Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Malam Panjang
Diturunkan Valeria ke atas ranjang. Raffaele menatap wajah wanita tersebut yang sudah bersimpah air mata, sesenggukan dan penampilan acak-acakan.
Ada yang aneh dari perasaan Raffaele. Ia tak suka Valeria disentuh pria lain. Bagaimana saat ini wanita tersebut mengusap lengannya dan meringkuk ketakutan.
Tangan besar Raffaele terangkat hendak menghapus air mata Valeria. Namun hanya mengambang di udara saja. Tak sampai menyentuh wajah Valeria. Setelahnya pria tersebut menurunkan lagi tangannya. Dan terkepal di sisi tubuhnya.
Tanpa banyak bicara, Raffaele menuju pintu kamar. Memanggil pelayan untuk mengambilkan baju ganti untuk Valeria. Kemudian kembali lagi ke arah ranjang.
"Berhenti menangis!" Ucap Raffaele dingin dan penuh penekanan.
"Aku... aku salah apa sama kamu! Jika memang papaku telah berbuat jahat seperti yang kamu katakan. Aku...aku sebagai anaknya meminta maaf untuknya." Valeria menjerit dan sesenggukan. Napasnya naik turun tak beraturan.
"Kenapa aku kamu perlakuan layaknya jal*ng?! Aku juga manusia sama seperti kamu! Hidupku hancur! Kehilangan orang tersayang yang telah kamu bunuh, dan kehilangan harga diriku! Aku lebih menderita dibandingkan kamu!" Suara Valeria semakin mengeras.
Kerasnya suara Valeria tersebut. Samar terdengar dari lantai bawah dimana ketiga pria tadi masih diam di sana.
Lalu kembali keadaan di dalam kamar. Raffaele ikut mengeras. Bukan suaranya, melainkan rahangnya yang mengeras menahan emosi yang tadinya tidak ada.
"Kamu berani melawanku?! HAH!" Raffaele menarik rambut Valeria hingga wanita itu mendongak kepalanya.
"Kamu itu tawananku. Pelampiasan dendamku, camkan itu!" Pandangan Raffaele lantas bergulir mengamati penampilan Valeria.
Senyum mengejeknya terbit dari sudut bibirnya. "Karena kamu tidak jadi melayani temanku tadi. Maka sekarang tugasmu untuk melayaniku."
"TIDAK! Aku tidak sudi! Cuih...!" Bentak Valeria menolak dan meludah tepat ke wajah Raffaele.
Kilat marah langsung terlihat dari kedua mata pria tersebut. Hingga sebuah tamparan melayang tepat mengenai pipi kiri Valeria. Wanita tersebut sampai terhempas ke samping.
"Kurang ajar! Kamu meludahi ku? Rasakan ini Jal*ng kecil!" Ujar Raffaele mulai melucuti semua penutup Valeria dengan kasar dan memaksa.
Jeritan demi jeritan keluar dari mulut Valeria. Kalimat makian juga tak pernah lepas. Suaranya nyaris tak terdengar lagi ketika Raffaele benar-benar membuatnya tak berdaya. Dan hilang kesadaran.
Di lantai bawah, mereka sudah menunggu sekitar satu jam. Membuat Gino yang tadinya kesal semakin kesal.
"Kita pulang saja. Buat apa menunggu orang yang lagi bercocok tanam? Udah satu jam kita di sini." Kata Gino, pria tersebut sudah berdiri.
"Tunggu sebentar Gino. Kita harus mengatakan sesuatu pada Raffaele dulu." Balas Miguel.
Lantas Gino kembali berdecih. "Masih lama dia. Sepertinya wanita kecil itu memang enak sampai Raffaele lama sekali."
Plak!
"Akhh! Gila kamu Miguel!" Kesal Gino saat temannya itu tiba-tiba memukul belakang kepalanya.
"Makanya jangan asal bicara. Didengar Raffaele tahu rasa kamu." Jawab Miguel.
"Emang kenapa kalau Raffaele dengar? Memangnya wanita itu calon istrinya? Bukan kali." Gino tertawa sumbang.
"Memang bukan, tapi apa kamu tidak sadar jika Raffaele nyatanya tidak ingin wanitanya itu di sentuh olehmu?" Ujar Justin.
Gino mengumpat kesal. Mengingat tadi Raffaele menghentikan semuanya. Benar, sepertinya Raffaele ada perasaan pada wanita itu.
Lalu tak lama suara langkah kaki terdengar. Raffaele menuruni anak tangga. Menghampiri ketiga temannya tersebut. Dengan rambut basahnya.
Miguel berdeham. Lalu tersenyum menggoda. "Ada yang habis ehemm.. ini."
"Gimana Raf? Kembali bersemangat kan?" Lanjut Miguel lagi.
"Biasa saja." Jawab Raffaele singkat. Lalu tatapannya jatuh pada Gino, dan melemparkan sesuatu.
"Cari penggantinya. Ada barang baru di sana datangi saja biar aku yang bayar." Ujar Raffaele tanpa konteks, namun semuanya mengerti maksudnya.
Senyum Gino kembali ada. Dibujuk seperti ini jelas dirinya tidak akan menyia-nyiakan.
"Awas jatuh cinta dengan dia Raf." Balas Gino. Seperti sebuah peringatan yang mengejek.
