Mengajak Gus Ilham Menikah

Seperti biasa, setiap hari mereka akan melaksanakan shalat isya bersama-sama di masjid. Imamnya sudah jelas adalah Ilham. Setiap malam beliau yang menjadi imam serta berkhutbah selesai sholat.

Nining sampai saat ini paling suka mendengar suara Ilham saat ceramah. Lemah lembut dan tutur kata yang sopan seperti awan membuat Nining seketika saja ingin tertidur.

Mata Nining dan Ilham tak sengaja saling bertukar tatapan. Selama sekian tahun, baru kali ini mereka saling melihat satu sama lain.

'Oh aku tau, pasti Gus takut aku kabur dan membohonginya.' Nining tidak memindahkan bola matanya yang saat ini Ilham kembali melihat ke arah lain dengan melanjutkan ceramahnya. 'Astaga suaranya kembali membuat mata ku ini berat untuk terangkat.'

"Ning... Ning..." Irma membangunkan Nining yang ternyata tertidur pulas sembari menggoyang-goyangkan tangan Nining yang dari tadi menyangga kepala agar tidak terjatuh.

Nining terbangun namun matanya masih terpejam. "Apa sih Ma?" tanyanya dengan suara pelan agar tidak terdengar Ilham yang sedang ceramah.

"Bangun Ning..." Irma semakin menggoyangkan tangan Nining dengan tangan Nining terlepas dari penyangganya dan spontan ia membuka mata.

Penglihatannya langsung terang benderang saat satu masjid itu melihat ke arahnya. 'Ini kenapa ya?'

"Hai semuanya." ucap Nining pelan dengan perasaan malu di lihat semua orang yang berada di dalam masjid termasuk Ilham. 'Apa aku ketahuan ya tidur tadi?'

"Elo mau menikah dengan Gus Ilham ya Ning?" Irma berbisik di telinga Nining.

"Iya kami akan menikah setelah ini. Emang kenapa?" tanya Nining yang tidak ikut berbisik.

"Gus Ilham barusan mengundang kami semua ke rumah Pak Kiai. Dia katanya mau menikah sama elo." jelas Zubaidah di sisi kiri Nining.

'Oh begitu ceritanya. Pantesan aja mereka melihat ke arah ku.' Nining kembali melihat semua orang yang masih menatapnya.

"Sepertinya kita sampai di sini saja. Saya harap kalian bisa menghadiri pernikahan kami yang akan berlangsung kurang lebih sekitar jam 8 malam. Saya tutup assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap Ilham memecahkan konsentrasi semua orang yang masih melihat ke arah Nining.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab semuanya dengan langsung berdiri meninggalkan masjid.

Suara burung mulai berbicara tentang Nining dan Ilham.

"Elo enggak bohong berarti Ning soal pengumuman tadi?" Irma dan lainnya mulai mendekat sampai-sampai para Ustadzah saja ikut mendekat.

"I-iya memang aku enggak bohong kok." balas Nining yang merasa kebingungan.

"Kamu dan Gus Ilham diam-diam pacaran ya Ning?" tanya Halimah, ia salah satu Ustadzah di pesantren.

"Assalamualaikum." ucap Ilham mendekati beberapa wanita yang masih duduk di dalam masjid.

"Waalaikumsalam Gus." jawab semuanya dengan tersenyum manis.

"Boleh saya berbicara dengan Nining? Soalnya ada yang mau saya sampaikan padanya sebelum melaksanakan ijab kabul."

"Oh silahkan Gus." balas Halimah dengan cepat.

Nining langsung berdiri dengan melihat tatapan semua orang yang masih tertuju padanya. Nining begitu santai melambaikan tangan sembari mengikuti langkah kaki Ilham yang sedikit menjauhi semua orang.

"Ada apa ya Gus?" tanya Nining saat mereka sudah berhenti di ujung ruangan.

Ilham tentu melihat ke arah bawah saat berhadapan dengan Nining. 'Tadi kita saling bertukar tatapan. Sekarang kenapa balik lagi ke mode lama.' Nining terus menatap wajah tampan Ilham.

"Ning, sebenarnya aku mau bertanya sesuatu. Aku tadi lupa bertanya. Sekiranya kamu itu menikah dengan ku karena apa? Apa kamu enggak malu menikah dengan usia kita saja yang terlampau jauh kayak begini, 8 tahun loh Ning jauhnya?" tanya Ilham merasa gelisah.

"Loh bukannya beda 12 tahun ya Gus?" Nining terkejut akan perbedaan yang tidak terlalu jauh itu.

"Kamu kira aku ini apaan Ning? Itu terlalu tua. Usia ku masih 27 tahun." balas Ilham dengan menjelaskan usianya yang tidak terlalu tua.

'Oh salah informasi berarti kami semua.' "Aku enggak bisa menjawab karena kita belum sah menikah Gus. Nanti kalau kita sudah menikah aku akan kasih tau alasannya." jawab Nining dengan sedikit mendekati Ilham. Ilham yang melihat pergerakan Nining langsung sedikit menjauh. "Soalnya agak sedikit sensitif Gus." bisik Nining agar semuanya tidak mendengarkan ucapannya.

Nining merasa kesal dengan tingkah Ilham yang takut Nining akan menyetuh tubuh Ustadznya itu. "Soal umur bukan masalah Gus. Lagian Gus itu terlihat usianya kayak aku. Gus tampan lagi."

Ilham menahan senyuman sembari menutup mulutnya dengan sedikit terbatuk.

'Bisa banget kamu Gus kalau mencari alasan untuk tidak terlihat malu. Tertawa aja kenapa sih pakek acara di tahan, entar keluar lagi dari tempat lain.' Nining semakin geregetan atas tingkah Ilham.

"Baiklah kalau begitu alasannya. Sekarang lebih baik kamu siap-siap dan ganti baju mu. Aku pulang duluan." perintah Ilham dengan langsung meninggalkan Nining.

'Cepet banget kalau ngomong. Ajak aku juga Gus, sekalian gitu kita sama-sama ke sana. Main pergi aja. Dah... Aku lebih baik ganti baju dulu. Sudah itu makan, baru ke sana.' gerutu Nining yang merasa kesal.

Nining kembali melihat teman-teman dan para ustadzahnya masih setia menunggu di tempat tadi. 'Ah... Aku langsung ajalah ke kamar. Keburu laper kalau bergosip dengan mereka lagi.' Ia sedikit berlari keluar masjid.

Tempat yang ia kunjungi ternyata telah sepi. Semua orang ternyata langsung ke rumah Ilham. 'Kayaknya semuanya terlihat syok deh aku menikah dengan Gus Ilham. Benarkan dugaan ku, Gus Ilham itu enggak seperti yang kalian omongkan. Coba aja kalian kayak aku langsung melamar dia, pasti langsung di terima.'

Oceh Nining di dalam benaknya. Setelah banyak berpikir ia pun berhenti melangkah. 'Eh tunggu! Apa Gus Ilham menolak pernikahan ini gara-gara para wanita enggak sanggup bayar hutang kali ya? Ah... Misteri terpecahkan. Wajar aja Gus Ilham belum juga menikah. Okey... Berarti aku yang menjadi pemecah rekor dari cerita kehidupan Gus Ilham. Anda harus berterimakasih banyak pada ku Gus.'