Sarah sang pemeran utama beserta para survivor lainnya telah berada di sebuah dunia tiruan yang nampak aneh. Mereka harus bisa bertahan hidup dengan melewati permainan yang di sebut dengan " 25 aturan iblis ", dimana permainan ini memiliki setiap aturan dan teka teki yang cukup menyulitkan. yang berhasil bertahan hidup sampai akhir, adalah pemenangnya. lalu hadiah yang akan di terima adalah satu permintaan apa saja yang diinginkan...... Mampukah Sarah dan para survivor lainnya keluar dari dunia aneh itu..? lalu bagaimana caranya Alena adik perempuan Sarah yang telah menghilang selama 12 tahun berada di dunia itu....?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muhamad aidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Mulai bekerja sama
" jam tangan kakak.... Boleh ku pinjam...? ". Alena menunjuk ke arah jam tangan milik Sarah. Ia ingin memastikan waktu yang berharga tidak terbuang sia-sia. Tanpa keberatan Sarah memberikan jam tangan miliknya kepada Alena, walau sedikit berat hati karena baginya jam tangan itu adalah pemberian dari seseorang yang pernah hadir di hidupnya. Alena melirik jam tangan , dan mengatur waktunya, memberi waktu satu menit untuk bersiap
" kita harus keluar dari sini, secepatnya.... ". Alena membuka pintu dan segera keluar.
" Tunggu.....". Sarah melirik kedua remaja putri yang membawa gadis kecil. Sejak tadi gadis kecil itu tak hentinya merengek dan menangis cukup kencang memanggil-manggil nama ibunya.
" Apa yang terjadi...? ". Sarah mencoba bertanya kepada dua gadis remaja itu. Namun keduanya hanya diam, tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di dalam bus itu, dan kemungkinan keduanya tampak syok berat setelah melihat mayat dari wanita paruh baya itu tanpa kepala. Sarah mengerti sedikit situasinya lalu mencoba menghibur kedua remaja putri itu dengan senyuman dan sapaan hangat. Lambat Laun, kedua remaja itu mulai berangsur tenang, mereka mulai bisa di ajak berbicara. Sarah dan kedua remaja putri itu saling memperkenalkan diri masing-masing. Gadis remaja berpostur kurus dan tinggi namanya adalah Rosa, dan gadis yang satunya lagi tidak terlalu tinggi, sedikit berisi, kulit sawo matang dan terlihat lebih manis dari temannya memperkenalkan dirinya sebagai Alia. Gadis kecil itu terus merengek, memanggil-manggil nama ibunya. Perasaan kuat karena hubungan batin antara keduanya terasa begitu besar. Apalagi tepat di depan matanya, gadis berusia delapan tahun itu melihat kondisi mengenaskan ibunya yang sudah tanpa kepala dan tubuh yang terkoyak dengan cakaran yang parah.
Orang-orang yang berada di dalam bus nampak sibuk untuk menutupi jasad wanita paruh baya itu dengan apapun yang ada di dalam bus.
" Kak , Sarah perkiraanmu berapa panjang terowongan ini. Apa kau tahu sesuatu soal terowongan ini...? ". Alena yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat Sarah. Ia sedang memikirkan sesuatu.
" lima ratus hingga tujuh ratus meter.... Bisa kurang atau lebih, karena kakak selalu melewati terowongan ini jika berangkat maupun pulang bekerja ". Sarah yang masih merasa aneh pada adiknya, hanya menjawab spontan dan menerka saja panjang dari terowongan .
" Jika terowongan memiliki panjang lima hingga tujuh ratus meter. Artinya kita memiliki waktu untuk lolos dari sang pelahap ". Alena memikirkan setiap cara untuk keluar dari aturan pertama ini. Sementara itu keadaan di luar cukup kacau, anak itu tak berhentinya menangis histeris. Sarah merasa iba ,lalu ikut membantu menenangkan anak itu.
Alena melirik jam tangan, ternyata sudah lima menit waktu yang terbuang. Alena nampak semakin khawatir, lalu berbicara kepada Sarah untuk percaya padanya.
