NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:570
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

Mereka melanjutkan perjalanan. Air kini bercampur lumpur pekat, membuat langkah semakin berat. Milo hampir terpeleset tapi berhasil menyeimbangkan diri.

“Kanal ini tidak dirawat puluhan tahun,” gerutunya.

Kai menatap peta lagi. “Ada jalur samping menuju sistem pembuangan. Itu lebih sempit, tapi mungkin lebih aman dari drone.”

Adrian berpikir sebentar lalu mengangguk. “Kita ambil jalur itu. Lebih baik sempit daripada terlihat.”

Mereka memasuki lorong pembuangan sempit. Cahaya matahari hilang, digantikan kegelapan pekat. Yara menyalakan senter kecil, cahayanya memantul di dinding basah. Suara tetesan air terdengar lebih keras di ruang sempit ini.

Rania memeriksa dinding lorong. Ada coretan lama berupa angka-angka tak terbaca. “Mungkin kode lama dari jaringan bawah tanah.”

Darius menoleh. “Tidak penting sekarang. Fokus ke jalan keluar.”

Di pusat kendali CupidCore, Liora menerima laporan baru. “Drone sektor barat daya menemukan jejak air yang terganggu.”

Liora menatap peta. “Kita sudah hampir memotong mereka. Kirim unit darat ke Delta-Tiga.”

Kelompok itu menemukan pintu besi tua dengan roda pengunci di ujung lorong pembuangan. Milo memeriksa kondisinya.

“Masih bisa dibuka, tapi agak macet.”

Kai membantu memutar roda pengunci. Suara logam berderit memenuhi lorong. Yara menggigit bibir, cemas suara itu menarik perhatian.

Akhirnya pintu terbuka. Mereka masuk ke ruang besar penuh pipa dan tangga logam. Di atas, cahaya samar masuk melalui ventilasi rusak.

Adrian menunjuk ke tangga. “Naik. Kita butuh titik pengamatan untuk memastikan jalan ke gudang aman.”

Darius naik lebih dulu, diikuti Milo dan Yara. Dari atas, mereka bisa melihat atap gudang industri di kejauhan. Milo menatap melalui celah ventilasi.

“Gudang itu masih berdiri, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan.”

Rania memandang Adrian. “Apakah ini mungkin jebakan?”

Adrian tidak menjawab langsung. “Segala kemungkinan ada. Tapi itu satu-satunya pilihan kita.”

Mereka turun kembali dan menutup pintu besi perlahan. Darius mengambil posisi depan lagi.

“Kita teruskan perjalanan. Jangan berhenti sampai kita tiba di gudang.”

Kai menambahkan, “Kita harus bergerak tanpa suara. Patroli bisa saja sudah menunggu di sana.”

Mereka meninggalkan lorong pembuangan, kembali ke kanal utama, dan bergerak cepat ke arah barat daya. Cahaya matahari semakin kuat, membuat bayangan mereka jelas di dinding kanal. Semua sadar, waktu mereka semakin sedikit.

Mereka bergerak cepat di kanal utama, langkah-langkah mereka kini terdengar lebih jelas karena air mulai dangkal. Cahaya matahari yang semakin terang membuat setiap bayangan mudah terlihat. Adrian menoleh ke belakang, memastikan tidak ada jejak yang tertinggal.

Darius berjalan paling depan, matanya menyapu setiap tikungan. “Gudang sekitar satu kilometer lagi,” katanya pelan.

Rania mengencangkan pegangan pada tasnya. “Kita harus berhati-hati. Terlalu banyak jalur terbuka di sekitar gudang.”

Milo berhenti sebentar, memeriksa peta digital. “Ada jembatan kecil di depan. Setelah itu, kanal berakhir dan kita masuk ke area industri terbuka.”

Kai mengerutkan alis. “Area terbuka artinya tidak ada tempat untuk bersembunyi.”

Yara menambahkan, “Kita bisa gunakan kontainer tua di sekitar gudang sebagai penutup.”

Adrian menyetujui. “Begitu kita keluar dari kanal, bergerak cepat. Jangan berhenti.”

Saat mereka mencapai jembatan kecil, suara samar mesin terdengar di kejauhan. Darius memberi isyarat untuk berhenti. Ia mengangkat tangan dan mendengarkan. Ada getaran halus di tanah.

Rania berbisik, “Kendaraan patroli lagi?”

Milo menoleh ke arah barat. “Mungkin. Tapi jaraknya masih jauh.”

Kai menunjuk ke bawah jembatan. “Kita bisa menunggu beberapa detik di sini sampai suara itu hilang.”

