NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Manisnya kebersamaan

Ujian nasional tiba bagi murid kelas akhir, tak terkecuali Dania. Gadis itu belajar mati-matian untuk mencapai nilai terbaik dari hasil usahanya selama ini.

Alden, hampir setiap hari mengajari Dania tentang materi yang tidak ia mengerti. Walaupun tidak bersekolah lagi, tapi kepintaran Alden selalu ia asah dengan membaca materi online.

Sementara Dania sedang menghadapi ujian di sekolah, Alden dan ibunya sedang meresmikan pembukaan toko roti kecil yang tidak jauh dari kontrakan mereka.

Ruko yang sudah mengalami fase renovasi beberapa hari lalu, kini menjadi toko roti impian Alden selama ini.

"Sekarang ibu gak perlu berjalan jauh ke pasar lagi. Ibu bisa lebih banyak beristirahat sekarang." ujar Alden kepada ibunya.

"Iya, nak... Terima kasih banyak, ibu doakan yang terbaik untukmu." ujar ibunya dengan senyuman hangat.

Orang-orang mulai berdatangan untuk mencoba roti buatan Alden dan ibunya. Untuk hari pertama, mereka memberikan tester sebagai bentuk promosi. Mereka yang berdatangan memberikan feedback yang baik.

"Assalamualaikum," ujar seorang gadis yang membuka pintu toko dengan senyum ceria di wajahnya.

Alden dan ibunya yang sibuk melayani pelanggan, langsung menoleh ke arah gadis itu. "Waalaikumsalam," ujar keduanya serta beberapa orang lain bersamaan.

"Sudah pulang, Dania? Bagaimana ujiannya?" ujar ibu Alden.

"Alhamdulillah lancar, Bu." ujar Dania menghampiri.

Dania sering belajar di kontrakan Alden, membuat ibu Alden mengenali gadis cantik itu. Terlebih, Alden sering menceritakan tentang Dania kepada ibunya. Jangan lupakan, Dania juga yang membantu renovasi dan mendekorasi ruko yang kini menjadi toko roti kecil milik Alden.

"Susah ujiannya?" tanya Alden lembut dengan senyuman khasnya." Enggak kok. Makasih udah ngajarin aku," ujar Dania.

"Gak perlu makasih, itu hasil usaha kamu sendiri kok." ujar Alden merendah membuat Dania hanya terkekeh kecil.

"Dania boleh bantu, Bu?" tanya Dania kemudian pada ibu Alden.

"Gak usah sayang, nanti seragam kamu kotor." ujar ibu Alden, mengingat Dania yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Gapapa Bu. Dania ingin membantu, lagipula besok enggak pakai seragam ini." ujar Dania sedikit memaksa.

Ibu Dania yang tidak enak menolak, akhirnya membiarkan Dania membantu mereka. "Ya sudah, kamu boleh bantu. Ibu ke belakang dulu ya."

"Oh, kamu gak pulang sama Rani?" tanya Alden setelah ibunya menghilang dari pandangan.

"Enggak Al. Rani ada urusan katanya." jelas Dania.

"Oh, iyalah," ujar Alden dengan anggukan singkat sambil melayani pelanggan dengan ramah.

Saat mengambil roti di etalase, Alden dan Dania mengambilnya bersamaan. Membuat Alden tidak sengaja menggenggam tangan Dania.

Keduanya saling menoleh, tatapan mereka bertemu sudah persis seperti yang di film-film.

"Aduh aduh, kok ibu merasa seperti kembali ke masa muda ya?" goda ibu Alden yang baru saja kembali dari belakang.

Alden dan Dania sontak langsung menarik tangan mereka. Keduanya sama-sama menahan salting.

Ibu Alden justru tertawa melihat kedua anak muda itu. Ia menggelengkan kepalanya sambil meletakkan beberapa bungkus roti di etalase.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Setelah berganti pakaian, Dania kembali ke toko roti Alden karena sudah berjanji pada ibu Alden untuk membantu mereka membuat roti.

Dan benar saja, setibanya ia di sana, toko roti itu sudah tutup karena Alden dan ibunya tidak membuat banyak stok untuk hari pertama.

Dania berjalan masuk ke arah dapur dan mendapati Alden dan ibunya yang sudah sibuk dengan adonan roti.

"Apa yang bisa Dania bantu, Bu?" Tanya Dania ramah dan meletakkan tas kecilnya di sebuah kursi.

