Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Balasan Setimpal
Moza membuka matanya perlahan, dia merasakan seluruh tubuhnya sangat sakit. Seperti diikat dengan begitu kencang.
Dan betapa terkejutnya dia setelah membuka matanya. Jantungnya seolah berhenti berdetak, melihat banyaknya binatang dengan tubuh panjang berlapis sisik keras berwarna cokelat kehijauan, tampak seperti peninggalan zaman purba. Moncongnya panjang dan runcing, dipenuhi deretan gigi tajam yang mencuat meski rahangnya tertutup. Sepasang mata yang tajam mengintai dari permukaan air, nyaris tak terlihat saat ia mengintai mangsa dari kejauhan.
Binatang yang gerakannya lamban di darat, tapi tidak air, yang akan menjelma menjadi pemburu mematikan kapan saja. Dengan ekor kuat sebagai penggerak utama, yang menyelam dengan senyap dan tiba-tiba menyergap. Rahangnya mampu menerkam dengan kekuatan luar biasa, mencengkeram erat tanpa ampun. Makhluk itu tidak hanya satu di bawah sana. Ada belasan. Dan semua membuka mulutnya.
Keringat sebesar biji jagung membasahi wajah Moza yang pucat. Lidahnya kelu, tak mampu berteriak. Jangankan berteriak, tatapan matanya jelas menunjukkan dia seperti orang yang sangat putus asa. Bernafas saja rasanya begitu sesak.
Dari kejauhan, dua wanita yang sudah berganti pakaian hitam-hitam itu terkekeh melihat Moza yang begitu ketakutan.
Seluruh tubuh Moza bergetar, wajahnya sudah seperti tak ada darah mengalir di wajahnya. Dan mungkin jika di biarkan sebentar lagi, wanita itu akan kembali pingsan, atau lebih parah daripada itu. Dia benar-benar ketakutan.
"Lihat itu! rekam vidionya dan kirim pada tuan!" kata salah satunya.
"Tuan pasti tertawa melihatnya!"
Jantung Moza berdetak liar, seperti ingin keluar dari dadanya.
'Tolong…' bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya putus, seakan tenggorokannya dikunci oleh rasa takut. Moza bisa merasakan darah perlahan turun ke kepalanya, membuat pandangannya buram, denyut sakit menjalar ke pelipisnya.
Seekor buaya paling besar, tubuhnya penuh luka lama dan sisik terkelupas, menggeram pelan. Lidahnya menjulur sesekali, seolah mencicipi aroma ketakutan yang menetes dari tubuh Moza. Nafas Moza tercekat. Jika dia jatuh, hanya satu kali hempasan rahang itu, dan semuanya akan berakhir. Dagingnya akan disobek, tulangnya dilumat, wajahnya akan tenggelam dalam riuh cipratan air berdarah.
Moza tidak sanggup lagi melihat semua itu. Karena ketakutan yang teramat sangat. Pada akhirnya dia kembali pingsan.
Sayangnya, hal itu tidak di biarkan terjadi oleh dua wanita yang tadi menculiknya dari yacht.
Begitu Moza pingsan, dua wanita itu menyiram Moza dengan selang air. Moza terbangun kembali. Dia mencari ke segala arah, tapi dia tidak melihat siapapun. Siraman air dingin itu membuatnya menggigil. Tapi dia juga tidak mau menyerah begitu saja.
"Siapa kalian?" pekiknya keras.
Dan ketika dia berteriak seperti itu, para buaya bergerak. Membuatnya semakin ketakutan.
Moza berpikir, Nicklas pasti akan mencarinya. Dia tidak bisa menyerah sekarang.
"Dengar! siapa yang menyuruh kalian melakukan ini padaku! kalian akan menyesalinya! kalian tidak tahu siapa aku! aku adalah wanita yang sangat di cintai oleh Nicklas Bernando!"
Moza terus berusaha menyatakan kedaulatannya atas cinta Nicklas.
Tapi dari jauh, tanpa menunjukkan wajah mereka. Kedua wanita itu tertawa.
"Dasar tidak tahu malu!" ujar keduanya.
Sayangnya Moza tidak mendengar itu, jarak itu cukup jauh.
Moza masih terus mencari sekeliling, memindai ruangan kosong yang gelap itu, dimana hanya dirinya dan buaya-buaya yang ada di bawahnya itu yang terlihat.
