GUBRAAKK !! Suara itu menyerupai nangka berukuran 'babon' jatuh dari pohon yang tinggi. Xavier (Zac) segera berlari meloncati semak-semak untuk segera mengambil nangka yang jatuh. Sesampainya di bawah pohon nangka, Xavier tidak melihat satu pun nangka yang jatuh. Tiba-tiba...
"Siapapun di sana tolong aku, pangeran berkuda putih, pangeran kodok pun tidak apa-apa, tolong akuu ... "
Di sanalah awal pertemuan dan persahabatan mereka.
***
Xavier Barrack Dwipangga, siswa SMA yang memiliki wajah rusak karena luka bakar.
Aluna Senja Prawiranegara, siswi kelas 1 SMP bertubuh gemoy, namun memiliki wajah rupawan.
Dua orang yang selalu jadi bahan bullyan di sekolah.
Akankah persahabatan mereka abadi saat salahsatu dari mereka menjadi orang terkenal di dunia...
Yuks ikuti kisah Zac dan Senja 🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Haruskah Seperti Ini, Zac?
Ruangan seketika gaduh, semua direksi saling berbisik, Sam dan Sebastian berdiri dengan wajah panik. Mereka baru saja melacak siapa pembeli saham terbesar dan akan menghubungi investor kelas kakap untuk membantu masalah mereka. Namun, kehadiran Milo di hadapannya adalah sebuah jawaban.
Mata Sebastian semakin terbuka lebar, ia membelalakkan matanya teringat akan sesuatu. Ia lengah, jika Milo berani bergerak melawannya, artinya kasus penyuapan pelatih dan pemain cadangan yang dia tugaskan menendang kaki Zac sudah di ketahui Milo.
"Kamu membangunkan macan yang sedang tertidur, Bas. Zac adalah keponakanku, dia anak yang rendah hati tidak ingin orang lain menilai dirinya dari background keluarganya, tapi bukan berarti kamu bisa menghina dan merendahkannya. Kamu salah memilih lawan, Bas!" ucap Milo nadanya penuh penekanan.
"Tuan Sebastian, ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Aku pernah mengantarkan keluargamu keliling dunia dengan jet pribadimu. Ku akui, kekayaanmu berada satu level di atasku. Tapi urusan membela anak, ku pastikan mulai hari ini, rumahmu tidak lagi aman untuk kalian tempati. Bum! Kau akan menjadi abu," ancam Reno dengan suaranya yang tegas dan berwibawa.
Sebastian tahu, ini bukan ancaman mengenai rumah dalam bentuk bangunan, namun lebih mengerikan dari itu, rumah dalam arti sesungguhnya. Tempat ia menemukan kehangatan, kenyamanan dan kasih sayang. Bisa saja mengancam istri dan anak-anaknya, perusahaan atau something else... Bastian tahu Reno sangat mengerti prosedur dan menjunjung tinggi hukum negara. Kepalanya berpikir keras, matanya terpejam.
apa yang akan terjadi setelah ini?
Suara derap langkah begitu banyak mendekati ruang rapat. Pintu ruangan yang terbuat dari kaca, terbuka lebar. Beberapa pria berseragam cokelat sudah masuk dan berdiri di depan meja rapat. Seorang perwira polisi mengeluarkan sebuah surat penangkapan.
"Saudara Sebastian, dengan segala hormat... anda harus mempertanggung jawabkan kejahatan yang anda lakukan. Mari ikut kami untuk dimintai keterangan."
Terjawab sudah kekhawatiran Sebastian. Jalur hukum yang Reno tempuh untuk menjebloskannya ke penjara untuk mempertanggung jawabkan kejahatannya pada Zac. Sebastian tertunduk lesu, ia pasrah saat tiga orang polisi meringkuknya dan memasangkan borgol di tangannya.
"Kamu mematahkan kaki putraku, maka kakimu tidak bisa lagi melindungi putra putrimu, Bastian," bisik Reno.
"Pa, apa lagi ini Pa? kejahatan apa yang papa lakukan?" Sam mendorong polisi agar tidak membawa Papanya. "Pa jelaskan!" teriak Sam. Tubuhnya terhuyung ke belakang karena pak polisi juga mendorongnya.
"Sam, carikan Papa pengacara terbaik. Tolong bantu Papa, jaga mama dan adik-adikmu, Sam." Bastian pasrah saat polisi menariknya dengan kasar.
"Apa yang Papaku lakukan pada kalian? Jelaskan padaku!" teriak Sam di depan Milo dan Reno.
"Pemuda pemberani, karakter kamu mirip sekali dengan Zac putraku. Aku memang pernah salah jalan anak muda, tapi ku pastikan Zac bukan pria sepertiku, dia lelaki setia." Reno menepuk pipi Sam pelan sebanyak tiga kali.
