NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 4 Penculikan

"Iya bentar Niiin.. Tuuung.. gu. Abisnya.. percuma gue unlock pov... kalo ntar objek alamat lu kedapetan kosong di depan mata."

Suara Tifani terdengar lagi dalam ruangan. April tampaknya sedang didesak oleh si pengetuk "pintu".

Pintu kamar sedang terbuka, masih mengganga sedari tadi namun Jihan dan Ira pun tak peduli suara April yang memberitahu.

"Tau khan.. garis will-nya lagi sama siapa. Nonton siaran tundanya aja kita mah.."

April dengan nada santai memberitahu, terdengar sedang mengingatkan Nina di tempatnya berada.

Cyhaapp.. chpp.. cpphh..!

Jihan mengecup, Ira pun melakukan hal sama. Kedua gadis ini sibuk, masih saling mencumbu bibir si pasangan. Mereka tak peduli suara April yang menggema dan terdengar di kamar.

Chiipph.. Chuppph..! Cppph! Chhpp!

Ira mempercepat ciumannya.

Jihan sedikit memiringkan kepala, turut mengiringi dan mengikuti ke mana bibir Ira bergerak.

"Ngh!!"

Dua tangan Jihan yang tengah mengalungi leher Ira, sigap bergerak. Zzzttt-zztt!

Ira yang terburu dalam menikmati kelembutan bibir Jihan akhirnya melenguh mendapatkan sensasi yang dikejarnya, tengadah mengendik badan seperti orang disengat.

Jihan berhasil menangkap tubuh Ira.

Dalam pelukannya, Jihan dapati mata Ira sudah lemah mengantuk dengan nafas naik-turun.

Plukh..!! Ponsel jatuh ke lantai dari pegangan Ira.

Dada Ira yang sedang kembang-kempis tak beraturan, kini mereda perlahan seiring nafas pemiliknya yang terkulai, yang langsung lunglai tertidur.

Jihan melayang membawa tubuh Ira, si gadis sweater, ke ranjang, tak berkomentar. Jihan segera merebahkan si pacar dengan perlahan dan hati-hati.

Ira bukan sedang pingsan tak sadarkan diri tapi memang tidur begitu saja di tengah acara kissing mereka.

Namun, Jihan tampaknya tak ingin Ira terbangun. Dia menempatkan Ira di sebelah si karyawati bar yang sama cantik dan manisnya, digeletakkan di samping badannya sendiri.

DRRRTTTH.. Grrttth..!!

Ponsel Ira yang tadi jatuh dan tergeletak di lantai, tumbuh meninggi, berubah sendiri bagai pohon dan patung, dari bentuk gepeng meninggi jadi seorang Fani.

Jihan posisikan badan si karyawati menyamping ke arah Ira, lalu menaikan kakinya sendiri dan memposisikan tangannya ke dada Ira.

"Masuk Bonin," pinta Jihan yang membiarkan kehadiran April di kamar, membiarkannya menonton.

"Oke udah," kata April, dan kemudian tak mempedulikan garis vertikal di dekatnya tengah menggores udara.

TRRRTTTH..!!

"Pril. Ntar kalo dia udah bangun kasih tau gue ya."

"Oke. Nanti gue kabarin. Tadi Ira tuh ngerahin powernya. Akibatnya langsung lemes ketiduran, Han."

". . ."

Jihan diam dalam berdirinya di sisi ranjang menatap Fani.

"Niatnya tadi pengen ke Lintang Center, ngeliat-liat kantor alumnus. Tapi anaknya malah keburu capek. Dia mau ke Elci sebenernya."

"Ntar lo temenin aja dulu ya acara jalan-jalannya di Elci, Pril..? Gue ntar ke sana bubar latihan."

"Hm. Oke.."

Weettzz!!

Rambut April bergerak terbawa kelebat tubuh Jihan, objek barusan masuk ke garis api oren di sebelah pemilik rambut panjang ini.

April beda dengan Tifani si tomboy cepak. Tapi tone suara keduanya terdengar sama persis bila bicara.

