Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-4- Mulai Menunjukkan Kecemburuan
"Berhenti untuk mencoba kabur, karena percuma kamu tidak akan pernah bisa kabur dari ku, Aqila" Ujar malas Bram yang untuk ke sekian kalinya memanggul tubuh Aqila di bahu nya.
"Ck, siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa kenal kak Grey?!" Tanya ketus Aqila yang sudah mulai lelah.
Bram menurunkan sang pujaan hati dengan perlahan di kursi meja makan, lalu merapihkan rambut berantakan Aqila.
"Jangan menyentuhku!" Aqila menepis tangan Bram lalu menatapnya begitu tajam.
Tetapi seperti biasa, tetapan tajam Aqila sangat menggemaskan di mata Bram. Sedari dulu mata itu tidak berubah dan Bram akui, Aqila benar-benar tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik seperti dugaan nya.
"Sepertinya aku harus menceritakan kisah kita sebelum kamu lupa ingatan"
"Jawab saja! Sebenarnya siapa kau?!" Sentak kesal Aqila.
"Makan dulu sarapan nya, setelah itu akan aku jelaskan"
"Tidak mau, aku tidak lapar" Tolak tegas Aqila.
Tetapi perutnya berdusta dan tidak bisa di ajak kompromi, tiba-tiba saja bunyi cacing-cacing di perut Aqila terdengar begitu besar.
Kryukk~
"Pftthh.. Suara cacing yang meminta makan dari mana itu?" Ledek Bram menahan tawanya.
Aqila mengalihkan pandangannya ke arah lain, saat ini ia benar-benar malu dan marah menjadi satu. Apalagi ia sangat marah karena otak nya tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam.
"Ayo buka mulutnya" Titah Bram seraya menyodorkan sendok yang sudah berisi makanan itu.
"Aku bilang gak mau!"
"Jangan nakal, baby girl. Kamu harus makan"
"Berhenti memanggilku seperti itu!" Bentak marah Aqila menatap wajah Bram.
"Lalu aku harus memanggil apa hmm?" Tanya Bram menatap intens wajah Aqila. "Dulu aku sering memanggilmu, Gadis kecil ku. Tetapi sekarang kamu sudah besar dan bukan lagi seorang gadis.." Nada lirih di akhir kalimat dengan senyuman miring di bibir Bram, benar-benar merendahkan Aqila.
Kini dengan penuh emosi tangan Aqila terangkat lalu sedetik kemudian tangan itu berhasil menampar pipi Bram hingga meninggalkan bekas merah.
Plak!
"Sudah aku bilang lupakan semuanya dan bersikaplah seolah kita tidak saling mengenal! Jangan pernah merendahkan ku seperti ini!" Teriak marah Aqila.
Mata nya berkaca-kaca menahan rasa sakit dan penyesalan yang teramat menyakitkan dirinya. Aqila tidak ingin hal seperti ini menimpah dirinya, bahkan gadis lain pun tak ingin.
Dan lebih mengerikan nya lagi, otak kecil miliknya tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam. Dan yang terakhir Aqila ingat hanyalah saat dirinya dan Revan sedang berbicara di meja bar.
"Singkirkan semua pengawal mu di depan, dan aku bisa pulang sendiri atau bahkan tidak akan menganggu hidup mu!" Lanjut Aqila masih dengan nada yang sama.
Di saat Bram hendak menjawab, tiba-tiba salah satu bawahan nya datang.
"Maaf boss menganggu, tetapi ada panggilan masuk untuk anda" Ujar sopan seorang pria yang di ketahui bernama Digo.
"Dari siapa?" Tanya dingin Bram tanpa mengalihkan tatapan nya dari wajah Aqila.
"Mr.Grey"
Aqila yang tadinya sama-sama beradu tatapan dengan Bram, kini langsung beralih menatap pria yang menyebut nama kakak ipar nya.
"Grey Ricardo?" Tanya Aqila memastikan.
Digo mengangguk dengan kepala yang terus menunduk, ia tidak berani menatap wajah perempuan dihadapan nya yang sudah mutlak menjadi milik boss nya dari semenjak ia bekerja dengan Bram.
"Tutup saja, aku akan mengabarinya nanti"
Digo mengangguk patuh dan hendak berjalan, tetapi Aqila menghentikan gerakan pria itu dengan cada memegang lengan nya.
"Kak aku ikut, biarkan aku yang menjawab nya" Pinta Aqila dengan nada memohon.
"Aqila!" Bram yang geram lantas menarik tubuh Aqila hingga pegangan nya pada lengan Digo terlepas.
"Apaan sih! Lepaskan!"
"Pergi Digo!" Teriak marah Bram.
Digo yang masih menyayangi nyawanya pun langsung bergegas meninggalkan ruang makan itu, walaupun perempuan milik boss nya terus memanggil dirinya.
"Lep-- Makan!" Tegas Bram dengan tatapan tajam nya.
Kali ini pria itu benar-benar tidak ingin di bantah, dirinya merasa panas saat melihat Aqila memegang tangan Digo-- asisten nya
Aqila yang mulai takut dengan tatapan Bram tanpa berkata-kata lagi ia langsung duduk dan memakan makanan yang ada di piring nya.
Menyisakan Bram yang masih menatap dirinya, dan membayangkan apa saja yang di lakukan Aqila dengan kekasih nya tanpa sepengetahuan para mata-mata milik nya.
"Shiit!!" Pekik frustasi Bram menyugar kasar rambut nya ke belakang.
Aqila yang sempat tersentak kaget hendak menoleh kearah pria di belakang nya. Tetapi gerakan nya tertahan kala kedua tangan kekar itu memegang bahu nya.
"Apa saja yang kamu lakukan dengan kekasih mu?" Tanya Bram tepat di samping telinga Aqila.
Aqila sempat berfikir sejenak, hingga akhirnya sebuah ide muncul di otak nya.
"Emm.. Banyak" Sahut Aqila.
"Apa saja? Contohnya seperti apa?"
"Belajar bersama, ke kantin bersama, lalu terkadang kami jalan bersama dan.." Aqila sengaja menghentikan ucapan nya menunggu respon Bram.
Dan benar saja terdengar Bram yang menggeram rendah, lalu pria itu menegakkan tubuh nya dan menggeser kursi Aqila agar menghadapnya.
"Dan apa?"
"Ya seperti sepasang kekasih pada umumnya, kami sering.." Lagi-lagi Aqila menggantung perkataan nya.
Tetapi mata Bram teralihkan pada gerakan tangan Aqila yang saling mengadu seperti saling 'menyososor'.
Brakk!
...****************...