tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH
"Kenapa wajahmu masam gitu? " Tanya seorang laki-laki paruh baya pada laki-laki muda yang duduk disampingnya yang merupakan anaknya.
"Ck! Dia bilang aku gombal" Gerutu Alex kesal, matanya masih menatap pada layar ponsel yang tidak ada lagi pesan masuk. Apa orang yang ditunggu Gladis sudah datang? Pikir Alex. Sebelumnya Alex sudah di beritau Gladis kalau pacarnya itu lagi di cafe untuk bertemu dengan laki-laki yang nyamar jadi kakek waktu itu, omong-omong dia penasaran apa pembahasan serius di antara mereka?
"Trus ngapain kamu marah? " Tanya papanya yaitu tuan Vincent.
"Aku gak sedang gombal pa" Ucapnya kesal. Tuan Vincent hanya menghela napasnya.
" Gak papa kamu gombal atau dia pikir kamu lagi gombal yang penting dia senang, terkadang kita perlu berbicara manis atau gombal rayuan untuk membuat pasangan kita senang" Ucap tuan Vincent sambil meminum minuman di dapannya. Alex mengerutkan keningnya.
" Dia tidak akan marah kalau gombal? " Tanya Alex.
"Tergantung"
Alex mengerutkan keningnya, dia semakin bingung, jawaban apa itu. Tuan Vincent terkekeh melihat kebingungan putranya.
"Kalau kamu melakukan nya pada orang lain selain dia pasti dia marah boy" Ujar tuan Vincent.
Alex mendatarkan wajahnya ketika mendengar ucapan sang papa. Dia paham maksudnya apa, dia merayu perempuan lain selain pacarnya? Dia selingkuh maksud papanya? Dia tidak akan melakukan itu. Tuan Vincent kembali terkekeh melihat ekspresi putranya.
"Kenapa kak? kok ekspresimu gitu? Trus papa kenapa ketawa? " Tanya Alexa yang baru datang bersama sang mama, mereka baru saja kembali dari toilet. Alexa kembali duduk di kursi samping Alex dan mama duduk di samping nya yang berarti di samping sang suami.
"Anak kecil gak boleh tau" Ucap tuan Vincent, dia lagi-lagi tertawa kecil ketika melihat putrinya cemberut. Sang istri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya.
" Oh iya Lex, teman kamu udah lihat Lexa kelas berapa? " Tanya mama kemudian. Alex mengangguk.
"IPS(a) ma" Jawab Alex.
"Kirain bakal kelas c"
"Ma..!!! Aku pintar ya" Ucap Alexa kesal, emang dia sebodoh itu apa?
"Trus gimana sama pacar kamu? " Tanya mama lagi, Alex pernah memberitau mamanya kalau Gladis mendaftar beasiswa di Van's High School, itupun di beritau setelah mamanya mendesak bertanya di mana Gladis sekolah.
Alex menghela napasnya, "dia gak lulus ma" Jawab nya lesu.
"Jadi dia sekolah dimana? " Kali ini papa yang bertanya.
Alex menggelengkan kepala, "dia gak mau kasih tau"ucapnya.
" Mungkin dia punya alasan nya sendiri" Ujar mama. Alex hanya menghela napasnya, dia bukannya tidak tau alasan Gladis tidak memberitau nya, itu semua agar dia tidak pindah sekolah. Tidak tau saja kalau mereka di sekolah yang sama.
Alexa hanya diam saja mendengarkan sambil memakan dessert yang telah di bawakan oleh pelayan untuknya. Sebenarnya dia sangat penasaran, siapa perempuan yang bisa meluluhkan kakaknya ini?
"Hallo tuan Vincent"
Tuan Vincent beserta istrinya dan Alexa menoleh ke asal suara yang menyapa itu, tidak dengan Alex yang mengacuhkan. Dia lebih tertarik dengan ponsel nya yang sedang menampilkan foto gadisnya. Ah... Dia merindukan Gladis sekarang.
"Senang bisa bertemu dengan anda disini" Ucap laki-laki paruh baya sambil tersenyum lebar begitu juga dengan istri dan putrinya yang menampilkan senyum terbaik mereka.
"Basa-basi yang sangat basi" Cibir Alexa pelan tapi masih dapat di dengar oleh Alex dan mamanya. Tentu saja mereka akan bertemu dengan papanya, hei... Ini acara keluarga Vincent dan papanya Dominic Vincent bagian dari keluarga itu dan tentu hadir pada pernikahan keponakannya sendiri, pikir Alexa yang terus mencibir.
"Terima kasih sudah hadir tuan" Ucap tuan Vincent mencoba untuk ramah tapi sayang, senyum nya susah sekali muncul di hadapan orang lain kecuali keluarga nya. Dari pada di sebut ramah, ini lebih kepada datar dan dingin. Dia berdiri dari duduknya untuk menghormati tamu kakaknya itu.
"Saya yang seharus nya berterima kasih karna sudah mengundang saya dan keluarga saya".
" Terima kasih itu ucapkan saja pada kakak ipar saya, anda di undang oleh mereka bukan saya" Sarkas tuan Vincent. Rina Aza Vincent yang merupakan istrinya terus menatap perempuan yang merupakan istri dari laki-laki paruh baya itu. Dia kesal karena wanita tersebut yang terus saja menatap suaminya, dia tau tatapan itu, tatapan terpesona dan mendamba.
Tuan Vincent menatap istri nya, Rina dengan heran, kenapa tiba-tiba istri nya berdiri dan memeluk lengannya dengan mesra?
"Hallo nyonya, anda sangat cantik malam ini" Puji Rina sambil tersenyum palsu. Tuan Vincent mengernyit heran.
