Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Kabar Keluarga
Dhika berniat menghadiri resepsi pernikahan Nayyara. Sebelum itu, Dhika mampir ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah cukup ganteng, Dhika langsung menuju Hotel Antartika.
Sepanjang perjalanan menuju hotel, Susi terus menelponnya tapi Dhika tidak menghiraukannya. Saat ini yang lebih penting adalah menemui Cherika yang menyamar sebagai Nayyara.
Dhika akhirnya tiba di Hotel Antartika. Dhika menyapa beberapa tamu undangan yang kebetulan kenal dengannya. Dhika seperti tamu undangan yang lain mengambil makanan dan duduk bersama tamu-tamu yang lain sembari menyantapnya.
Pandangan Dhika tertuju ke pelaminan. Nayyara dan Vian saling bergandeng tangan. Mereka memamerkan kemesraan. Mereka begitu bahagia, tertawa bersama. Dhika merasakan hatinya sakit dan hancur. Jika benar dia adalah Cherika, mengapa dia menyembunyikan identitasnya.
Dhika yakin, jika benar Nayyara adalah Cherika, Cherika pasti ingin melupakan Dhika dan juga keluarganya. Jika diberi kesempatan, Dhika tidak akan pernah melepaskan Cherika. Dhika akan membuat Cherika bahagia. Dhika tidak akan kasar dan menyakiti Cherika.
Cherika pantas untuk dicintai. Cherika pantas bahagia. Dhika akan menebus dosa masa lalunya. Dhika akan melindungi Cherika. Dhika akan membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya. Tidak terkecuali Laudya yang telah membakar Cherika.
Dhika dan para tamu undangan berdiri. Nayyara dan Vian memotong kue pengantin berbentuk istana. Mereka saling menyuapi dan kue itu mereka bagi-bagikan kepada keluarga mereka.
Saat itu, Dhika mendekati Nayyara. Nayyara membagikan kue pengantin yang sudah dipotong kecil-kecil kepada orang yang ada di depannya tanpa melihat siapa orangnya. Dhika kemudian menunjukkan foto Arvin dan Tamara yang ada di dalam ponselnya kepada Nayyara.
Nayyara kaget saat melihat foto yang ada di ponsel Dhika. Nayyara memandangi Dhika. Dhika sedikit mencondongkan tubuhnya kepada Nayyara.
"Jika ingin mereka selamat, hubungi aku. Jangan sampai orang lain tau. Nyawa mereka di tanganmu," bisik Dhika.
Dhika mengambil kue yang diberikan Nayyara. Dhika langsung mencicipinya dan dengan cepat meninggalkan pesta. Nayyara menatap kepergian Dhika.
Nayyara merasa lemas, tubuhnya merosot ke bawah. Vian yang melihatnya langsung mengangkat Nayyara. Vian minta izin kepada keluarganya untuk membawa Nayyara ke kamar yang telah disiapkan untuk mereka.
Vian dengan hati-hati mendudukkan Nayyara di tepi tempat tidur. Vian memberikan air putih kepada Nayyara.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Mungkin aku kelelahan. Boleh tidak aku istirahat sebentar?" tanya Nayyara.
"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Ganti pakaian. Di dalam lemari sudah ada baju ganti. Aku tinggal dulu ya. Sebentar lagi acaranya akan berakhir. Kamu gak apa aku tinggal sendiri?" Vian terlalu mengkhawatirkan Nayyara.
"Iya, gak apa kok," Nayyara mencium pipi Vian.
Nayyara mengganti pakaiannya. Nayyara kembali mendapatkan pesan dari Dhika. Dhika mengirimkan foto Arvin dan Tamara yang sedang berjualan ikan asin entah di mana.
Nayyara memperbesar tampilan layar. Nayyara memperhatikan foto itu. Memang benar, ternyata foto itu adalah foto kedua orang tuanya. Mereka masih hidup. Nayyara tidak mau identitasnya ketahuan Dhika. Nayyara kemudian bertanya kepada Dhika siapa orang yang ada di foto itu.
Dhika mengirimkan emoji tertawa di aplikasi berwarna hijaunya. Dhika sekali lagi mengancam, jika Nayyara tidak menemuinya sekarang, orang yang ada di foto itu, tidak akan pernah ada lagi di dunia.
Tangan Nayyara bergetar. Dhika ternyata sudah mengetahui siapa dirinya. Nayyara bingung apa yang harus dia lakukan. Nayyara ingin sekali memberitahu Vian tapi takut keselamatan orang tuanya terancam.
