NovelToon NovelToon
Si Cantik Dan Si Pintar

Si Cantik Dan Si Pintar

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Nikahmuda / Duniahiburan / Cintapertama / Berondong / Berbaikan
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.

Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.

Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.

Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?

Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Pendaftaran Ekskul

"Waah ... Kamu punya pengagum rahasia nih, Jen!"

"Apaan sih, Lou! Belum tentu juga kali! Siapa tau ada orang yang salah taruh coklat di sini"

Seseorang kemudian ikut menimbrung pembicaraan mereka.

"Kanu tahu ga Jen, loker-loker di sini punya kode yang sama secara acak, jadi jika kode kamu dengan si pengirim coklat itu sama, maka dia bisa membuka loker kamu dengan kunci loker dia sendiri. Atau bisa juga sih orang ini punya keahlian khusus untuk membuka kunci"

Jenny dan Louisa sempat melongo tanpa memberikan reaksi ketika mengetahui orang yang bicara dengannya barusan adalah Bryan, pacar dari Amanda.

"Jeen ... Halooo ... Apakah kamu dengar yang aku bilang barusan?"

"I-iya, aku dengar, Bryan. Aku hanya kaget aja dengar kamu ngajak aku bicara"

"Emang kenapa? Ga boleh?"

"Bukan itu, soalnya ... Kamu kan ... "

"Apa? Karena aku pacarnya Amanda ya?"

"Iya"

"Bukan berarti aku ga bisa ngobrol sama siapapun yang aku mau kan?"

Bryan lalu melihat ke sekelilingnya.

"Lagipula Amanda lagi ga di sini. Dia lagi sibuk sama pendaftaran ekskul cheerleader"

"Oh iya, soal itu. Apakah aku boleh ikut gabung?"

"Boleh-boleh aja kok, kenapa ga boleh?'

"Ya kan kamu tahu sendiri kalau Amanda ga suka sama aku. Apalagi sejak kejadian pakai kostum yang sama pas Halloween itu"

"Oh, itu. Kalau kamu takut sama Amanda lebih baik kamu ikut ekskul basket aja biar bareng terus sama aku" ucap Bryan sambil memainkan alis matanya untuk menggoda Jenny.

"No, thanks. Aku ga tertarik sama basket"

"Kalau begitu good luck ya, semoga kamu bisa segera join di cheerleader. Kalau ada anggota yang kayak kamu, aku yakin akan tambah semangat main basket tiap kali tanding"

Jenny hanya memberikan reaksi dengan tersenyum malu. Setelah itu Bryan pamit untuk pulang. Jenny masih mengikuti Bryan dengan tatapannya sampai Bryan belok ke luar halaman sekolah.

"Kamu suka sama dia, Jen?"

"Siapa yang ga suka sih sama cowok paling populer di sekolah?"

"Aku ga suka sama dia. Menurut aku George lebih tampan dari dia walau pakai kacamata"

"Kalau George itu unreachable alias ga bisa digapai, Lou"

"Bryan juga, apalagi dia pacarnya Amanda. Sebaiknya kamu hanya sampai sebatas kagum aja Jen sama dia"

"Iyaa ... Iyaaa ... Aku ngerti kok"

"Good girl. Sekarang kita pulang yuk!"

"Ayuk"

Jenny tak lupa membawa coklat yang ada di lokernya yang dikirim oleh seseorang yang masih misterius.

***

"Kamu serius mau daftar ekskul cheerleader, Jen?" tanya Amanda yang bertindak sebagai salah satu panitia penerimaan ekskul cheerleader bersama kedua sahabatnya, yaitu Connie dan Andrea.

"Iya, emang kenapa?"

"Emangnya kamu bisa? Latihannya ga gampang loh. Kamu yakin, Jen?"

"Iya, aku yakin kalau aku bisa. Siapa saja boleh mendaftar kan?"

"Yaa ... Boleh sih ... Ya udah kalau gitu daftar aja. Nih formulirnya!"

Jenny yang mendaftar dengan ditemani oleh Louisa terlihat curiga dengan Amanda. Sepertinya ia tak suka Jenny ikut mendaftarkan diri untuk menjadi anggota cheerleader yang merupakan salah satu ekskul terbaik di Valley Prep.

"Besok kamu harus sudah balikin formulirnya"

"Besok? Kok cepet banget?"

"Iya emang, karena kita lagi butuh member baru. Lusa sudah harus di tes kelayakan masuk ekskul cheerleader"

"Oh gitu ya. Oke deh. Thanks ya"

"Sama-sama"

Amanda terlihat bersikap baik terhadap Jenny. Tetapi itu justru membuat Louisa yang sedari tadi diam jadi curiga. Ia hanya berharap tak terjadi sesuatu pada Jenny.

***

Keesokan harinya, Jenny menepati janjinya dengan mengembalikan formulir pendaftaran ekskul cheerleader kepada Amanda.

"Sepertinya kamu bersemangat sekali untuk mengikuti ekskul ini, Jen"

"Tentu saja, aku yakin aku bisa masuk ekskul ini"

"Well, kita lihat saja nanti"

Louisa yang kembali menemani Jenny untuk mengembalikan formulir lalu memberanikan diri untuk bertanya kepada Amanda.

"Apa maksudmu berkata seperti itu, Amanda? Apa kanu merencanakan sesuatu?"

