Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Pesta
Abang bakso langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah kontrakan, dia memanggil tetangga-tetangganya untuk makan bakso gratis di rumahnya.
Abang bakso menceritakan kepada para tetangga, hari ini ada orang baik yang memborong baksonya dan minta bakso itu dibagikan secara gratis.
"Alhamdulillah, kebetulan di rumah gak punya lauk. Boleh gak saya ajak anak-anak saya makan di sini?" tanya ibu yang tetangga sebelah kontrakan abang bakso.
"Boleh, boleh. Sebentar ya, saya siapin dulu. Ibu-ibu, Bapak-bapak, Neng, Mas, silakan bawa wadah sendiri ya. Mangkuk saya mungkin gak cukup," Abang bakso mulai menyiapkan bakso untuk semua.
Dalam waktu sangat singkat, baksonya pun diserbu, habis dimakan oleh para tetangga. Pemilik kontrakan datang ke rumah abang bakso untuk menagih sewa. Abang bakso langsung membayarnya. Abang bakso juga memberikan sisa uang kepada istrinya untuk kebutuhan hidup mereka.
Sebagai ucapan terima kasih, para tetangga membantu abang tukang bakso mencuci mangkuk dan membersihkan gerobaknya. Mereka juga mendoakan semoga abang bakso dan orang yang memberi rezeki kepada mereka mendapatkan rezeki yang berlimpah.
Dan tiba-tiba saja, secara mengejutkan, abang tukang bakso kejang-kejang di depan rumahnya. Dari mulutnya keluar darah segar. Abang tukang bakso menjerit kesakitan. Matanya terbalik, bola mata bagian hitam ke dalam dan bola mata bagian putih di luar.
Tangan abang bakso memegangi lehernya. Terdengar lirih, abang bakso meminta tolong. Tubuh abang bakso seperti ada yang menarik. Tubuhnya berputar-putar di lantai dengan sendirinya. Kepala abang bakso terbentur dinding. Saking kerasnya sampai abang bakso tidak sadarkan diri.
Istri tukang bakso berteriak histeris melihat suaminya yang tidak sadarkan diri. Tiga orang anaknya menangis melihat kondisi ayahnya yang tadi baik-baik saja sekarang sudah tidak berdaya.
Abang bakso dibawa ke rumah sakit oleh tetangganya menggunakan motor. Abang bakso diapit di tengah. Tetangga abang bakso yang berada di belakangnya sempat mendengar abang bakso mengucapkan kalimat tauhid saat mereka dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia memegangi tubuh abang bakso yang hampir saja terjatuh.
Mereka akhirnya tiba di rumah sakit langsung menuju ruangan UGD. Abang bakso langsung diperiksa Dokter dan perawat yang berada di ruangan UGD. Dan setelah diperiksa Dokter, abang bakso sudah meninggal dunia. Diperkirakan abang bakso meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," ucap kedua tetangga abang bakso.
Abang bakso diantar kembali ke rumahnya menggunakan mobil ambulans. Kedua tetangga abang bakso segera memberikan kabar duka itu kepada para warga di tempat tinggal mereka.
Abang bakso dimakamkan di pemakaman warga, tidak jauh dari kontrakan rumahnya. Banyak yang mengantarkan abang bakso ke tempat peristirahatan terakhirnya. Kepergian abang bakso dilepas dengan tangisan dan doa-doa.
...----------------...
Laudya tiba di rumah. Dhika menyambut Laudya dengan pelukan hangatnya. Dhika menciumi Laudya dan memberikan sebuah paper bag yang berisi gaun pesta. Laudya yang tadinya marah dan kesal kini berubah sikap di hadapan Dhika.
"Gaun pesta? Kita mau ke mana?" Laudya bermanja-manja.
"Nanti malam, ada undangan ulang tahun di hotel. Kamu harus siap-siap," Dhika menggendong Laudya ala bridal style.
"Eh, mau ngapain?" Laudya mencubit punggung Dhika.
"Mau ngecharge stamina dulu," bisik Dhika.
Laudya menutupi wajahnya. Dhika kembali berubah menjadi lembut dan sayang kepada Laudya. Dhika melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Dengan sangat hati-hati, Dhika merebahkan Laudya di atas tempat tidur. Dhika mulai mencumbui Laudya.
Ini semua berkat Nyai, batin Laudya.
...----------------...
Nayyara malam ini sangat elegan mengenakan gaun pesta yang memiliki detail plum di bagian pinggang merah maroon yang dipadukan dengan heels berwarna kontras. Rambut panjang coklatnya, dibiarkan tergerai natural.
Vian malam ini terlihat lebih santai, mengenakan kemeja lengan panjang putih polos, celana bahan abu-abu dan alas kaki pantofel. Vian menjemput Laudya ke rumahnya.
Setelah minta izin kepada kakek Alby dan om Zidan, Vian mengajak kekasih tercintanya ke Hotel Bungas untuk menghadiri undangan ulang tahun anak salah satu relasi bisnisnya.