Nayyara masih bimbang dengan keputusan yang akan dia buat. Jujur, di dalam hatinya ingin sekali bertemu dengan kedua orang tuanya yang sudah menghilang beberapa tahun yang lalu. Tapi Nayyara juga takut semua itu jebakan dari Dhika.
Kakek Alby menggunakan kekuasaannya untuk mencari keberadaan Arvin dan Tamara. Namun sampai sekarang, kakek Alby masih belum menemukan mereka. Sekelas kakek Alby saja tidak bisa menemukan orang tuanya, apa mungkin Dhika bisa menemukan mereka.
Nayyara kembali mendapatkan pesan dari Dhika. Kali ini bukan foto tapi video Arvin dan Tamara yang masih berjualan ikan asin, kemungkinan tempat itu pasar. Dan Nayyara melihat seseorang yang Nayyara yakin itu adalah Rian. Walaupun hanya sekilas, Nayyara sangat yakin itu adalah Rian.
Nayyara masih menyimpan kontak Rian. Nayyara kemudian mencoba menelpon Rian. Rian tidak mengangkat telepon. Nayyara kemudian mengirimkan pesan kepada Rian agar segera mengangkat telepon karena ada hal yang sangat penting dan mendesak.
Nayyara kemudian kembali menelpon Rian. Dan kali ini Rian mengangkat telepon. Nayyara bertanya kepada Rian, apakah sekarang sedang bersama Arvin dan Tamara. Rian menjawab iya. Nayyara kemudian meminta Rian untuk tenang karena ada orang yang memantau gerak-gerik mereka.
Nayyara meminta Rian membawa Arvin dan Tamara ke tempat yang aman. Ada seseorang yang ingin mencelakai mereka. Orang itu saat ini mengancam Nayyara, jika tidak mau menemuinya, Arvin dan Tamara akan dibunuh.
Tamara meminta Rian mengirimkan alamatnya sekarang. Rian awalnya tidak percaya dengan Nayyara. Dia bahkan mengira Nayyara hanya mempermainkannya. Nayyara dianggap Rian seorang penipu yang biasa mencari korban dengan menelpon dan meminta uang. Rian menutup teleponnya.
Telepon kembali berdering. "Hallo," Rian dengan nada datar.
"Kak, Rian. Ini aku Cheri," dengan nada sedikit bergetar.
"Cheri!" Rian mencoba menahan keterkejutannya
"Kak, harap tenang. Anak buah Dhika ada di dekat kalian. Tolong Kak, cari tempat yang aman. Sekarang juga katakan kalian ada di mana?" tanya Nayyara.
"Kami ada di kota Ruby. Oke, Cheri, kaka akan bawa Om dan Tante. Kakak akan kirim alamat kami," Rian menutup teleponnya.
Nayyara kemudian menelepon Vian agar segera kembali ke kamar bersama keluarganya. Nayyara merasakan pusing teramat sangat di kepalanya. Nayyara mengambil hidangan yang ada di dalam kamar. Nayyara langsung mengisi perutnya dengan beberapa makanan.
Tidak berapa lama setelah Vian mendapat pesan dari Nayyara, Vian, kedua orang tuanya, kakek Alby, Zidan, Wanda, Satria dan Dokter Erlandi masuk ke dalam kamar Nayyara. Nayyara menceritakan semuanya kepada mereka.
"Apa? Arvin dan Tamara masih hidup?" Kakek Alby masih tidak percaya dengan pendengarannya.
"Iya Kek, mereka bersama Kak Rian di kota Ruby," jawab Nayyara.
"Rian? Anak dari Cakra?" Satria mengernyitkan keningnya.
"Cheri, Om takut, Rian berniat jahat kepada orang tuamu."
"Kak Rian, orangnya baik. Gak bakalan terjadi apa-apa," sahut Nayyara.
Mereka semua memutuskan setelah selesai acara resepsi pernikahan, mereka akan langsung terbang ke kota Ruby untuk menemui Arvin dan Tamara.
Rian kembali menghubungi Nayyara lewat telepon. Rian sekarang berada di rumah sakit kota Ruby. Arvin tiba-tiba saja pingsan tidak sadarkan diri saat di dalam taksi. Rian dan Tamara langsung membawanya ke rumah sakit.
"Papaaaaaaaaaa!" Nayyara berteriak histeris.
Nayyara juga tiba-tiba pingsan. Nayyara sebegitu takutnya kehilangan Arvin untuk yang kedua kalinya.
Papa jangan pergi lagi, Nayyara menangis di dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...