"Come on, Lou, jangan curigaan gitu dong. Aku ga ada maksud apa-apa kok. Lagipula penilaian tes masuk nanti bukan aku yang nilai kok, jadi kamu tak perlu khawatir"

"Bagaimana dengan Connie dan Andrea? Apakah mereka juga akan ikut jadi juri nanti?"

"Connie tidak, tapi Andrea iya karena dia yang paling jago di antara kami bertiga"

"Gitu ya. Ya sudah kalau begitu ayo kita pergi, Jen. Kan kamu udah serahin formulirnya"

"Oke, Lou"

Setelah kepergian Jenny dan Louisa, Amanda yang didampingi oleh Connie dan Andrea di sebelah kanan dan kirinya masih memandangi mereka dengan tatapan sinis.

"Dia pikir semudah itu apa untuk jadi cheerleader? Lihat saja nanti, aku punya rencana yang sangat bagus agar ia kapok berurusan denganku lagi"

"Hati-hati, Amanda. Kita sudah pernah ketahuan sama Pak Kepsek, jangan sampai itu terjadi lagi"

"Tenang saja, kali ini aku tak ingin kita mengotori tangan kita, jadi aku akan menyuruh beberapa orang untuk mengerjai Jenny"

Connie dan Andrea sebenarnya merasa khawatir karena mereka takut ketahuan dan dihukum lagi. Tak begitu jauh dari mereka, Bryan yang kebetulan datang untuk menemui Amanda jadi ikut mendengar percakapan mereka. Ia tak suka ide Amanda, karena ia ingin Jenny juga ikut tes masuk secara adil seperti yang lain. Sepertinya ia harus melakukan sesuatu untuk mencegah perbuatan Amanda.

***

"Hei, George"

Bryan mendatangi loker George sebelum pelajaran pertama dimulai keesokan harinya.

"Hei. Kamu ngapain ke sini?"

"Aku ada perlu penting sama kamu, George"

"Kalau soal join klub basket, aku menolak"

"Bukan itu, ini soal Jenny"

"Ada apa dengan Jenny?"

"Dia mau ikut tes masuk klab cheerleader, tapi sepertinya Amanda punya niat tak baik padanya"

"Kamu kan pacarnya Amanda, kenapa ga kamu aja yang cegah perbuatan Amanda?"

"Justru karena aku pacarnya nanti dia akan curiga padaku. Apalagi dia itu kepala batu, susah sekali dinasehati"

"Tapi kenapa harus aku yang membantu Jenny?"

"Ayolah George, aku tahu kamu peduli padanya. Semua orang juga tahu itu. Waktu Jenny mengalami kecelakaan di lab, kamu orang yang paling khawatir padanya kan?"

"Itu karena dia partner aku jadi aku merasa bertanggung jawab"

"Yeah ... Yeah ... Terus saja mengelak"

Bryan kemudian pura-pura berjalan pergi meninggalkan George.

"Tunggu, memangnya rencana seperti apa yang akan Amanda lakukan?"

Bryan dalam hati tersenyum karena dugaannya benar, George peduli pada Jenny.

"Aku belum tahu rencana pastinya, yang jelas ia akan menyuruh seseorang untuk mengerjai Jenny"

"Baiklah, kalau begitu aku akan membantumu"

***

Louisa turut mengantarkan Jenny untuk ikut tes masuk ekskul cheerleader. Tetapi sesampainya di tempat tes, mereka merasa heran karena ternyata tempat itu sepi dan tidak ada orang sama sekali, kecuali mereka berdua.

"Kamu yakin ini tempatnya, Jen?"

"Iya, aku yakin. Tadi Amanda sendiri yang menunjukkan tempatnya ke sini"

"Tapi kok sepi sih?"

"Ga tau deh, mungkin kita datangnya kecepetan, Lou"

Tetapi belum juga Louisa menjawab, tiba-tiba terdengar seseorang menutup pintu ruangan tersebut dan menguncinya dari luar.

"Hei, siapa itu? Buka pintunya!" Louisa berteriak karena panik tapi orang itu bukannya menjawab malah langsung pergi sambil membawa kunci ruangan itu.

***

Bryan dan George mengintip ke arah tempat diadakannya tes masuk ekskul cheerleader, tetapi mereka tak menemukan Jenny di mana pun.

"Di mana Jenny? Apa dia belum datang?" tanya Bryan yang mulai panik dengan ketidakhadiran Jenny.

"Setau aku Jenny tak pernah datang terlambat. Lebih baik kita segera berpencar, siapapun yang menemukan Jenny duluan harus memberitahu"

"Aku setuju, George. Kalau begitu aku akan periksa ke daerah sana"

"Aku akan ke sana. Good luck, Bryan"

"Kamu juga, George"

George sepertinya sudah berkeliling cukup jauh tapi belum juga menemukan keberadaan Jenny. Kemudian samar-samar ia mendengar suara orang meminta tolong sambil menggedor-gedor pintu.

"Tolong! Tolong kami!"

George kemudian mendekati tempat itu dan mendekati telinganya di pintu.

"Louisa! Apakah itu kamu?"

"Iya, ini aku! Apakah kamu George?"

"Iya, aku George!"

"Tolong kami, George!"

"Kamu lagi sama Jenny?"

"Iya, George!"

"Tunggu ya, aku akan coba bukakan pintu ini!"

"Oke, George!"

George kemudian mulai mengutak-atik pintu tersebut dengan peralatan seadanya yang ia punya di tas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!