NovelToon NovelToon
Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.

Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.

Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.

Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."

Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.

Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.

Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Javier

Javier memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran mewah yang megah. Lampu-lampu kristal di lobi memancarkan cahaya keemasan, memperlihatkan interior yang mewah dengan dinding berlapis marmer dan karpet tebal. Ia keluar dari mobil, menyerahkan kunci pada petugas valet, diikuti oleh Lisa yang masih tampak sangat kumal dan ragu-ragu.

Kakinya seolah enggan melangkah ke dalam tempat semewah ini. Ia merasa seperti kotoran yang menempel di permadani mahal.

Begitu mereka melangkah masuk, suara berisik dari dalam restoran seolah berhenti sejenak.

Semua mata tertuju pada mereka. Beberapa pasang mata menoleh, terkejut melihat CEO Maxim Group, seorang pria yang selalu tampil sempurna, datang bersama seorang gadis dengan penampilan acak-acakan.

Bisik-bisik mulai terdengar samar di antara para pengunjung yang mengenali Javier. Lisa bisa merasakan pandangan menghakimi dan rasa penasaran yang menusuk. Ia ingin menunduk, menyembunyikan wajahnya.

Tak lama, Bastian muncul dari arah meja reservasi, ekspresinya memancarkan keterkejutan yang luar biasa. Ia sedang sibuk mengatur beberapa janji temu untuk Javier esok hari, dan tidak menyangka bosnya akan muncul secepat ini, apalagi dengan "tamu" tak terduga.

Ia segera menghampiri Javier, matanya tak bisa lepas dari sosok Lisa di samping bosnya.

"Bos? Anda... bersama siapa ini?" Bastian berbisik, berusaha menutupi keterkejutannya. Ia tahu Javier tidak pernah sembarangan membawa orang ke tempat seperti ini, apalagi wanita dengan penampilan seperti Lisa. Ini benar-benar di luar kebiasaan Javier yang dikenal dingin dan sangat menjaga citra.

Javier menghela napas, menyadari tatapan penasaran yang mengelilingi mereka. Ia melirik Lisa, seolah baru teringat sesuatu.

"Dia...? Siapa namamu?" tanya Javier, sedikit ketus, menunjukkan bahwa ia belum sempat menanyakan nama gadis yang baru saja diselamatkannya itu.

Lisa tergagap, terkejut mendengar pertanyaan itu dari Javier yang sedari tadi terlihat sangat tenang dan menguasai situasi. "Sa-saya tuan?" cicitnya, suaranya nyaris tak terdengar.

"Emang siapa lagi?" balas Javier, nada ketusnya kembali, seolah ia tak punya waktu untuk basa-basi.

"Li-lisa," cicit Lisa takut. Ia merasa semakin kecil di hadapan pria dominan ini.

"Dia Lisa. Aku menemukannya dalam masalah di jalan," jawab Javier singkat kepada Bastian, tanpa detail lebih lanjut. Ia tidak ingin membahas insiden lorong gelap di depan umum.

"Dan sepertinya dia kelaparan."

Bastian memandang Lisa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia melihat kekumalan, kelelahan, dan ketakutan yang terpancar jelas dari mata gadis itu. Ia melihat betapa Lisa seperti gumpalan kain kotor di tengah kemewahan restoran.

Namun, di balik semua itu, ia juga menangkap sekilas keteguhan yang aneh. Mata Lisa, meski lelah, memancarkan sesuatu yang ulet.

Bastian teringat akan percakapannya dengan Javier sebelumnya tentang mencari wanita yang tidak merepotkan dan tidak akan mengurusi hidup bosnya.

Lisa, dengan kondisinya saat ini, jelas tidak akan mengurusi hidup siapa pun, setidaknya dalam jangka pendek. Ia terlalu sibuk bertahan hidup. Memikirkan hal itu, Bastian mulai melihat sedikit celah dalam situasi aneh ini.

"Baik, Bos. Saya akan atur meja di tempat yang lebih privat," Bastian segera mengalihkan perhatiannya, berusaha profesional. Ia sudah terbiasa dengan keputusan mendadak bosnya yang sering kali tidak masuk akal. Ia segera melangkah ke meja resepsionis untuk mengatur meja yang lebih tersembunyi.

"Mungkin kita bisa memesan sesuatu yang ringan dulu untuknya," tambahnya, memberi isyarat kepada Javier untuk membimbing Lisa ke meja.

Lisa merasa semakin tidak nyaman di tengah pandangan semua orang. Ia ingin bersembunyi di balik Javier, ingin menghilang dari tatapan penasaran yang seolah menelanjanginya.

Namun, Javier memegang lengannya, sentuhan yang terasa hangat meski hanya sebentar, membimbingnya ke arah meja yang ditunjuk Bastian.

