NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

​Mata Calya membelalak. Apa? Bermalam? Di rumah Aksa? Dengan Aksa berdua saja? Rasa panik langsung menyerang. Ia hanya membaca pesan itu, lalu mematikan layar ponselnya. Tidak lama, ponselnya kembali bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Bunda Aksa. Calya menghela napas, dengan malas ia mengangkatnya.

​"Iya, Tante?"

"Calya, Mama kamu sudah bilang, kan? Jangan lupa bawa baju ganti ya. Calya di rumah bareng Aksa, kalau Aksa nakal bilang sama tante. Aksa pasti sudah menunggu kamu."

"Iya, Tante. Makasih," jawab Calya singkat. Ia tidak ingin berlama-lama bicara, takut rencananya untuk kabur terbongkar.

​Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pulang telah tiba. Calya dengan sengaja berjalan lebih lambat dari biasanya. Ia bilang pada Vira dan Jojo, "Kalian duluan aja. Aku ada urusan sebentar." Ia berharap Aksa sudah pulang dan ia bisa kabur.

 Namun, harapannya sia-sia. Begitu keluar dari gerbang, sebuah mobil hitam sudah terparkir di sana. Aksa berdiri di samping mobil, menunggunya.

​"Ayo naik," kata Aksa, suaranya datar.

​"Nggak mau!" balas Calya. "Aku mau pulang sendiri."

​"Mama kamu sudah minta aku untuk

pulang bareng," ucap Aksa, tanpa ekspresi.

​"Aku bisa naik taksi!"

"Tidak." Aksa mendekat, meraih tangan Calya dan menariknya masuk ke dalam mobil.

​"Lepasin! Aksa! Sakit!" Calya memberontak, namun cengkeraman Aksa terlalu kuat.

​Setelah Calya duduk di kursi penumpang, Aksa menutup pintu mobil dan mengunci central lock. Ia berjalan memutar dan masuk ke kursi pengemudi. "Dengar Calya," kata Aksa. "Orang tua kita ngasih kepercayaan buat aku jagain kamu. Berhentilah bersikap kekanakan."

​"Gue ga kekanakan! lo yang gila! Gue ga mau ikut sama lo! gue mau pulang!"

"Tidak ada pulang," balas Aksa, menatap lurus ke depan. "Kita sudah sampai di apartemen. Orang tua kita sudah tahu kita akan tinggal dj apartemen

​Calya menoleh, dan ia terkejut. Mobil itu sudah terparkir di depan apartemen Aksa. Ia menatap Aksa, matanya berkaca-kaca. Ia merasa terjebak. "Gue benci sama lo, Aksa."

​Aksa tidak menjawab. Ia hanya menghela napas, mengambil kunci mobil dan keluar. Ia tidak bisa memaksa Calya. Ia hanya bisa memberinya waktu untuk menerima kenyataan. Perjalanan mereka masih panjang.

Di sisi lain, di sebuah restoran mewah dengan pemandangan kota, dua pasang suami istri tengah menikmati hidangan mereka. Mereka adalah orang tua Calya dan Aksa. Senyum geli tak pernah luntur dari wajah mereka.

​"Lihat," kata Ayah Calya sambil terkikik, menunjuk ponselnya yang menampilkan pesan dari Aksa. "Anak-anak kita benar-benar mengira kita sedang urusan bisnis."

​Bunda Aksa tertawa kecil. "Rencana kita berhasil. Mereka akan menghabiskan waktu berdua, dan itu yang terpenting."

​"Padahal, ini semua hanya akal-akalan kita," timpal Ayah Aksa. "Aku yakin, setelah malam ini, mereka akan semakin dekat."

​Ibu Calya mengangguk setuju. "Aksa memang anak yang cerdas. Dia tahu cara mendekati Calya. Calya itu keras kepala, tapi sebenarnya dia rapuh."

​"Aku harap, setelah malam ini, mereka tidak lagi bertengkar," ucap Ayah Calya. "Mereka berdua sebenarnya cocok. Hanya saja, mereka terlalu gengsi untuk mengakuinya."

​Keempat orang tua itu saling bertukar pandang, senyum penuh harap terukir di bibir mereka. Mereka tidak tahu bahwa di apartemen Aksa, Calya dan Aksa sedang dalam keadaan yang sangat tidak terduga. Namun, mereka yakin, langkah ini adalah awal dari sebuah kisah yang indah.

Apartemen Aksa tidak terlalu besar, hanya memiliki satu kamar tidur. Dengan terpaksa, Aksa terbiasa tidur di sofa yang ada di kamar.

​Setelah membersihkan diri dan mengenakan kaus kebesaran Aksa, Calya keluar dari kamar mandi. Pandangannya langsung tertuju pada ponselnya yang tergeletak di kasur. Layarnya menyala, menandakan ada pesan masuk. Hatinya berdebar, ia langsung melompat ke tempat tidur, meraih ponselnya. Sebuah pesan dari Rion.

​Rion: Hai, Cantik ini Rion. Save ya....

​Denga wajah berseri-seri Claya membaca pesan Rion.

