Dermaga Jingga

...• Bab 16 •...

...»»——⍟——««...

..."Terlalu menaruh harap pada manusia hanya akan mendapat kecewa"...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...

Dermaga menarik rambutnya kebelakang, ia meremas erat ponselnya yang sedang ia tempelkan ke telinga. Otaknya langsung frustasi seteleh mendengar kabar tak mengenakan dari ujung telpon.

Padahal saat melihat namanya menelponnya lebih dulu untuk pertama kali, ia hampir tersentak kegirangan.

"Tapi kan gue duluan Mi, yang bilang ke lo soal acara besok"

"Iya tau.. cuma gimana gue gak mungkin nolak permintaan temen gue sendiri kan"

"Kan bisa dia ajak temen lain, si penyewa hodie tuh bisa"

"Pasha? Mana bisa. Dia kan pejantan. Moment kaya gitu butuh yang sama-sama cewek tau"

Maga mendecak, "Kesannya kalian jadi double date, Mi.. sadar gak sih?"

"Double date dari mana kan cuma nemenin Lidya aja ketemuan biar gak gugup"

"Intinya gak bisa. Suruh temen lo cari temen cewek lain! Lo udah gue booking duluan"

"Lo kok gak bisa ngerti sih? Ini kan sahabat gue sendiri, dia aja selalu ada buat gue masa gue gak bisa bantu dia disaat dia butuh"

Lelaki itu menghela napas berat, ia memegang keningnya kelelahan, "Yaudah, coba minta lain waktu aja janjiannya. Jangan hari yang sama"

"Gak bisa dong. Cari waktu yang sama-sama kosong susah loh"

Raut wajah Dermaga mengkaku, rahangnya ia katupkan rapat menahan kekesalan, "Jadi lo beneran gak mau dateng?"

"Bukan gamau Maga, tapi gak bisa"

"Yaudah. Terserah"

"Mag... "

Tutt!!

Dermaga mematikan sepihak bahkan saat Yumi belum sempat menyelesaikan perkataan nya, ia melempar asal ponsel nya ke meja kantin.

"Yumi, gak bisa dateng besok?" tanya Teguh pelan begitu melihat wajah kaku Dermaga setelah menutup telpon.

Lelaki itu mengangguk singkat. Ia mengambil alih sekotak rokok milik Teguh dan mengambilnya sebatang. Padahal ia sudah berjanji untuk tak menyentuh barang ini lagi, tapi emosinya butuh dilupakan sekarang juga.

"Udah Ga, biarin aja. Biasanya juga emang cuma kita-kita ini aja yang rayain ulangtahun lo kan" ujar Berto mencoba menghibur, ia hanya bisa menatap dalam tanpa memberi sentuhan penenang.

Jodie manggut-manggut setuju, ia menghembuskan asap rokok nya keatas, "Bener Ga, masih ada gue kok yang bisa menghibur kekosongan hati lo, don't sad sad gitu lah"

Dermaga hanya menghela napas berat, ucapan hiburan dari teman-temannya itu.

Karin menatap dalam Dermaga yang sudah menghisap penuh emosi putung rokoknya, wajah frustasi lelaki itu sungguh tersirat jelas. Dan semua itu hanya karena sosok yang baru saja mengisi hidupnya. Gadis kecil asing yang bahkan tak mengenalnya sedalam dirinya mengenal Dermaga

Gadis itu menghembuskan napas pelan, "Pasti Yumi juga bingung deh, harus milih antara sahabat atau pacaranya. Jangan marah sama Yumi, Ga..."

...*＊✿❀　❀✿＊*...

...*＊✿❀　❀✿＊*...

...*＊✿❀　❀✿＊*...

"Yaudah. Terserah"

"Mag... "

Tutt!!

Hati Yumi mencelos, ia menatap nanar ponselnya yang baru saja mati karena telpon terputus tiba-tiba. Apa lelaki itu sangat marah?

Tapi kenapa dia egosi sekali sih?

Lelaki itu selaku saja maunya memaksakan kehendak dan minta dimengerti, sedangkan dirinya sendiri sulit memahami kondisi orang lain.

Menyebalkan!

"Dasar gapura kabupaten!! Susah banget sih minta pengertian dikit aja!!"

Dia bahkan tidak memberi Yumi kesempatan untuk menjelaskan lebih banyak dan meminta maaf. Frustasi sekali Yumi dibuatnya. Andai saha Yumi, jomblo mungkin dia bisa leluasa sekarang.

Jadi rasanya sepertinya pacaran itu ya. Belum-belum rasanya sudah melelahkan. Yumi mendesah berat, ia menuruni tangga dengan gontai. Sepertinya hari ini dia akan pulang sendiri.

Setelah terbiasa pulang bersama dengan seseorang, rasanya agak aneh pulang sendiri seperti ini. Tapi Yumi tak berani lagi menghubungi lelaki itu.

Lagipula dia juga sudah berusaha menjelaskan, Maga saja yang sulit mengerti dirinya.

...• TBC •...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...