Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak
Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.
Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 Grup Dewi Dewi Cantik
Arzhel menepuk dagunya. “Makanan unik, huh? Rupanya aku tidak bisa mengandalkan mie instan terus-menerus..."
Ia kemudian mengetik.
Arzhel, Dewa Modern✈️: " Baiklah, aku mengerti. Aku akan mengajarimu kalau punya sesuatu yang baru."
"Mungkin lain kali aku harus keliling dan mencari makanan yang lain," gumamnya.
Tak lama kemudian, sebuah notifikasi terdengar lagi. Arzhel menatap layar ponselnya, jantungnya seakan ingin copot.
🔔Notifikasi Baru: [Anda baru saja ditambahkan oleh Permaisuri Langit ke dalam grup obrolan: Dewi Dewi Cantik ✨]
“APAA?!” Arzhel hampir tersedak ludahnya sendiri.
Tangannya gemetar saat membuka grup itu.
Ruangan obrolan langsung terbuka, penuh dengan ornamen merah muda, pita-pita virtual, dan stiker kelinci imut. Semua tampak begitu… feminin.
Permaisuri Langit segera muncul sebagai admin, menyapa dengan aura anggun.
Permaisuri Langit✨: “@All Member. Selamat malam semuanya. Aku ingin memperkenalkan seseorang yang penting. Ini Arzhel, supplier kecantikan pribadiku. Kalau kalian tertarik dengan produk yang kupakai—kalian bisa langsung menghubunginya.”
Arzhel refleks mengetik cepat.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Yang Mulia… apa maksudnya ini??”
Permaisuri Langit membalas dengan santai.
Permaisuri Langit✨: “Seperti janjiku. Karena produkmu memuaskan, jadi aku akan mempromosikanmu pada teman-temanku. Hanya saja aku malas memberi tahu mereka satu-persatu. Jadi lebih mudah kalau aku masukkanmuu langsung ke sini. Grup ini khusus untuk teman-temanku—tentu saja hanya para dewi tercantik di langit.”
Arzhel menatap layar dengan wajah pucat. Belasan nama dengan aura ilahi memenuhi daftar anggota.
Dan benar saja, notifikasi balasan langsung membanjiri seisi grup.
Dewi Bulan 🌙: “Eh? Jadi kau supplier itu? Aku lihat Permaisuri kemarin… astaga, kulitnya benar-benar berkilau seperti bintang! Jangan bilang itu karena produkmu?”
Bidadari Surga🌌: “Seriusan? Aku sampai iri lihat wajahnya yang glowing tanpa riasan tebal. Produk apa itu, Arzhel? Cepat jelaskan!”
Dewi Api Senja🔥: “Kalau memang benar sehebat itu, aku tidak mau ketinggalan. Katakan, apakah kau punya produk untuk menyamarkan bekas luka bakar halus di pipiku? Aku butuh solusi elegan, bukan trik murahan.”
Dewi Bunga Abadi🌸: “Kyaaa~ akhirnya ada supplier baru yang direkomendasikan Permaisuri! Kalau Permaisuri sampai memakainya, pasti produkmu bukan main. Arzhel, kau benar-benar manusia? Kok bisa buat produk sehebat itu?”
Arzhel hanya bisa menatap layar, mulutnya terbuka lebar. Ia merasa seperti seekor domba yang dilempar ke tengah kandang singa betina.
“Apa-apaan ini… ruang obrolan penuh dewi cantik? Dan aku… jadi pusat perhatian?”
Namun notifikasi terus masuk. Semua dewi menunggu jawabannya.
Arzhel menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum mengetik balasan di grup.
Ia tahu betul, sekali salah ucap, harga produknya bisa anjlok karena dewi-dewi ini bukan hanya pelanggan biasa—mereka influencer paling berkuasa di langit.
Arzhel, Dewa Modern✈️: "Terima kasih atas ketertarikannya. Saya akan mengabari kalian jika ada produk yang sesuai kebutuhan. Mohon bersabar sedikit, karena produk saya memang sangat terbatas.”
Sejenak grup hening. Namun tiba-tiba…
Dewi Bunga Abadi🌸:“Hmph, trik klasik. Kau hanya ingin mempertahankan harga premium, kan? Aku tahu kau sebenarnya punya banyak produk, tapi menahannya agar kami makin tergila-gila.”
Arzhel hampir tersedak. Benar-benar langsung diserang tanpa ampun. Namun sebelum ia sempat membalas, satu nama lain muncul.
Dewi Bulan🌙: “Tidak ada yang salah dengan itu. Itu hal normal dalam bisnis. Kalau produknya memang bagus, wajar dia menjaga eksklusivitasnya. Kau terlalu keras, Bunga.”