Zac memang tidak pernah mengadu bagaimana keluarga Senja memperlakukannya dengan tidak baik. Tapi Reno mencari tahu sendiri bagaimana kisah cinta putranya dengan putri Sebastian, bagaimana Zac berulangkali di hina karena memiliki wajah cacat dan seorang Papa yang sudah berselingkuh.
"Ladies and gentleman... Rapat hari ini saya bubarkan, karena mulai hari ini saya adalah owner di perusahaan ini. Sampai bertemu lusa, siapkan diri kalian dengan laporan dan presentasi. Apakah kalian masih layak saya pertahankan, atau saya buang! Selamat siang... " suaranya rendah cenderung datar, Milo mengibaskan tangannya untuk mengusir seluruh orang pergi meninggalkan ruang rapat.
Samudera bergeming tidak ingin meninggalkan ruang rapat, ia masih shock dengan apa yang terjadi. Hingga seorang direksi merangkulnya dengan lembut agar dia mau meninggalkan ruang rapat. Langkah Sam yang goyah masih dalam pantauan Milo dan Reno. Di hati kecil mereka sangat lah tidak tega melihat kehancuran pemuda yang baru tumbuh. Namun begitu lah dunia bisnis bekerja. Sesekali pebisnis harus menunjukkan taringnya di depan musuh. Agar musuh berpikir jauh sebelum berani mengusik kehidupan mereka.
Milo terkenal pebisnis bersih, usaha yang dia jalani tidak pernah bersinggungan dengan dunia gelap dan tidak pernah licik pada lawan bisnisnya. Akan tetapi jika ia diusik, serangan baliknya tidak main-main. Membuat lawan bisnisnya sangat berhati-hati saat bekerjasama dengannya.
Keesokan harinya, berita online dan media sosial dibanjiri berita penangkapan Sebastian karena kasus penyuapan pemain cadangan untuk menyakiti pemain inti Man United U-20 asal pribumi. Berita dibanjiri dengan hujatan pada Sebastian dan keluarganya. Semua media sosial Sam, Shaka dan Senja menjadi sasaran netizen untuk ikut memberikan sangsi sosial atas kejahatan yang orangtuanya lakukan.
Di Penthouse, Zac duduk termenung di balkon sambil menatap langit yang bersih dan cerah. Warna biru langit sangat tidak sinkron dengan mendung di hatinya. Beberapa kali dia mendesah dan menghela napas dengan gemetar di dadanya. Membayangkan bagaimana perasaan sedih dan ketakutan Senja dan Sam saat ini membuat tubuhnya ikut gemetar.
"Haruskah seperti ini, Zac? Adil kah untuk semua kerugian yang kamu rasakan, sementara di sana orang yang kamu cintai menjadi terluka dan bersedih."
"Seharusnya aku memilih karierku hancur saja daripada Senja ikut menanggung semua kesedihan ini." Zac bermonolog dengan ribuan kata sesal di dadanya.
"Zac, uncle dan papa ingin bicara denganmu." Kanaya menyentuh bahu Zac dengan lembut.
"Haruskah seperti ini akhirnya, Mam. Untuk apa kemenangan ini jika Senja-ku bersedih dan terluka, Mam." Zac mengangkat wajahnya dan menatap wajah mamanya yang teduh dengan mata berkaca-kaca.
"Sayang, mama juga tidak setuju dengan semua ini. Tapi keadilan harus kamu dapatkan, dan Sebastian... Harus mendapatkan hukuman atas kejahatannya. Yang ia lakukan adalah kejahatan serius, nak."
"Tapi lihatlah efeknya, mam. Aku tidak bisa mendekati Senja di saat dia terluka seperti ini. Sam dan Senja pasti sangat membenciku saat ini!" suara Zac semakin meninggi.
"Kita pikirkan jalan keluarnya, temui Uncle dan papamu dulu," bujuk Kanaya.
Zac mengangkat tubuhnya lalu berjalan dengan gontai menemui paman dan Papanya. Zac tidak bisa menutupi kesedihannya di depan Uncle dan Papanya, dia merengut tanpa mengangkat wajah di depan kedua lelaki dewasa yang sudah menjadi garda terdepan untuknya.
"Zac, sidang akan di gelar paling lambat satu bulan lagi. Persiapkan dirimu dengan baik, sikapmu di persidangan menentukan kelanjutan kariermu, Zac. Tunjukan taringmu di depan Bastian," ucap Milo.
"Papa sudah menyiapkan pengacara terbaik untuk menjebloskan Bastian ke penjara dengan hukuman yang setimpal."