Mereka berlindung di bawah jembatan, memantau arah suara. Setelah sekitar satu menit, getaran itu menghilang. Adrian memberi tanda untuk melanjutkan.

Keluar dari kanal, mereka memasuki area industri terbuka. Deretan kontainer logam besar berbaris acak, beberapa roboh dan berkarat. Di kejauhan, atap gudang terlihat jelas, sebagian dindingnya runtuh.

Yara memandang ke sekitar. “Tempat ini terlalu sunyi.”

Rania menimpali, “Terkadang yang terlalu sunyi justru paling berbahaya.”

Milo bergerak ke depan, menggunakan kontainer sebagai penutup. Kai mengikuti, memeriksa setiap sudut. Darius berjaga di belakang, memastikan tidak ada yang mengejar.

Mereka berhenti di balik kontainer besar sekitar seratus meter dari gudang.

Adrian mengeluarkan teropong kecil dan mengamatinya. “Tidak ada penjaga di luar. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.”

Darius menatap sekeliling. “Bisa jadi mereka mengawasi dari dalam.”

Rania menoleh ke Milo. “Ada jalur masuk lain selain pintu depan?”

Milo memeriksa peta lama gudang. “Ada pintu servis di sisi barat. Lebih kecil dan mungkin tidak diawasi.”

Adrian memberi arahan singkat. “Kita gunakan sisi barat. Bergerak dua-dua. Milo dan Yara duluan, lalu Kai dan Rania, aku dan Darius di belakang.”

Milo dan Yara bergerak lebih dulu, berlari pendek dari satu kontainer ke kontainer lain. Mereka berhenti di balik dinding beton rusak, memeriksa keadaan.

Kai memberi isyarat ke Rania, lalu keduanya mengikuti pola yang sama. Adrian dan Darius menyusul terakhir, bergerak cepat tanpa suara.

Mereka tiba di sisi barat gudang. Pintu servis kecil tertutup rapat, tetapi engselnya tampak tua.

Milo memeriksa kuncinya. “Terkunci manual, bukan elektronik.”

Kai mengeluarkan alat pembuka kunci sederhana. Dalam beberapa detik, pintu terbuka dengan bunyi berderit pelan.

Adrian memberi isyarat. “Masuk perlahan. Jangan menyalakan lampu terlalu terang.”

Di dalam, udara berdebu dan bau logam tua memenuhi ruangan. Mereka memasuki koridor sempit yang mengarah ke ruang utama gudang. Kotak-kotak kayu lama berserakan di lantai.

Yara menyapu ruangan dengan senter kecil. “Sepertinya gudang ini sudah lama tidak dipakai.”

Rania menatap ke atas. “Tapi tidak ada tanda-tanda binatang liar juga. Terlalu bersih untuk tempat yang ditinggalkan.”

Adrian merendahkan suaranya. “Itu pertanda buruk. Tetap waspada.”

Tiba-tiba, suara retakan kayu terdengar dari sisi kanan. Semua orang langsung membidik ke arah suara. Milo berjalan pelan ke sumber suara dan menemukan potongan papan jatuh dari rak tua. Tidak ada siapa pun di sana.

Darius menegur, “Jangan santai. Bisa saja itu trik.”

Kai menambahkan, “Kita periksa area utama, lalu pastikan tidak ada pengintaian.”

Mereka bergerak ke arah ruang besar gudang, langkah-langkah mereka menggema di dinding logam.

Ruang utama gudang luas dan gelap. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah atap yang rusak, membentuk garis-garis cahaya di udara berdebu. Milo berjalan di depan dengan hati-hati, senjatanya diarahkan ke lantai atas gudang yang memiliki balkon besi.

Yara mengikuti, menyorotkan senter kecil ke sudut-sudut ruangan.

“Tidak ada gerakan,” katanya pelan.

Rania menyapu pandangan ke arah balkon. “Tetap waspada. Bisa saja mereka menunggu di atas.”

Kai berjalan ke salah satu tumpukan peti kayu dan memeriksa isinya. Ia menemukan kabel tua dan beberapa peralatan mekanik rusak.

“Barang-barang ini sudah tidak digunakan bertahun-tahun.”

Darius menambahkan, “Atau sengaja dibiarkan untuk terlihat seperti gudang kosong.”

Adrian memberi isyarat agar semua berhenti. Ia mendengarkan dengan seksama. Ada suara samar—seperti dengungan listrik yang lemah—datang dari sudut ruangan.

Milo menunjuk ke arah sumber suara. “Ada panel energi di sana.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!