...****...
Tepat satu bulan Valeria hidup dengan pria kejam di mansion ini. Setelah kejadian malam itu, ada perubahan padanya. Valeria lebih sering melamun, dan diam. Bahkan tak melawan ketika Raffaele memperlakukannya buruk lagi.
Dan di tengah dirinya yang sedang melamun di ruang tamu. Kedatangan dua orang pria membuatnya kaget. Dengan buru-buru Valeria akan meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara Miguel dan Justin yang melihat pergerakan Valeria tersebut segera menghentikannya. Begitu wanita tersebut menoleh ke arah mereka berdua. Wajah pucat Valeria yang menjadi atensinya saat ini.
"Jangan takut, kami tidak akan berbuat seperti malam itu." Ujar Justin. Valeria hanya diam.
"Raffaele di mana?" Tanya Miguel.
"Saya tidak tahu." Jawab Valeria malas.
Kemudian kedua pria tersebut saling pandang. Dan mengangguk sebagai sebuah isyarat. Terlihat Miguel mendekat. Tapi Valeria mundur perlahan.
"Oke, saya tidak akan mendekat, tetap di sana." Ujar Miguel.
"Kami ingin membantumu pergi dari sini." Lanjutnya.
Sebuah harapan baru dan udara segar untuk Valeria. Namun senyum yang akan ia perlihatkan itu kembali ditariknya. Ia urung untuk melakukannya.
"Kalian berbohong! Pasti kalian ingin memperkos*ku juga seperti teman kalian kemarin. Iya kan?" Balas Valeria.
"Tidak-tidak! Sumpah kami ingin membantumu keluar dari mansion ini." Kata Justin.
Valeria mulai percaya. "Bagaimana caranya?"
Lalu kedua pria tersebut meminta agar Valeria duduk kembali. Dan menjelaskan semua rencananya. Ada sebuah harapan dalam diri Valeria kali ini benar-benar bisa pergi dari tempat kejam ini.
"Baiklah saya akan percaya pada kalian kali ini. Jika kalian berdua membohongi saya. Saya tidak akan memaafkan kalian. Dan Tuhan yang akan membalasnya." Ucap Valeria penuh penekanan.
Malam ini, Raffaele pulang dalam keadaan lelah. Dan begitu masuk kamarnya, ia sudah disuguhi pemandangan Valeria yang begitu berbeda penampilannya. Lebih berani dan menggoda.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Valeria dengan suara pelan dan terdengar lembut.
Kening Rafael menekuk. Ada begitu banyak pertanyaan dalam dirinya. Perubahan Valeria ini membuatnya asing. Apalagi gerakan tangan wanita ini yang seakan menggodanya. Terus menjelajahi badannya hingga dirinyalah yang menghentikan tangan Valeria.
"Apa yang kamu lakukan?" Ucap Raffaele.
"Melayanimu tuan Raffaele. Malam ini, aku akan memberikan pelayanan yang berbeda." Jawab Valeria, matanya menatap dalam ke pria di hadapannya.
Dengan gerakan tak diduga, Valeria mendorong tubuh Raffaele ke ranjang. Membuat pria tersebut saat ini berbaring di sana. Valeria naik ke atasnya. mulai menggodanya. Dan benar saja, pria tersebut mulai terpancing dan membalikan keadaan.
Sisi berbeda dan liarnya Valeria. Membuat jiwa laki-lakinya keluar. Raffaele semakin gila saat tak ada pelawanan seperti biasanya. Malah wanita di bawahnya ini membalas dengan tak kalah membakar puncak Raffaele.
Malam itu merupakan malam yang berbeda dan panjang bagi mereka. Jika Raffaele dibuat puas dan merasa senang. Valeria harus menutupi perasaan yang sebenarnya. Perasaan muak dan benci. Tak rela sebenarnya harus melakukan semua ini. Hanya saja demi melancarkan sebuah rencana.
"Aku ingin satu kali lagi tapi aku haus. Aku ambilkan dulu untukmu juga." Ujar Valeria, tangannya mengambil dua gelas berisi air putih.
"Ini." Ia menyerahkannya pada Raffaele.
Tanpa curiga akan sesuatu. Raffaele turut meminumnya. Valeria melihat minuman Raffaele itu tandas dan dirinya tersenyum samar.
"Kamu kenaoa?" Tanya Valeria dari atas tubuh Raffaele.
"Kepalaku pusing." Jawab Raffaele dan matanya menyorot tajam ke arah Valeria.
"Kamu mencampurkan apa ke dalam minuman tadi?" Raffaele curiga dan akan duduk.
Valeria pun sudah sangat khawatir dan takut jika rencananya gagal. Namun tak lama dari pria tersebut duduk. Tiba-tiba dirinya terkejut, sebab Raffaele tak sadarkan diri lagi.
"Akhirnya." Gumam Valeria.
rasain loh raff bikin lama Thor normal kan usia 4 bulan baru terasa nyaman Siska Raffael Ampe 4 bulan ,itu belum seberapa dibanding kan luka hati Valeri
topi ya ga salah jg sih kamu kan di dokterin
i hope happy ending mereka berdua
apa ga ada cctv nanti Raffa lihat temennya bantuin apa ga ngreog