"Bantuin Alden aja, nak. Biar ibu yang memanggang." Ujar ibu Alden dengan seutas senyum.

Dania pun langsung berjalan menuju ke arah Alden yang sibuk dengan bahan roti. Terlihat bagaimana cekatannya Alden menguleni adonan roti itu.

"Wah, ternyata kamu jago bikin roti ya Al?" Ujar Dania tertegun melihat semangat kekasihnya itu.

"Haha enggak juga kok. Kamu bisa buat roti?" tanya Alden.

"Bisa sih, tapi belum sempurna." ujar Dania kemudian.

"Gapapa, perlahan pasti bisa. Banyak-banyak latihan aja, semua butuh proses kan?"

Suara Alden yang lembut dan senyuman khasnya membuat sudut bibir Dania juga tertarik ke atas.

"Kamu belajar dari mana bikin roti?" tanya Dania setelah ia mencuci tangannya.

"Belajar dari ibu. Ibu jago banget bikin roti," ujar Alden sambil melirik ibunya yang tidak menyadari percakapan antara mereka berdua.

"Kue-kue buatan ibu enak semua. Aku suka," ujar Dania dengan senyuman, mengingat rasa dari kue-kue buatan ibu Alden yang pernah ia cicipi.

Alden tersenyum, ia senang melihat orang-orang yang ia sayangi tersenyum ceria seperti itu. Terlebih dengan hadirnya Dania, membuat Alden lupa tentang permasalahan-permasalahan yang dialaminya.

"Al, sini deh sebentar." ujar Dania tiba-tiba di saat-saat Alden sedang fokus pada adonan roti nya.

Alden yang mengira Dania butuh bantuan langsung menoleh. Mengingat gadis itu sedang membantunya saat ini.

"Kenapa, Dania?"

"Itu di muka kamu ada apanya coba." ujar Dania sambil menunjuk pipinya, memberitahu Alden.

Alden yang tidak tahu apa-apa langsung menyentuh pipinya, membuat Dania tertawa terpingkal-pingkal.

Alden yang sama sekali tidak mengerti, mulai menaikkan alisnya. "Kenapa?"

Dania tidak menjawab ia justru tertawa lebih keras. Dan dari situlah Alden baru menyadari bahwa dirinya dikerjai oleh Dania mengingat tangannya yang baru saja memegang tepung.

"Oh, kamu ngerjain aku ya, hmm?"

Ibu Alden yang berdiri di depan oven pun sontak langsung menoleh ketika mendengar Dania yang tertawa. Ia pun tertawa juga melihat wajah putranya itu.

"Jujur, aku rindu momen seperti ini," batin Alden ketika melihat ibunya yang tertawa lepas setelah sekian lama.

Melihat kedua orang yang disayanginya tertawa, Alden pun tidak bisa menahan diri. Dan akhirnya ia melepaskan tawanya juga dengan gelengan singkat.

"Mulai iseng ya, Dania."

"Haha, maaf-maaf aku enggak bisa menahan diri." ujar Dania yang masih terkekeh.

"Balas dendam," Alden pun iseng dan melukis sesuatu di atas selah bibir Dania dengan jarinya.

"Nah, jadi deh. Kumle." ujar Alden santai sambil menahan tawanya.

Dania terkejut dan langsung menyentuh wajahnya, lalu melihat tangan Alden yang berlumuran tepung. Dania pun menyadari bahwa dirinya juga menjadi korban keisengan Alden.

"Kumle? Apa itu?" tanya Dania tidak mengerti dengan suara tawa yang keluar dari mulutnya.

"Kumis lele," Alden pun meledak dalam tawa mendengar perkataannya sendiri. Terlebih di wajah Dania ia lukis bentuk kumis.

Ibunya dan Dania tertawa lepas melihat tingkah random Alden yang sangat jarang bahkan hampir tak pernah ia tunjukkan.

Dania sendiri tidak merasa canggung di depan ibu Alden. Ia justru merasa nyaman karena kelembutan ibu Alden. Ibu Alden memang memiliki cara tersendiri untuk membuat orang-orang disekitarnya merasa nyaman.

Tapi, di balik kebahagiaan itu mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang terlihat tidak senang melihat kebahagiaan itu.

"Harusnya aku yang di sana, bukan dia." gumam orang itu lirih sambil mengepalkan tangannya erat-erat.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!