NovelToon NovelToon
Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Keluarga / Angst / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Caca Lavender

Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.

Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.

Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.

Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______

Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Remaja

Lapangan indoor masih bergaung oleh suara sepatu yang beradu dengan lantai kayu saat Sumin melangkah keluar dari ruang ganti. Rambutnya sedikit basah oleh keringat, ikat rambutnya sudah dilepas dan diselipkan ke dalam saku jaket. Ia menyeret langkah menuju bangku panjang di pinggir lapangan, lalu merapikan jersey miliknya yang sudah kotor.

Tak lama kemudian, Minho datang dari arah pintu belakang. Ia membawa satu botol minum isotonik dan langsung duduk di sebelah Sumin.

"Aku kira kamu bakal pulang awal lagi hari ini," ucap Minho  dengan santai sambil menyodorkan botol minum ke arah Sumin.

Sumin menerimanya sembari menggumamkan ‘terima kasih’, "mama sudah mempekerjakan pengasuh untuk Sunghan dan Yewon. Jadi aku tidak perlu khawatir lagi."

Minho mengangguk paham, lalu berdeham pelan, “permainanmu bagus tadi di lapangan. Pelatih sampai manggut-manggut puas.”

“Seperti biasa,” balas Sumin datar dengan nada yang dibuat angkuh.

Minho tertawa kecil. Mereka terdiam beberapa detik sambil menikmati sisa angin dari ventilasi atas.

“Eum, kamu sibuk tidak pulang sekolah nanti?” tanya Minho tiba-tiba.

Sumin menggeleng, “tidak. Kenapa?”

“Mau mempir ke rumahku? Makan malam bersama keluargaku.”

Sumin mengerutkan alis, “makan malam keluarga?”

“Bukan undangan resmi, santai aja,” ujar Minho, “nasi goreng buatan ibuku enak, sumpah.”

Sumin terkekeh pelan, lalu menatap botol minumnya sejenak. Jantungnya berdebar kencang karena terlalu senang. Ia merasa menjadi orang penting di hidup Minho karena lelaki itu berani mengajaknya makan malam bersama keluarganya.

“Aku minta izin mama dulu,” ucap Sumin.

Lalu Sumin mengambil ponsel dari tasnya. Ia mengetik pesan singkat untuk Yujin.

Ma, aku mampir makan malam di rumah teman. Boleh, ya?

Balasan dari Yujin datang cepat.

Pulangnya jangan terlalu malam. Hati-hati, Sayang.

Sumin menahan senyum. Ia menunjukkan layar ke Minho, “oke. Aku ikut.”

“Yah, masa bilang ke mamamu pamit ke rumah teman? Harusnya lebih dari teman, kan?” goda Minho sambil berdiri.

Sumin ikut berdiri, lalu memukul pelan lengan Minho, “jangan macam-macam.”

“Loh, siapa yang macam-macam? Kita memang lebih dari teman, kan?” tanya Minho dengan senyum lebar.

Sumin mengulum senyum malu. Minho mengusak rambut Sumin sambil menahan gemas. Mereka pun keluar dari gedung sekolah sambil bercanda kecil, lalu berdiri berdesakan di bus menuju rumah Minho. Walau berdesakan, tapi mereka tidak keberatan. Tubuh mereka hampir menempel dengan satu lengan Minho yang melingkar protektif di pinggang Sumin.

...----------------...

Rumah Minho terletak di pinggir distrik dekat sekolah. Rumah sederhana dengan dinding krem pucat dan taman kecil yang rapi. Ibu Minho membuka pintu saat mereka tiba.

"Kamu bawa pulang anak gadis siapa, Minho?” tanya ibu Minho sedikit terkejut, tapi nadanya terdengar ramah.

Minho tertawa mendengarnya, “aku bawa pulang putri dari kerajaan sebelah. Cantik, kan, Ma? Namanya Sumin.”

Pipi Sumin bersemu merah mendengar gombalan Minho. Ia malu karena langsung berhadapan dengan Ibu Minho.

“Oh, jadi ini Sumin? Akhirnya ketemu juga. Cantik sekali kamu, Nak, persis seperti kata Minho. Masuk, masuk. Sepatunya ditaruh di rak, ya,” ujar ibu Minho bersemangat sambil menggandeng lengan Sumin.

Sumin mengikuti dengan gestur sopan, "permisi, Tante."