Di dunia mereka ini garis oranye tersebut adalah jemputan. Objek muncul begitu saja di kamar Jihan saat April mengizinkannya. Dengan segera Jihan pun memasukinya karena sedang dia ditunggu.

"Apa Bonin, Sanin Saliha, Nina, Sandrina Michelle?"

Sekeluar dari garis portal, Jihan langsung berhenti dari gerakannya yang melesat sebab orang yang "menjemput" terdeteksi sedang berada di kedekatan.

Yang ditanya hanya menunjuk ke seorang anak perempuan.

Jihan mendapati seorang yang sedang sibuk menyusun lembar-lembar kartu, tengah membangun menara kartu di dekat Nina.

Jihan segera melayang ke pagar tribun tersebut, menghampiri Nina di mana tengah duduk santai pada stenlis pagar lapangan.

"Guru!! Approve dulu yang masuk hari ini woy! Sini!!"

"Bentar!!" teriak Jihan, menyahut tanpa menoleh pada pemanggilnya yang berada di lembah arena sana, pagar yang Jihan datangi memang cukup tinggi.

"Napa Mel?"

Jihan mendarat dan menanyai orang yang Nina tunjuk.

"Jeng! Jeeeng...!! Gue lolos! Boleh kursus! Ini buktinya..!!"

Sebangkit dari bersila si penyusun kartu membuka kepal tangan ke arah karyanya, mempersembahkan bukti pada Jihan.

"Lha curang. Napa manual, Mel? Semua latihannya ntar mijit dong, Melaaan."

"Tapi nih kuat sangat Kakaaa. Liat nih. Liat."

Melan mengibas-kibas tangan pada menara kartu. Susun kertas tersebut tetap berdiri tak tersentuh tangan pembuatnya.

"Liat sendiri," tekan Melan pada Jihan yang berdiri menonton aksinya.

Jihan menoleh ke samping dan langsung meraih kaca seukuran paperboard dari Nina. "Thanks."

"Liat khan? Kuad.. Gak roboh."

"Iya. Gak jatoh. Skill elo khan nembus tembok. Pake ati bikinnya. Gunain hezt pala kita, Mel."

"Ck!" decak Melan, kecewa.

"Cepet Han. Ditungguin," pinta Nina atas absensi yang sedang dipegang Jihan.

"Kak Sanin saksinya, Kakaaa.. Gue gak curang. Tanya aja dia. Betul khan, Kak Sanin?"

Tak dijawab.

"Bentar.. Bentar. Gue fotoin dulu kekuatan benteng lo. Hhh-hh.." gelak Jihan mengarahkan kaca berisi foto-foto wajah ke menara kartu dan mengedipkan kedua mata.

"Kak Nina, bantuin dong. Ihh.. Gue malah diketawain gini Kak, sama si Kaka. Malah diisengin."

"Hhh-hh.. Cekrek!"

Jihan berakting jadi fotografer sambil terguncang pundak atas ketidaksenangan dan protes Melan padanya.

Melihat Jihan terus-menerus menahan geli sambil mengantungkan map absen, Nina langsung merebut barang tersebut.

"Ehh, bentar bego. Gue belum ngedip, Bonin. Hhh-hh.. Ada benteng ajaib.. Hhh-hh."

"Dua anak sinting.." komen Nina, dingin bak musuh buyutan.

Brrurhh! Weezzh!

Usai membentangkan sayap apinya, Nina terbang menembus pagar tribun, ke bawah, ke arah lapangan membawa benda bening yang berhasil direbutnya kembali.

"Jiah pergi lagi. Tunggu kali. Khan gue udah stop ngomongin damkar. Kenapa dia ya? Dia ngambek lagi?"

"Pake ati Melaaan.. Hhh-hh," kata Jihan. "Udah. Nanti ajalah ya di bar. Seleksinya. Hhh-hh. Eh.. Lagi dong.."

"Jeng.. Jeeng ..!!"

Melan berpose mempersembahkan karya. Kepalanya didorong dan dipinta berhenti untuk segera menyudahi aksinya tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!