Sinopsis
Samuel Kai wiegner datang ke Selandia Baru bukan untuk jatuh cinta. Ia hanya ingin melupakan luka dari hubungan yang gagal di Jerman.
Tapi hatinya tak bisa berbohong saat bertemu Nadya Putri Aulia mahasiswi S2 asal Indonesia yang juga bekerja di motel ayahnya.
Nadya bukan seperti gadis yang biasa ia temui. Sederhana, tulus, pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Tapi cinta bukan prioritas dalam hidup Nadya. Ia sibuk kuliah dan bekerja untuk keluarga nya.
Sam jatuh perlahan, sementara Nadya masih bimbang, masih berpikir dengan perasaan nya.
Karena hidup nya bukan tentang cinta, tapi tentang bertahan.
Saat waktu, jarak, dan beban hidup menghalangi perasaan—akankah mereka memilih saling menunggu, atau saling melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yana Rafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyum Tipis Untuk Komentar Pedas
Hari ini Nadya berkunjung ke rumah Aileen karena ibu nya Aileen ingin memberikan barang - barang pesanan Aileen dan juga memberikan sesuatu untuk Nadya dan keluarga nya.
Ini adalah pertama kali nya Nadya ke rumah orang tua Aileen, rumah yang besar bergaya american klasik perpaduan warna putih dan abu muda, serta halaman yang luas. Padahal rumah itu hanya di tempati oleh ayah dan ibu nya Aileen saja karena kakak laki - laki nya Aileen sudah menikah dan tinggal di Medan.
Stefi ibu nya Aileen sangat cantik. Typical wanita khas cindo, dengan kulit yang cerah, dengan mata yang agak sipit dan bertubuh langsing.
Wanita itu sangat berterima kasih pada Nadya karena selain merupakan teman baik anak nya, gadis itu juga sebelum nya sudah mengirimkan beberapa oleh - oleh dari Aileen yang ia kirim kan via ojek online. Stefi juga tahu betul karakter Nadya dari Aileen, karena putri nya itu sering menceritakan Nadya.
"Nanti walaupun kalian sudah lulus S2, kamu harus sering - sering maen ke sini ya Nad. Jangan sampai putus tali silaturahmi"
"Pasti tante, aku pasti bakal kangen banget kalau gak denger ocehan dari si Aileen" kekeh Nadya
"Maaf loh kalau Aileen sering ngerepotin kamu" balas Stefi yang tau betul karakter anak nya yang suka ceplas ceplos
"Gak apa-apa ko tante, Aileen juga sering bantu aku kasih tumpangan ke supermarket".
Mereka berdua pun tersenyum. Nadya menceritakan bahwa sekitar satu minggu lagi dia akan kembali ke New Zealand karena ia sudah berhasil mendapatkan data untuk Thesis nya, itu kenapa dia akhir nya baru sempat ke rumah orang tua nya Aileen karena selama ini masih di sibukan mencari data dengan sering bolak balik ke Bogor.
Setelah pulang dari rumah Aileen, Nadya pergi supermarket untuk membeli beberapa produk Indonesia seperti beberapa bumbu masakan, sambal, bumbu kacang untuk gado gado, minyak kayu putih dan bumbu bolognese. Memang di New Zealand ada bumbu pasta bolognese, tapi menurut nya bumbu bolognese Indonesia jauh lebih enak rasa nya dari pada bumbu bolognese New Zealand. Jauh lebih gurih. Produk - produk New Zealand cenderung memiliki rasa yang tidak terlalu manis atau gurih. Mereka memiliki standar penggunaan gula dan garam untuk produk mereka karena guna melindungi kesehatan masyarakat nya.
"Susah emang kalau udah kecanduan mecin" gumam Nadya dalam hati.
Saat sedang sibuk memilih barang, ia di kagetkan oleh seorang perempuan yang ternyata adalah salah satu teman nya saat SMA dulu.
Dina yang merupakan teman Nadya saat kelas tiga SMA, menanyakan kabar nya mereka pun sempat berbincang.
Dina membawa tiga anak kecil yang merupakan anak nya, usia anak - anak itu terlihat tidak beda jauh, Dina terlihat kerepotan karena salah satu anak nya ada yang berlarian ke lorong lain. Dina pun kaget saat mengetahui Nadya yang belum menikah dan bahkan gadis itu masih sibuk dengan study nya.
" Wah Lu harus cepat nikah Nad, jangan mikirin kuliah mulu, bisa jadi perawan tua loh" ucap Dina menggebu - gebu.
Nadya yang mendengar ucapan Dina hanya tersenyum kecil.
" hmm... Gua lebih senang menyibukan diri dengan meng upgrade diri gua dari pada sibuk ngurusin orang lain" balas Nadya datar, tanpa ada penekanan di kalimat nya yang sontak membuat wajah Dina merah karena malu. Ia pun kemudian pamit pergi karena mengejar anak nya yang sedang sibuk berlarian kesana kemari.