Di dalam, meja makan sudah disiapkan. Nasi goreng, telur dadar, dan sup rumput laut mengepul di mangkuk-mangkuk besar. Tidak ada pembicaraan berlebihan, hanya sesekali sang ibu menyindir Minho karena malas cuci piring.

"Minho itu di sekolah suka mengatur teman-temannya, tapi di rumah sendiri tidak bisa diatur. Dia malas kalau disuruh cuci piring," ucap sang ibu sembari melirik Minho.

"Ma, please..." Minho menghela napas lelah.

Sumin tertawa pelan. Suasana rumah ini sangat hangat. Meskipun Minho hanya tinggal berdua dengan sang ibu, tapi keluarga mereka tidak terasa kekurangan.

Setelah makan, mereka berdua mencuci piring di dapur. Berbanding terbalik dengan ucapan ibu Minho, Minho justru terlihat bersemangat mencuci piring. Mungkin karena ingin mengambil hati Sumin. Minho bercanda dengan menyemprot Sumin dengan air dari keran, membuat Sumin melotot.

"Kamu cari mati, ya?" teriak Sumin kesal.

“Kan biar kamu jadi lebih segar, tadi belum mandi, kan?” balas Minho sambil menyengir.

Sumin semakin kesal, lalu membalas dengan menepuk wajah Minho menggunakan lap basah. Mereka berdua tertawa lepas, suara tawa mereka mengisi dapur kecil itu tanpa beban.

...----------------...

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam saat Minho mengantar Sumin pulang. Mereka naik bus dan turun di pemberhentian Sumin. Setelah itu, Minho menemani Sumin berjalan menuju rumahnya. Angin malam berhembus pelan meniup rambut mereka.

“Mama kamu baik ya, ramah sekali,” ujar Sumin pelan, suaranya hampir tenggelam oleh angin.

“Mama memang perempuan terbaik yang pernah aku kenal,” jawab Minho bangga, lalu menoleh pada Sumin, “aku senang kamu dan mama bisa akrab. Jadi lebih mudah untuk membawamu masuk ke keluargaku nanti.”

Sumin menoleh dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Minho akan semakin blak-blakan untuk memberikan gombalan padanya.

“Mukanya biasa aja dong,” ucap Minho sambil mencolek hidung Sumin.

Sumin Hanya mendengus kesal, lalu tersenyum kecil.

Sampai di depan rumah Sumin, mereka pun berhenti. Lampu depan gerbang menyala. Minho tertegun melihat rumah Sumin yang sangat mewah. Sumin memegang tali tasnya erat-erat, lalu menoleh hingga berhadapan dengan Minho.

“Terima kasih sudah mengajakku ke rumahmu. Tadi itu menyenangkan,” ucap Sumin sambil tersenyum lembut.

Minho menunduk untuk menatap mata Sumin, lalu tersenyum kecil, “sama-sama. Kamu bisa datang ke rumahku kapan saja.”

Beberapa detik berlalu tanpa suara. Lalu, perlahan, Sumin melangkah mempersempit jarak hingga ujung sepatu mereka bersentuhan. Sumin mendongak untuk menatap mata Minho. Tatapannya dalam.

"Aku...” bisik Sumin, lalu menghentikan kata-katanya.

Minho tidak berkata apa-apa dan menunggu Sumin menyelesaikan kalimatnya. Tapi Sumin tidak berniat untuk berbicara lagi. Gadis itu malah berjinjit sedikit dan mencium bibir Minho pelan. Ciuman itu ringan dan singkat.

Sumin menarik diri. Namun, Minho buru-buru meraih pinggang Sumin dan kembali menyatukan bibir mereka. Sumin memegang bahu Minho sambil menggerakkan bibirnya pelan. Ciuman itu manis dan lembut, bukan panas ataupun diliputi nafsu.

Mereka pun menarik diri sambil mengambil napas yang tanpa sadar tertahan. Mata mereka kembali bertemu. Senyum kecil terukir di bibir Sumin dan Minho.

“Setelah ini, kamu tidak boleh kabur dariku lagi, Sumin,” bisik Minho pelan.

Sumin tertawa kecil, “tidak. Aku tidak akan kabur.”

“Good.”

Sumin melangkah mundur, lalu membuka pagar rumah. Sebelum masuk, ia menoleh sekali lagi. Minho masih berdiri di tempat yang sama. Mereka saling melambaikan tangan sebelum berpisah.

...🥀🥀🥀🥀🥀...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!