Sentuhan itu, meskipun hanya sekilas, memberikan sedikit rasa aman pada Lisa. Ia menuruti langkah Javier, seperti anak kucing tersesat yang mengikuti induknya.

Saat mereka duduk di meja, sebuah sudut yang lebih tersembunyi jauh dari keramaian utama, Bastian menyerahkan daftar menu kepada Javier. Ia kemudian membungkuk sedikit, berbicara dengan suara pelan agar tidak terdengar Lisa.

"Sudah ada beberapa kontak yang saya hubungi, Bos. Tapi... mereka belum ada yang benar-benar cocok dengan kriteria Anda," ucap Bastian, melirik Lisa yang tampak kikuk di seberang meja, masih menunduk malu.

"Beberapa terlalu banyak bertanya, yang lain terlalu... eh, ambisius."

Javier menatap Lisa, yang masih fokus menunduk, matanya menatap piring kosong di hadapannya. Gadis itu tampak rapuh, namun ada sesuatu di balik kerentanannya yang menarik perhatian Javier.

Kemudian, ia kembali menatap Bastian. Ada jeda sesaat, seolah Javier sedang memikirkan sesuatu yang penting, sebuah ide yang baru saja terbentuk di benaknya.

Ekspresinya sulit ditebak, campur aduk antara perhitungan dan dorongan impulsif.

"Batalkan semua janji," kata Javier tiba-tiba, membuat Bastian dan Lisa terkejut. Bastian mengangkat kepalanya cepat, matanya membelalak. Lisa, yang tadinya hanya menunduk, sedikit mengangkat kepalanya, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Bastian mengernyitkan dahi. "Batalkan? Maksud Anda, Bos? Tapi besok adalah batas waktu..."

Javier memandang Lisa lagi. Tatapannya kini lebih intens, seolah ia sedang mengamati sebuah objek yang menarik.

"Aku rasa... aku sudah menemukan orangnya," ucapnya, suaranya rendah dan penuh keyakinan. Kata-kata itu menggantung di udara, menciptakan keheningan yang tegang di antara mereka bertiga.

Lisa mengangkat kepala sepenuhnya, tatapan matanya bertemu dengan Javier. Ada apa ini? Ia tidak mengerti apa yang dimaksud "Menemukan orangnya" dan "Membatalkan semua janji". Pikiran-pikiran liar mulai berkelebat di benaknya yang lelah.

Suasana di meja VIP terasa canggung, meski kini lebih privat. Seorang pelayan dengan sigap menyajikan hidangan pembuka: sup krim hangat dan roti renyah.

Aroma harumnya langsung menyeruak, membuat perut Lisa kembali bergemuruh, seolah mengingatkannya akan realitas yang paling mendasar.

"Makanlah dulu, nanti kita bicara," ucap Javier, suaranya tenang, mengisyaratkan bahwa ia tidak akan meminta penjelasan apa pun sebelum Lisa mengisi perutnya. Ia sendiri mengambil garpu, memotong sepotong roti, memberi isyarat bahwa Lisa tidak perlu merasa tertekan untuk makan sendirian. Ia ingin gadis itu merasa nyaman, setidaknya untuk saat ini.

Lisa ragu-ragu, namun rasa lapar jauh lebih kuat daripada rasa malunya.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil sendok dan mulai menyantap sup.

Rasa hangat dan gurih itu langsung menjalar, memberikan kelegaan yang luar biasa pada tubuhnya yang lelah dan kelaparan. Ia makan dengan cepat, hampir melahapnya, seolah takut hidangan itu akan menghilang.

Setiap suapannya terasa seperti anugerah. Javier hanya memandangnya dalam diam, sesekali menyesap air putih. Ia bisa melihat betapa Lisa sangat membutuhkan makanan itu, betapa parah keadaannya. Ini adalah kontras yang mencolok dengan dunianya.

Bastian, yang duduk di samping Javier, sesekali melirik ke arah Lisa, mencoba menebak apa yang ada di pikiran bosnya. Keputusan Javier untuk membatalkan semua pencarian dan berkata

"Aku sudah menemukan orangnya" masih mengusiknya.

Apakah bosnya benar-benar mempertimbangkan wanita kumal di depannya ini untuk menjadi istri kontraknya?

Jika iya, itu adalah keputusan yang paling tidak masuk akal yang pernah Javier buat.

Namun, ia juga tahu, Javier Maxim adalah pria yang tidak pernah membuat keputusan tanpa alasan. Dan saat ini, alasannya sedang duduk di seberangnya, melahap sup dengan lahap.

Apa yang akan terjadi setelah Lisa selesai makan? Apakah Javier akan langsung mengungkapkan proposal gilanya, atau ada tahap lain yang harus dilewati?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Reaz
/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
yuniati sri
saya sangat mengapresiasi tulisan anda sangat berkesan
yuniati sri: lanjut thor, semangat 45
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!