NovelToon NovelToon
Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:569
Nilai: 5
Nama Author: Sibewok

Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.

Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.

Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.

Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Kutukan Dan Anugrah

Menjelang siang hari, kabar mengenai Panglima Zevh Obscura yang membawa seorang tawanan wanita cantik telah beredar seperti angin di lorong-lorong istana Noctis. Setiap sudut istana mulai dipenuhi bisik-bisik, dari pelataran pelayan hingga ruang jaga para pengawal.

“Aku tidak percaya. Pangeran membawa tawanan wanita… di atas kudanya sendiri,” bisik seorang pelayan muda yang sedang menunduk menyapu halaman.

“Itu berarti… wanita itu dihormati. Tidak sembarang orang bisa duduk di kuda Panglima Zevh,” timpal pelayan lain, suaranya bergetar seakan takut akan kalimatnya sendiri.

Seorang pengawal yang mendengar ikut menyahut, suaranya tegas penuh peringatan.

“Benar. Panglima Zevh tidak melihat dunia seperti kita. Dan gadis bandit itu… bisa jadi sesuatu hal istimewa, yang tidak terlihat oleh mata biasa kita.”

“Bandit? Jadi dia gadis bandit istimewa?” tanya salah seorang pelayan terbata, matanya membesar antara terkejut dan takut.

Pengawal itu mendengus, lalu mendekat selangkah. “Jika kalian tidak ingin disebut pelayan bandit, bekerja dengan baiklah. Jangan berani menyebut nama Panglima dengan lidah lancang kalian.” Ucapannya membuat semua pelayan seketika menunduk. Bisik-bisik bubar, langkah kaki mereka berlarian menjauh, hanya meninggalkan rasa cemas yang menempel di udara.

Dari kejauhan, di atas singgasananya, Raja Devh As Obscura, ayahnya Zevh. Memperhatikan. Sorot matanya tajam, menembus kerumunan yang tengah bersiap mendampingi putranya. Ia melihat sosok Zevh dengan punggung tegak, bersiap memimpin keberangkatan, dan di sisi lain tampak wanita tawanan yang tangannya terikat.

“Putraku membawa tawanan wanita dengan terhormat…” gumam sang raja lirih, suaranya sarat rasa ingin tahu. “Mengapa itu bisa terjadi?”

Seorang ajudan kepercayaannya segera menunduk, tubuhnya berlutut penuh gemetar.

“Ampuni saya, Raja… Saya tak berani mengusik Panglima lebih jauh.”

“Katakan apa yang kau dengar,” desis Devh, matanya menajam seakan hendak menusuk jiwa.

“Saya hanya… mendengar dari para pengawal, wanita itu dibawa sepulang Panglima, saat berjaga di Desa Osca,” jawab ajudan hati-hati, lidahnya nyaris kelu.

“Cari tahu lebih dalam,” perintah sang raja, namun nada suaranya justru mengandung keraguan.

Ajudan itu menelan ludah. “Maharaja… saya mohon maaf. Berada dalam jarak beberapa meter saja dari Panglima sudah cukup untuk membunuh saya. Mata Elysight beliau membaca setiap tujuan, setiap keraguan, bahkan setiap kebohongan. Saya akan mati sebelum sempat mengintai.”

Kata-kata itu menimbulkan hening panjang. Sang Raja tidak murka, ia hanya mendengus, seakan memahami.

“Putraku… memiliki mata Elysight yang semakin matang akhir-akhir ini,” ucapnya pelan, namun dalam.

Ajudan itu mengangguk, setuju. “Benar sekali, Maharaja. Mata itu… membuat Panglima selalu selangkah di depan. Beliau tahu kapan seseorang tulus, kapan menyimpan kebencian. Tidak ada yang bisa menyembunyikan aura jahat di hadapannya.”

Raja Devh menatap gelas araknya, membiarkan cairan putih di dalamnya bergetar tipis. Senyum sinis namun bangga tersungging di bibirnya.

“Mata Elysight… kutukan sekaligus anugerah.”

Ia mengangkat pandangannya lagi, tatapannya menusuk ke arah putranya yang bersiap di halaman istana.

“Kutukan yang membuatnya kesepian, karena terlalu sering melihat keburukan manusia… Dan Anugerah, karena membuatnya menjadi pedang terkuat di tanah ini.”

Ajudan diam. Kata-kata itu bagai mantra yang tak bisa disangkal.

“Wanita itu…” lanjut Devh perlahan, “entah bagaimana… mungkin akan membuka kunci kehidupan putraku.”

Arak kembali dituangkan ke dalam gelasnya, suara cairan yang jatuh terdengar jelas di tengah keheningan ruang singgasana.

Siang itu, mata Raja Devh As Obscura mengikuti kepergian Zevh yang memimpin rombongan. Di atas kudanya, sang panglima menatap lurus ke depan, tanpa keraguan, sementara tawanan wanita itu duduk di depannya, terikat tapi seakan terlindungi.

Tak seorang pun tahu mengapa Zevh memperlakukannya demikian. Hanya satu hal yang pasti, takdir wanita itu telah retak. Hidup atau mati, semua berada di tangan sang pewaris Elysight, mata yang mampu menembus tabir kehidupan dan kematian.

Dan di istana Noctis, hari itu, lahir bisik-bisik baru, tentang seorang tawanan yang mungkin akan menjadi kunci bagi masa depan kekuasaan tanah Timur.