Nafas Moza sudah mulai terasa sesak. Dia menggigil. Dia merasa kedinginan, sangat kedinginan.
"Dengar! aku punya uang! aku akan bayar dua kali lipat, dari yang orang itu bayar pada kalian!"
Moza kembali berusaha menyelamatkan dirinya, berusaha bernegosiasi dengan siapapun yang telah melakukan semua ini padanya.
Sayangnya, dua wanita itu bukan orang yang mudah di iming-imingi. Mereka bekerja pada tuan mereka dengan sangat setia. Jika tuan mereka bisa membuat mereka berdua melakukan hal mengerikan ini pada Moza. Lantas apa yang tidak mungkin tuan mereka lakukan pada pengkhianat nantinya.
Moza sudah kelelahan, digantung seperti itu sangat menyakitkan.
"Lepaskan aku! aku akan bayar kalian mahal..."
Moza sudah sangat lemas. Dia benar-benar nyaris pingsan. Tapi lagi-lagi dengan tanpa ampun, dua wanita itu mengguyurnya dengan semprotan air dari selang. Air yang sangat dingin, dan tentunya aroma air itu benar-benar tidak sedap. Bau sekali. Mungkin saja air itu di selang langsung dari pembuangan akhir. Dan itu benar-benar berbau busuk.
"Agkhh!"
Moza berteriak, dia benar-benar tidak tahan dengan semua yang dia alami saat ini. Ketakutan, kedinginan, dan bau busuk ini. Dia nyaris frustasi.
"Lepaskan aku!" pekiknya dengan seluruh sisa tenaganya.
Dua wanita itu tetap membiarkannya, hingga Moza tampak kembali lemas. Dan akhirnya kembali pingsan.
"Siram lagi?" tanya salah satu dari mereka.
"Tentu saja, aku yakin kali ini dia tidak akan bangun. Saat itu baru kota lepaskan, dan lempar ke pinggir pantai!" ujar satunya lagi dan di angguki oleh wanita yang pertama kali bertanya.
Siraman air dari selang itu kembali mengguyur wajah dan seluruh tubuh Moza akan. Dan benar saja, meski sudah cukup banyak di siram. Moza tidak bangun, tidak sadarkan diri.
Keduanya lantas melepaskan Moza, dan membawanya dalam kotak peralatan berat itu, menaikkan sebuah speed boat, dan melemparkannya setelah dikeluarkan dari kotak di pinggir pantai.
Anak buah Dre yang lain, yang memang menunggu di tempat itu dengan berpura-pura sebagai seorang pemilik kedai yang buka 24 jam di pinggir pantai itu berteriak.
"Tolong, ada orang terdampar!" pekiknya.
Dan semua pemilik kedai sama seperti itu, yang tengah tertidur langsung bangun dan mendekat.
"Ada apa Mery?"
"Lihat itu!" tunjuknya pada tubuh Moza yang tidak berdaya.
Semua orang yang datang segera memanggil petugas penyelamat. Dan mereka mengindentifikasi itu, adalah Moza. Meski wajah dan bajunya sudah benar-benar kotor dan bau sekali.
Moza di bawa ke rumah sakit. Sampai jam 8 pagi, wanita itu bahkan belum sadarkan diri.
"Bagaimana bisa sampai terdampar dalam keadaan seperti itu? tubuhnya menghitam, bau sekali! apa mungkin ada yang menculiknya?" tanya Nicklas pada Markus.
"Apa ada yang tuan curigai?" tanya Markus.
Nicklas terdiam, masalahnya dia bahkan tidak kenal siapapun di sini. Bagaimana ada yang dia curigai.
"Aku tidak tahu tuan Markus"
"Kalau begitu jangan menyimpulkan hal itu lebih dulu. Seorang pemilik kedai menemukannya terdampar, mungkin kulit dan bau aneh itu dari binatang laut yang tidak sengaja melukainya"
"Tapi bagaimana bisa dia tenggelam..." Nicklas masih tidak bisa mempercayai kalau Moza tenggelam.
"Lalu bagaimana nyonya Helen bisa tenggelam?" tanya Markus memotong ucapan Nicklas.
Nicklas terdiam, dia rasa dia memang tidak bisa berprasangka apapun sekarang. Harus menunggu Moza sadar, dan entah kapan Moza akan sadar. Karena dokter sudah mengatakan, luka fisiknya tidak seberapa. Tapi sepertinya pasien Moza mengalami trauma.
***
Bersambung....