detail dari sketsa ini untuk mewujudkan senjata-senjata tersebut menjadi kenyataan, sebuah mahakarya yang belum pernah ada sebelumnya.}
Sementara itu, di istana Kerajaan Lamina, Eliana diperlakukan dengan sangat baik. Ia ditempatkan di kamar mewah, dengan pelayan yang siap sedia memenuhi setiap kebutuhannya. Namun, semua kemewahan itu terasa hampa. Hatinya begitu kosong, seolah ada bagian penting dari dirinya yang tertinggal jauh.
Pangeran Dion, yang selalu berusaha mendekatinya, sering kali datang berkunjung. Ia membawa hadiah-hadiah mahal dan mencoba menyenangkan hati Eliana. Namun, Eliana selalu menatapnya dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun emosi.
Suatu hari, Eliana kembali memberikan syarat yang membuat Dion merasa sangat marah, namun tak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Syarat itu adalah untuk tidak menyentuhnya sama sekali sebelum ia mencintainya dengan tulus. Jika syarat itu dilanggar, Eliana mengancam akan bunuh diri, sebuah ancaman yang membuat Dion terpaksa menahan diri.
(Aku tak percaya, dengan begitu cepat aku mencintai Sekya. Hatiku begitu hampa saat jauh darinya, seolah separuh jiwaku ikut pergi bersamanya. Semoga saja apa yang kulakukan ini dapat mengulur waktu.) Eliana berharap, suatu saat Pangeran Sekya akan datang menjemputnya, membawanya pulang kembali ke Vazkal, ke tempat di mana hatinya merasa utuh.