"Cantik dari mananya? Matamu baik-baik aja kan sayang" Bisik tuan Vincent pada istrinya. Tapi tak di tanggapi.
"Terima kasih nyonya Rina, saya hanya berusaha tampil yang terbaik di acara keluarga Vincent agar tidak membuat suami saya malu" Ucap istri laki-laki paruh baya itu lembut, suara yang mendayu-dayu itu rasanya membuat nyonya Rina dan tuan Vincent mual.
"Berusaha? Apa dia gak sadar usahanya sekarang malah mirip badut? Cih!! Tebal sekali make up nya" batin Alexa mencibir, dia bahkan tidak mood lagi memakan dessert nya.
Alex? Dia hanya fokus dengan ponsel, sama sekali tidak peduli dengan sekitarnya walau dia mendengar semua percakapan mereka.
"Anda tau nyonya? " Tanya nyonya Rina untuk menarik atensi wanita di depan nya, "saya hampir setiap hari bertemu dengan wanita-wanita yang menatap suami saya penuh minat, rasanya saya sangat ingin mencongkel mata mereka" Sambungnya. Nyonya Rina bahkan tertawa pelan kini, tapi tawa itu terdengar menyeramkan. Wanita di depannya tercekat mengetahui maksud dari ucapan istri tuan Vincent tersebut.
"Ma, apa mama lupa? Mama baru saja melakukan itu beberapa hari yang lalu" Ucap Alexa sambil bersedekap dada. Dia tau maksud mamanya itu, apa yang dia katakan juga bukanlah sebuah kebohongan. Sifat kejam mamanya itu tertutupi oleh sikap lembut sehingga tidak ada yang tau bagaimana kekejaman sang mama.
Tuan Vincent akhirnya mengerti dengan kelakuan istrinya, ternyata ada yang mencoba bermain-main dengan mereka.
"Bodoh" Ucap Alex yang sedari tadi terdiam. Mereka yang mendengar umpatan itu semakin tegang, bahkan takut untuk mengeluarkan suara.
Alex bangkit dari duduknya, dia berencana ke taman belakang hotel tempat berlangsungnya acara. Omong-omong acara ini sangat membosankan baginya.
*******
Hari sudah malam, dan Gladis belum bisa tidur malah matanya sekarang bengkak. Setelah makan malam dia segera pergi ke kamar yang menimbulkan tatapan heran dari keluarga nya, mereka tidak bertanya, mungkin Gladis punya masalah, begitu pikir mereka. Dan mereka akan memberi Gladis ruang untuk sendiri.
Gladis menangis sedari tadi mengingat keluarga kandung nya, kenapa mereka sangat kejam? Penjelasan dari tuan Thomas tadi sore di cafe terus berputar di pikiran nya.
"Oh iya om, bagaimana dengan papa ku, Zayn Seno? " Tanya Gladis setelah beberapa menit mereka terdiam. Tentang Gema dia akan memikirkan nanti.
Tuan Thomas memejam kan matanya sebentar lalu menatap Gladis dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Dia... "
"Kenapa om? "Seketika perasaan nya tidak enak.
"Papamu adik angkat Gema Fandra Glad" Ucap tuan Thomas lirih. Gladis terdiam, tidak mungkin kan apa yang dia khawatir kan terjadi? Matanya seketika berkaca-kaca.
"Jadi... " Gladis tidak bisa melanjutkan ucapannya, suaranya tercekat.
Tuan Thomas menganguk, " Nama adik angkat Gema itu Zayn Seno, mungkin saja kecelakaan keluarga mu dan kamu yang di bawa pergi ada hubungan nya dengan Gema, itu menurut om" Ucapnya. Dia mengerti kesedihan Gladis, gadis itu tidak menyangka kalau penderitaan adik angkat yang di sebabkan oleh Gema adalah papanya sendiri. Air mata seketika meluncur begitu saja dari kedua mata Gladis.
"Laki-laki yang bernama Logan itu adalah asisten pribadi papa mu Glad" Ucap tuan Thomas lagi. Gladis segera menghapus air matanya. Kebencian nya terhadap Gema seketika itu memenuhi hatinya, mungkin ini alasan dia penasaran dengan kehidupan Gema, karena ada hubungan nya dengan orang tuanya.
"Aku akan membalas perbuatan pria tua itu" Geram Gladis.
"Jangan gegabah Glad, kita tidak punya bukti untuk membawa Gema pada hukum"
Gladis mengangguk membenarkan ucapan tuan Thomas, mereka memang tidak punya bukti tentang kejahatan Gema.
"Om sudah berusaha untuk mencoba mencari bukti nya dua hari yang lalu tentang kecelakaan atau penggelapan dana perusahaan papamu, tapi tidak ada hasil apapun. Dia bersih" Kata tuan Thomas panjang lebar.
"Pasti dia sudah menghapus semua rekaman cctv atau mengganti dengan cctv lain di perusahaan papaku. Untuk orang yang terlibat dengan kejahatan nya pasti dia ... " Gladis tidak melanjutkan kan ucapannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Gema orang yang sangat kejam.
"Membunuh mereka? " Tebak tuan Thomas.
Gladis mengangguk, " Itu hanya dugaan ku om, sebab orang yang membawaku pergi jauh ke panti itu sudah meninggal beberapa tahun lalu" Ucapnya.
"Kak Al... " Gladis masih menangis sesenggukan, ponsel yang berada di telinga nya masih terhubung dengan seberang, tadi dia menelfon Alex, sebelum Alex mengatakan sesuatu Gladis sudah menangis duluan, dia hanya ingin menangis sekarang dan Alex yang menjadi pendengarnya.
"Kenapa hm.. "
semangadddd/Determined/
grazy uup dong thor 🥲
grazy uup dong thor 🥲
grazy uup dong thor 🥲