"Sayang, kayaknya aku gak bisa ke pesta malam ini," kata Vian sambil memasangkan sabuk pengaman Nayyara.
"Kenapa?" Nayyara mengernyitkan keningnya.
"Kamu terlihat berbeda malam ini. Aku takut kamu dilirik orang," goda Vian.
"Iiiiihhhh," wajah Nayyara memerah menahan malu.
Vian mengambil kesempatan untuk mengecup bibir Nayyara. Vian menghidupkan mesin mobilnya. Perlahan Vian menjalankan mobil menerobos keramaian jalan raya yang mulai padat.
Mereka tiba di depan Hotel Bungas. Vian dengan sabar menunggu antrian masuk ke halaman hotel untuk memarkir mobil.
"Mereka semua pasti tamu undangan," tunjuk Laudya.
"Pasti, mereka semua bawa kado. Oh, ya sayang, gimana kado? Aman?"
"Amaaaaan," Laudya menunjuk ke kursi tengah mobil.
Vian dan Nayyara kini berada di dalam ballroom. Nayyara begitu takjub melihat konsep ulang tahun sweet seventeen yang bertema ala-ala princess. Dengan dekorasi serba pink, emas, putih ditambah sentuhan mahkota dan istana.
Nayyara tidak pernah merayakan pesta ulang tahun secara mewah. Bukan karena orang tuanya tidak sanggup atau pelit, tapi Nayyara dididik untuk hidup sederhana dan tidak sombong.
Vian memperhatikan Nayyara. Terbesit keinginan Vian untuk memberikan pesta pernikahan yang mewah untuk Nayyara nanti. Vian menggandeng tangan Nayyara. Vian mengenalkan Nayyara kepada Pak Billy dan Bu Fanny.
"Pak Billy, Bu Fanny, kenalkan, ini Nayyara calon istri saya."
"Oh ya. Kapan menikah?" Bu Fanny membalas uluran tangan Nayyara.
"Secepatnya," jawab Nayyara malu-malu.
Nayyara memberikan kado ulang tahun kepada Widia, anak dari Pak Billy dan Bu Fanny. Nayyara mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Tapi Widia menatap tidak suka pada Nayyara.
"Kamu tidak diundang di pesta ini. Pergi!" Bisik Widia.
Nayyara melebarkan kedua matanya. Nayyara meminta maaf kepada Widia, kalo ternyata kehadirannya tidak diinginkan. Nayyara diajak Vian ke pesta ulang tahun Widia.
Vian menghampiri mereka berdua. Vian juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada Widia. Vian melihat perubahan wajah dan sikap dari Nayyara dan Widia.
"Kalian kenapa?" Vian memandangi Nayyara dan Widia secara bergantian.
"Sayang, kayaknya Widia tidak suka aku hadir di pestanya. Aku keluar ya," bisik Nayyara.
Vian menahan lengan Nayyara yang ingin meninggalkan pesta. Vian mengenalkan Nayyara kepada Widia. Vian mengatakan Nayyara adalah tunangannya. Mereka dalam waktu dekat akan melaksanakan pernikahan.
"Apa? Dia tunangan Kak Vian? Bukannya tunangan Kak Vian Kak Lina!" Widia sedikit mengeraskan suara.
Pak Billy dan Bu Fanny sedikit terganggu dengan suara keras Widia. Mereka berdiri di samping Widia. Widia sedikit menurunkan nada suaranya. Widia bilang kepada Bu Fanny, dia tidak suka dengan Nayyara. Dia ingin Nayyara diusir dari pesta.
"Widia! Gak sopan! Dia adalah calon istri Vian!" Bentak Bu Fanny.
Lina yang baru saja tiba di pesta ulang tahun Widia, syok saat mendengar dari mulut Bu Fanny, Vian hadir bersama calon istrinya. Lina langsung menoleh ke samping kanan Bu Fanny. Ternyata memang ada Vian di sana. Lina penasaran siapa wanita yang di maksud Bu Fanny.
Lina sedikit melangkahkan kakinya ke samping. Lina menghampiri Vian. Lina menepuk pundak wanita yang ada di samping Vian. Nayyara kaget dan menoleh ke sebelah kirinya. Nayyara dan Lina saling bertatap.
"Vian siapa dia?" Lina menunjuk ke arah Nayyara.
"Calon istriku," jawab Vian.
"APAAAAA!" Lina kembali menatap penuh kebencian ke arah Nayyara.
Lina memperhatikan Nayyara dari atas sampai bawah. Darah Lina mendidih saat melihat Vian menggandeng tangan Nayyara. Lina sangat cemburu ketika Vian memberikan perhatian lebih kepada Nayyara.
Lina sudah gila. Lina mengambil gelas yang ada di meja saji. Lina melempar gelas itu sekuat tenaga mengarah ke Nayyara.
PRAAAANG!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...