Arzhel sedikit kaget, matanya menyipit. 'Kenapa Dewi Bulan membelaku begitu terang-terangan?'
Tak lama, notifikasi baru muncul.
🔔 [Dewi Bulan telah mengikuti Anda.]
Arzhel mematung. “Hah…?” gumamnya pelan.
Dan sebelum rasa curiganya reda, sebuah pesan pribadi masuk.
📩 Pesan Baru dari Dewi Bulan.
Dewi Bulan🌙: “Jangan ambil hati dengan ucapan Dewi Bunga. Mulutnya pedas, tapi dia sebenarnya tidak berniat buruk. Percayalah.”
Arzhel menatap layar agak lama sebelum membalas singkat.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Terima kasih. Aku mengerti.”
Balasan datang cepat.
Dewi Bulan🌙: “Ngomong-ngomong, kenapa kau belum memposting apapun di profilmu? Semua orang ingin tahu lebih banyak tentangmu.”
Arzhel terkekeh kecil sambil mengetik.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Aku tidak tahu harus posting apa. Tidak ada yang menarik dalam hidupku.”
Namun balasan dari Dewi Bulan membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Dewi Bulan🌙: “Aku justru sedikit tertarik denganmu.”
Arzhel langsung memerah. Ia buru-buru mengetik balasan bercampur gugup.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Soal itu, mungkin adalah hal yang paling tidak menarik."
Balasan datang lagi, lebih lembut dari sebelumnya.
Dewi Bulan🌙: “Kau salah. Dari sikapmu saja aku sudah tahu, kau itu orang yang menarik.”
Arzhel terdiam. Pikirannya berputar. 'Tidak mungkin Dewi Bulan menyukaiku, kan?'
Dan saat ia masih bergulat dengan pikirannya sendiri, pesan baru masuk.
Dewi Bulan🌙: “Aku ingin bertemu denganmu walau hanya sekali. Sepertinya itu akan menyenangkan.”
Arzhel mengetik dengan jari bergetar, mencoba menutup obrolan dengan cara yang paling netral mungkin.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Hahaha… maaf, tapi aku harus menjaga sikap profesional dengan semua pelanggan. Kalau aku terlalu dekat, itu bisa menimbulkan salah paham.”
Balasan dari Dewi Bulan datang begitu cepat, seolah ia sudah menunggu kalimat itu.
Dewi Bulan🌙: “Kalau begitu… bagaimana kalau aku menghubungimu secara pribadi? Kau tidak akan mengabaikanku, kan?”
Arzhel terdiam, jari-jarinya berhenti di atas layar. Dalam kepalanya, pikiran berputar cepat. 'Ini berbahaya. Sangat berbahaya. Aku tidak boleh terlalu dekat dengan dewa atau dewi manapun. Jika identitasku sebagai manusia biasa terbongkar, tamatlah sudah...'
Akhirnya ia mengetik pelan, kata demi kata.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Benar. Lain kali pesan yang bersifat pribadi akan aku abaikan.”
Jawaban itu seperti pedang bermata dua, tapi ia tidak punya pilihan lain.
Beberapa detik kemudian, sebuah balasan muncul.
Dewi Bulan🌙: “Sayang sekali… Tapi kalau kau tidak membalas pesanku, maka aku tidak punya pilihan lain selain menemuimu secara langsung. Asal aku tahu, aku bisa teleportasi kemana saja sejauh cahaya bulan terlihat.”
Membaca itu, bulu kuduk Arzhel langsung berdiri. Kalimat itu tidak terdengar manja, justru menyerupai ancaman yang halus.
'Apa-apaan ini… ngeri sekali…' batinnya.
Ia buru-buru membalas singkat.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Aku mengerti.”
Tanpa menunggu balasan lagi, ia langsung offline dan melempar ponselnya ke atas ranjang, napasnya tersengal seolah baru saja dikejar monster.
Tubuhnya merinding hebat. Ia menoleh ke sekeliling kamar, matanya berhenti pada tirai jendela yang terbuka lebar, membuat cahaya bulan jatuh di lantai marmer.
Arzhel menelan ludah. Dengan gerakan tergesa, ia meraih remote otomatis di meja samping tempat tidur.
Bip!
Tirai perlahan menutup, menelan cahaya bulan yang tadi menerobos masuk. Kamar pun jatuh dalam kegelapan tenang.
Arzhel duduk di tepi ranjang, memegangi dadanya yang masih berdetak kencang.
“Dewi Bulan… kenapa aku bisa terlibat dengan sosok yang merepotkan seperti ini....”