Zac mendengus kasar. "Tidak bisakah kasus ini disudahi saja? Harusnya Uncle dan Papa memikirkan efek dari semua ini. Bagaimana perasaan Sam dan Senja saat ini, mereka yang merasakan kehancuran lebih dalam daripada aku, Paman... Pa. Aku tidak sampai hati melihat mereka hancur dan menanggung malu karena kesalahan orangtuanya."
"Zac, kamu pikir hati kami juga tidak hancur melihat kamu terpuruk seperti ini? Kamu pikir keluarga kita tidak menanggung malu atas penghinaan dan kejahatan yang Sebastian lakukan padamu? Kedua adikmu juga menerima hujatan di sekolahnya saat kamu dinyatakan tidak lagi bisa masuk tim kualifikasi musim panas."
Zac tertunduk, hatinya bimbang. Keluarganya adalah orang-orang terdekat yang paling merasakan kesedihannya saat berita buruk itu ia terima. Mereka lah yang memberi support tiada henti padanya saat jiwanya terguncang. Haruskah ia mengorbankan semua perasaan mereka?
Zac dalam dilema.
...***...
Di sebuah room VVIP night club mewah, seorang ayah dan anak sedang bersulang merayakan runtuhnya kejayaan Sebastian. Wajah mereka dipenuhi kebahagian, tawanya lepas dan tatapan mata penuh kemenangan. Mereka adalah Gavin dan Alberto.
"Papa harus akui kehebatanmu, Gavin. Kamu menghancurkan keluarga mereka dengan begitu halus sehingga Sebastian tidak tahu bahwa kamu sedang menanamkan permusuhan pada orang kuat seperti Milano dan Reno si pilot itu."
"Keberuntungan sedang berpihak pada kita, Pa."
"Ya benar, kita tidak perlu mengotori tangan kita untuk menjebloskan Sebastian ke penjara. Cukup adu domba dua sahabat lama itu. Papa penasaran apa yang kamu tanamkan pada Sebastian sehingga dia sangat membenci Zac?" tanya Alberto.
"Bastian sangat menyayangi putrinya, Pa. Om Bastian mempercayaiku untuk memata-matai Zac di London. Aku memberikan laporan yang menyesatkan berupa rekayasa foto Zac bersama beberapa perempuan yang aku buat seolah Zac seorang playboy di sana. Dan yang paling membuatnya percaya, foto tante Meta yang sedang berduaan dengan Reno, Papanya Zac."
"Meta, sudah lama Papa tidak menemui adik bungsuku itu, akhirnya dia sangat berguna untuk kita."
"Kapan Papa pulang? Sudah enam bulan papa keluar dari penjara tapi belum datang menemui mama. Apa ada perempuan lain yang sudah menggantikan mama? Mama menunggumu di rumah!"
Alberto mendengus kesal, "Inara... " gumamnya. "Katakan pada mamamu, dia harus bujuk keluarganya untuk meminta maaf padaku. Mereka yang menyebabkan bisnisku hancur dan aku masuk penjara. Setelah dia bisa membujuk keluarganya, aku akan kembali padanya."
Gavin berdiri, ia menatap Papanya dengan sinis, "Mama meninggalkan keluarganya demi Papa, jangan sia-siakan mamaku." lalu ia meninggalkan Alberto dan keluar dari night club tersebut.
Dari arah lain, seorang gadis berjalan dengan anggun mendekati Alberto. Dengan tubuhnya yang gemulai ia duduk di pangkuan Alberto dan mengecup pipi lelaki dewasa itu dengan manja.
"Sudah ketemuannya, Sayang. Teman om masih muda dan ganteng ya," ucapnya manja.
Alberto mencubit dagu Deswita yang lancip dan ranum, "Dia Gavin putraku, kamu tidak boleh tertarik padanya, baby. Suatu saat aku akan kenalkan kamu padanya."
"Oh... Ah, tidak perlu om. Jangan sampai putra om tahu, kalau om punya selingkuhan. Om harus memiliki wibawa dan image Papa yang baik di depan Gavin." Deswita memainkan jari telunjuknya di dada Alberto, dia menggambar abstrak di sana.
"Aku takut putra om akan membenciku," bisiknya manja sambil mengecup daun telinga Alberto.
"Ough Deswita, kamu... Kamu sungguh menggemaskan dan menantang." Alberto menggeram sambil meremas pinggul Deswita. "Aku bisa melupakan Inara saat bersamamu, baby."
jalan masih panjang, raih mimpi sampai sukses ❤🤗
,, Zac dan Sam fokus menjalin persahabatan dulu yaa, biar makin klop 😚❤
,, gk mau coba tengok k Dee 👉👈 👉👈