​Di sisi lain, Aksa sudah menyiapkan segelas teh hangat untuk Calya. Ia berjalan menuju kamar dan melihat Calya sedang asyik dengan ponselnya. Aksa tahu, itu pasti pesan dari Rion. Hatinya terasa panas. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang.

Baru saja Calya ingin membalas pesan Rion tiba-tiba suara datar milik Aksa terdengar

​"Sudah selesai?" tanya Aksa, suaranya terdengar datar.

​Calya terkejut. Ia langsung mematikan layar ponselnya dan menyembunyikannya di bawah bantal. "Y," jawabnya singkat.

​Aksa tidak bertanya apa-apa. Ia hanya meletakkan teh hangat di meja samping tempat tidur. "Minumlah. Kamu pasti kedinginan."

​Calya menatap Aksa, lalu menatap teh hangat di meja "ga usah sok peduli" sewot Calya namun oa merasa canggung. Di satu sisi, ia membenci Aksa. Di sisi lain, ia tidak bisa memungkiri bahwa Aksa sangat peduli padanya. Perasaan Calya kini semakin campur aduk.

Belum sempat jari-jari Calya mengetik balasan untuk Rion, tiba-tiba kilat menyambar, diikuti suara guntur yang memekakkan telinga. Lampu apartemen mati seketika, membuat ruangan gelap gulita. Calya terperanjat, ponselnya terlempar dari tangannya.

​"Aaaaaaaaa, AKSAAA!" teriak Calya, suaranya melengking. Ia melompat dari kasur dan merangkak di lantai, berusaha mencari pegangan. Kilat kembali menyambar, memperlihatkan sosoknya yang meringkuk ketakutan di sudut kamar. Suara guntur yang keras membuat Calya menjerit.

​Aksa yang sedang berada di dapur, sontak panik mendengar teriakan Calya. Ia segera berlari menuju kamar, meraba-raba dalam kegelapan. "Calya! Kamu di mana?"

​Kilat kembali menyambar, kali ini memperlihatkan sosok Aksa yang sedang berdiri di depan pintu kamar. Calya melihatnya, dan tanpa pikir panjang, ia berlari ke arahnya, menerjang ke dalam pelukan Aksa. Ia memeluk Aksa dengan erat, seolah hidupnya bergantung pada laki-laki itu.

Calya menangis dalam tangisannya ia berkata lirih "Jangan tinggalin gue".

​Aksa membiarkan Calya, membiarkan gadis itu mencari perlindungan di dalam pelukannya. Ia bisa merasakan tubuh Calya gemetar ketakutan. Ia membalas pelukan Calya, mengusap punggung gadis itu dengan lembut. "Tenanglah, aku di sini," bisiknya. "Aku akan menjagamu."

​Dalam pelukan Aksa, Calya tidak lagi merasakan ketakutan. Ia hanya merasakan kehangatan yang menenangkan, membuat rasa takutnya sedikit demi sedikit memudar. Ia tidak peduli lagi dengan siapa laki-laki yang ia peluk, atau bagaimana ia bisa berada di sini. Yang ia tahu, hanya Aksa yang bisa membuatnya merasa aman malam ini. Malam itu, di tengah kegelapan dan badai, dua hati yang saling membenci, kini perlahan mulai saling mendekat.

Calya semakin mengeratkan pelukannya pada Aksa. "Jangan pergi! Aku takut!" rengeknya, suaranya teredam di dada Aksa kini Calya sudah menggunakan aku kamu. sepertinya Calya sangat takut.

​Aksa tidak menjawab, ia hanya membiarkan Calya, membiarkan gadis itu mencari perlindungan di dalam pelukannya. Ia bisa merasakan tubuh Calya gemetar ketakutan. Aksa membalas pelukan Calya, mengusap punggung gadis itu dengan lembut. "Tenanglah, aku di sini," bisiknya. "Aku tidak akan meninggalkanmu."

​Namun, Calya tetap tidak percaya. "Kau bohong! Nanti kalau aku tidur, kamu pergi!"

​Hati Aksa mencelos. Ia tahu, kepercayaannya pada gadis itu sudah hancur. Ia tidak bisa menyalahkan Calya. Dengan lembut, ia menuntun Calya naik ke kasur. Ia merebahkan dirinya di samping Calya, membiarkan gadis itu memeluknya erat. "Aku di sini, Calya. Tidurlah," bisiknya.

​Calya membenamkan wajahnya di dada Aksa, merasakan kehangatan yang menenangkan. Ia memeluk Aksa, mencari perlindungan dari guntur dan hujan yang bergemuruh di luar. Namun, matanya tetap terbuka. Ia tidak bisa tidur. Setiap kali guntur berbunyi, tubuhnya akan tersentak. Ia hanya bisa mengeratkan pelukannya, berharap malam akan segera berakhir. Aksa, di sisi lain, tidak tidur. Ia hanya diam, membiarkan Calya, membiarkan gadis itu merasakan kehadirannya. Ia tahu, ia harus menebus semua kesalahannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!