Keputusasaan yang membuat Audrey Cantika harus menandatangani perjanjian pernikahan yang dibuat secara sepihak oleh laki-laki berkuasa bernama Byakta Arsena.
"Lahirkan seorang anak untukku, sebagai tebusannya aku akan membayarmu lima miliar," ucap laki-laki itu dengan sangat arogan.
"Baik! Tapi ku mohon berikan aku uang terlebih dahulu, setelah itu aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, termasuk melahirkan seorang anak," jawab Audrey putus asa.
Laki-laki itu mendengus saat Andrey meminta uang, ia berpikir semua wanita sama saja, yang mereka pikirkan hanya uang dan uang tanpa mementingkan harga dirinya.
Yuk ikuti terus!! ☺️☺️
Mohon bijak dalam memilih bacaan dan jika suka ceritanya silahkan tinggalkan like komen dan klik ♥️
Jika tidak suka bisa langsung tinggalkan, tanpa memberi komentar yang membuat penulisnya down 🙏☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifah_Musfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RLM bab 4
Nampak seorang dokter dan beberapa perawat yang ikut serta memeriksa keadaan Rayyan.
Tanpa menunggu lagi, Audrey langsung menghampiri dokter tersebut lalu bertanya keadaan adiknya.
"Dok, bagaimana keadaan adik saya?"
Sebelum menjawab pertanyaan Audrey, dokter tersebut menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Dua jam lagi kita akan melakukan operasi untuk adik anda, segera siapkan uang sebesar seratus lima puluh juta dan serahkan kepada bagian administrasi, karena sudah tidak ada jalan lain untuk adik anda, kecuali kita harus segera melakukan Transplantasi Sumsum Tulang Belakang," ujar dokter tersebut.
Runtuh semua pertahanannya selama ini, ia yang selalu berusaha tidak menangis dan tetap tegar, kini tubuhnya ambruk membentur lantai.
Dari semua penjelasan dokter, ia tahu kalau adiknya benar-benar sudah sangat parah. Tidak lagi menghiraukan orang-orang sekitarnya, gadis itu menangis sesenggukan, dadanya sesak bagai ditimpa beban yang amat sangat besar.
Ketakutan akan kehilangan lagi membuatnya tidak bisa menahannya lagi untuk kali ini, ia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk lututnya sendiri.
Dokter dan beberapa perawat tadi sudah berlalu meninggalkan Audrey yang menangisi keadaan.
Bukan tak kasihan atau merasa iba pada gadis itu, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa untuknya selain mengusahakan operasi berjalan dengan lancar.
Dua tahun sudah Audrey membawa adiknya berobat kerumah sakit itu dan selalu ditangani oleh dokter yang sama.
Jadi dokter tersebut tahu betul bagaimana sakitnya jadi Audrey, melihat orang yang ia sayangi menderita penyakit seperti itu.
Melihat Audrey yang terduduk di lantai rumah sakit sambil menangis, Bastian berinisiatif menyodorkan sapu tangan pada gadis itu.
Tapi, sama sekali tidak di hiraukan oleh gadis itu, ia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk saat ini, ia merasa iba pada gadis itu.
Namun sisi jahatnya mengatakan kalau itu bukan urusannya, jika gadis itu tak mau menerima niat baiknya yang menawarkan sapu tangannya, tidak masalah.
Ia pun beranjak dari tempatnya dan akan pergi meninggalkan gadis itu begitu saja dan kembali menemui Charlotte.
Namun saat ia sudah berjalan beberapa langkah terdengar suara gadis itu memanggilnya.
"Tuan!"
Bastian menoleh ke arah Audrey, sambil menggerakkan kepalanya sebagai isyarat yang ingin mengatakan, ada apa?
"Saya terima pekerjaan itu, tapi tolong lunasi terlebih dahulu biaya operasi adik saya," ucap Audrey putus asa.
Ia tidak punya pilihan lain, tidak ingin lagi kehilangan orang yang dia sayangi setelah kepergian kedua orang tuanya.
Sekarang ia hanya memiliki adik laki-laki satu-satunya, ia akan melakukan apa pun agar adiknya sembuh, termasuk menjual dirinya pada orang kaya tersebut.
'Tuhan, maafkan aku. jika engkau mencatat keputusanku sebagai dosa, aku ikhlas asal adikku sembuh dan tidak menderita lagi'
langkah demi langkah Audrey penuh dengan air mata, ia tidak lagi peduli dengan orang-orang yang menatap dirinya yang berjalan sambil menangis.
Dunia seakan kosong, ia merasa seorang diri, tidak ada teman yang bisa di ajak berbagi dengan derita dan lukanya.
'ayah, ibu maafkan aku yang tidak mampu menjaga Rayyan, maafkan aku yang nggak bisa kasih kehidupan layak untuknya'
"Nona, semua sudah saya lunasi. jangan khawatir lagi, semua akan baik-baik saja," jelas Bastian sambil mencoba menghibur gadis di hadapannya.
Rasa iba menjalari hatinya, ia tahu betapa rapuhnya gadis itu, berusaha seorang diri untuk membuat adiknya sembuh.