" Suruh anak kecil itu diam, jika terus menangis, akan sangat merepotkan ". Gertak Alena kepada kedua gadis remaja itu. Sarah mencoba menenangkannya, lambat laun sang anak mulai berhenti, mungkin karena dia sudah cukup kelelahan karena menangis dan berteriak.
" Setelah lampu mati, jangan ada yang bergerak atau berteriak. Masuklah ke dalam mobil, dan jangan ada yang keluar sebelum ku suruh ". Alena langsung pergi ke arah bus, bermaksud untuk menyelamatkan orang lebih banyak lagi. Bagi dirinya semakin banyak yang selamat di permainan awal, akan semakin menguntungkan untuknya melewati permainan yang lain. Semuanya demi dirinya dan Sarah selamat. Sangat egois, namun baginya Sarah lebih penting dari siapapun.
" Satu-satunya yang sangat berbahaya dan beresiko mati lebih cepat adalah ketidaktahuan mereka terhadap aturan game ini ". Gumam batin Alena dalam hatinya sambil menguatkan tekad. Ia sedikit tersentuh dengan sifat peduli dan kebaikan kakaknya ketika melihat Sarah menenangkan anak kecil itu, kakaknya memang wanita yang baik dan selalu peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Alena melirik jam tangannya, enam menit telah berlalu, ia harus bergegas.
Sesampainya di pintu bus, lalu membuka perlahan. Hal pertama yang terlihat adalah bau anyir darah dan genangan darah yang sebagian telah mengering. Jasad yang telah tergeletak adalah korban pertama dari sang pelahap, yang di tutupi kain seadanya.
" Kamu....!!!!! Perempuan yang sejak tadi berlagak aneh, pasti kau tahu apa yang terjadi saat ini...? ". Umpat seorang lelaki berjas rapih dengan setelan celana. Ia memelotot tajam ke arah Alena seakan kemarahannya kini tertuju kepada Alena. Ia dengan cepat mendekat lalu melayangkan pukulannya ke wajah Alena, namun seorang lelaki berhasil mencegahnya dengan menahan tangan si lelaki berjas itu
" Cukup....!!!!! , Jangan lakukan kekerasan, apalagi dia seorang perempuan. Lagi pula dia tidak melakukan apa-apa sejak tadi ". Lelaki muda itu adalah salah satu dari tiga lelaki yang duduk di barisan paling belakang.
" Jangan ikut campur, atau saya hajar juga kau.....!!!!! ". Lelaki berjas itu nampak emosi, dengan lelaki muda yang menghentikan tindakannya itu. Kedua sahabatnya langsung maju menatap tajam ke arah lelaki berjas itu.
" Bapak kalo mau main kasar, kami siap ladenin ". Kedua sahabatnya itu langsung pasang badan. Situasi di dalam bus nampak Keos. Lelaki berjas itu langsung ciut nyalinya ketika ketiga pemuda sudah berdiri di hadapannya, ia tidak mungkin menang melawan tiga orang sekaligus.
" Waktunya tinggal dua menit lagi, sekarang dengarkan baik-baik ". Alena memberi jeda untuk menenangkan situasi, lalu dia melanjutkan perkataannya lagi. " Jika kalian mau selamat, maka dengarkan perkataan saya. Ketika kita semua berhasil keluar dari sini saya berjanji akan menceritakan semuanya ". Alena mencoba untuk meyakinkan semua orang yang berada di dalam bus. Mereka semua terdiam, lalu seakan tanpa di Suruh dua kali, semua orang di dalam bus setuju untuk mengikuti perkataan Alena.
" Terima kasih, sekarang dengarkan baik-baik, ketika lampu padam , kita harus sembunyi dan tahan rasa takut kalian, apapun yang terjadi jangn ada yang bergerak maupun berteriak, kendalikan diri kalian, dan setelahnya kita punya waktu sepuluh menit untuk keluar dari terowongan ini. Kalian semua mengerti.....? ". Setelah panjang lebar Alena menjelaskan semuanya, mereka mulai menyebar mencari posisi sembunyi masing-masing di dalam bus. Mereka mulai bekerja sama dengan arahan Alena. Hanya tersisa satu menit sebelum lampu kembali berganti cahaya kuning remang, dan sang pelahap akan kembali mencari mangsa.