Rombongan Zevh perlahan meninggalkan istana Noctis. Rombongan pasukan berbaris rapi di belakang, bendera hitam kerajaan berkibar ditiup angin siang.

Di atas kuda hitamnya yang gagah, Zevh duduk tegap, sorot matanya lurus ke depan. Tepat di depannya, Elara duduk kaku. Tali yang melingkar di pergelangan tangannya menandai statusnya sebagai tawanan, namun tatapannya yang keras seakan menolak tunduk.

“Desa Osca,” suara berat Zevh memecah hening, seolah menguji responnya.

Elara tersentak kecil. Tangannya yang terikat meremas ujung jubah kuda. “A… apa Desa Osca… baik-baik saja?” tanyanya ragu, nada suaranya lebih mirip doa yang bergetar.

Zevh menunduk sedikit, suaranya pelan tapi menusuk. “Desa Osca tidak baik-baik saja.” Ia menunggu reaksi gadis itu.

Elara menahan napas, wajahnya tegang. “Tentu saja. Desa itu… sumber kekacauan di tanah kekuasaanmu sekarang,” balasnya, berusaha terdengar tenang.

Hentakan kuda membuat tubuhnya bergoyang, jantungnya berdetak semakin cepat.

“Ya,” ucap Zevh. “Sejarah Osca akan aku buka helai demi helai.”

Sekilas, kilau samar muncul dari bahu Elara. Simbol pusaran air itu bergetar, memancarkan cahaya biru pucat. Zevh memejamkan mata sepersekian detik, seolah menikmati ketenangan aneh yang menyusup ke dalam dirinya.

Namun momen itu pecah ketika seorang prajurit berkuda muncul dari arah berlawanan, menunduk hormat.

“Panglima, keluarga Elowen masih dalam keadaan aman. Hanya saja, semalam salah satu ajudan Pangeran Arons terlihat mendatangi kembali kediamannya.”

Tatapan Zevh menajam. “Pantau terus Desa Osca. Jangan sampai rakyatku menderita karena kurang pengawasan.”

“Dan awasi keluarga Elowen,” tambahnya dingin.

“Baik, Tuan.” Sang prajurit segera membalikkan kudanya dan pergi.

Elara memejamkan mata, hatinya mencair sejenak. "Ibu… Ayah… Panglima menjaga kalian di bawah kekuasaannya." Gumamnya dalam hati. Senyum tipis menahan getar bibirnya. “Terima kasih, sudah mempertahankan Desa Osca.” ucap Elara lirih.

Zevh diam. Tiba-tiba tangannya yang besar meremas bahu Elara. Gadis itu meringis, tubuh mungilnya hampir terjatuh.

“Aku tidak butuh ucapan manismu,” ucap Zevh tegas, penuh kendali.

“Kau menyakitiku,” desis Elara, tangannya yang terikat berusaha menepis genggamannya.

“Aku tidak lahir untuk menyayangi,” Zevh menunduk, suaranya dingin. “Aku melindungi sekaligus menghancurkan apa pun yang tidak menarik bagiku.”

Matanya menyipit. “Tapi kau… berbeda. Kau menarik. Sangat menarik.”

Elara menoleh cepat, terperangah.

“Auramu… penuh kebohongan, tapi juga penuh keberanian. Kau takut padaku, tapi juga melindungi sesuatu. Kau membenciku, tapi juga menyembunyikan ketulusan.” Senyum tipis muncul di bibir Zevh. “Aku bisa merasakannya dengan jelas.”

Elara terdiam, bibirnya kelu.

Sekejap kemudian, Zevh mendorong bahunya kasar. Tubuh Elara terhempas jatuh dari kuda tinggi itu, mendarat di tanah berdebu. Ia meringis menahan sakit, tapi tetap berusaha berdiri tanpa air mata.

“Kau selalu… mengintimidasi seseorang dengan kata-katamu,” ucap Elara lantang, menatapnya dengan sorot penuh perlawanan. “Kau mengerikan.”

Sorot mata Zevh menajam, aura kejamnya menekan seluruh suasana.

Namun Elara, dengan tubuh bergetar, mengangkat dagunya menolak untuk tunduk.

Perlahan, Zevh menarik pedangnya dari punggung. Kilau bilah peraknya memantul cahaya matahari siang. Dengan gerakan penuh wibawa, ia menurunkannya, ujung pedang berputar mengitari leher Elara yang berdiri di tanah.

Para pengawal menahan napas, menunggu.

Elara menatap pedang itu, lalu mengalihkan tatapannya pada mata Zevh. “Aku… tidak takut padamu.”

Seketika ia melangkah pergi begitu saja, meninggalkan lingkaran pedang dan sorot tajam yang mengawasinya.

“Tuan, perlu saya menghentikannya?” tanya ajudan dengan ragu.

“Biarkan,” jawab Zevh singkat. “Biarkan dia berjalan, Itu hukumannya hari ini." Matany menajam menatap punggung kecil Elara. "Berani sekali melawanku.” gumam Zevh dalam hati.

Langkah Elara menjauh di jalan berdebu, tali di tangannya masih terikat, namun ujungnya tetap berada dalam genggaman Zevh.

Kuda hitam sang Panglima bergerak pelan, mengikuti dari belakang. Para ajudan dan pengawal hanya bisa terdiam, tak berani mengomentari permainan aneh antara panglima mereka dan tawanan wanita itu.

Akankah Elara bisa bertahan untuk menyembunyikan dirinya dari Zevh Obscura?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!