Aku Sang Pewaris Yang Kamu Hianati

Sementara itu di tepi kota London, kini Vanya tinggal di sebuah kontrakan kecil. Ia yang mengira Gery masih kaya ternyata sekarang jatuh miskin. Namun ia juga tak bisa lepas dari pria itu.

Vanya juga sudah tidak diterima di agensi manapun, pihak agensi Nova creatives juga sudah membatalkan kontrak degannya. Penggemarnya turun drastis dan bahkan berubah menjadi penghujat. Ada yang sengaja menyebarkan rumor tentangnya yang seorang wanita penghibur hingga hamil di luar nikah. Kini ia sangat frustasi. Di tambah lagi Gery terus saja mengonsumsi narkoba tanpa mau berhenti membuat ekonomi mereka benar benar kacau. Semua uang tabungan Vanya kini telah habis, Gery selalu berjudi dan membeli narkoba.

"Gery, aku enggak sanggup lagi hidup sama kamu. Kemarin kamu bilang kamu masih punya rumah dan mobil. Mana? Sekarang bahkan kamu sudah menghabiskan uangku." Ucap Vanya saat melihat Gery yang duduk di ruang tamu sambil menghisap rokok.

" Sekarang kamu tahu bagaimana kehidupan ku setelah karirku redup. Ingat Vanya, kalau bukan karena kamu aku tidak mungkin miskin seperti ini. Jadi nikmati saja hasil perbuatanmu." Gery menaikkan kedua kakinya di atas meja tanpa beban.

Vanya frustasi, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian ia mengepalkan tangannya.

" Gery, kalau kamu masih tidak berubah biarkan aku pergi. Aku mau mencari pria lain yang lebih kaya. Aku enggak sanggup hidup seperti ini. Bahkan untuk merawat diri saja aku tak punya uang. Ini bukan aku Gery, aku seorang selebriti, aku bukan gelandangan. " Vanya mengutarakan semua isi hatinya.

Seketika Gery membulatkan mata dan menatap nyalang ke arah Vanya. " Apa kamu bilang? Pergi?. Jangan harap. Kamu tidak akan bisa lepas dariku Vanya. Urusan kita belum selesai." Kini Gery mencengkram dagu Vanya.

"Sakit. Lepas!." Lirih Vanya yang mulai kesakitan.

" Anak itu, aku ingin melihat wajah nya." Gery melepas cengkramannya sambil menatap ke perut Vanya dan akhirnya ia kembali duduk.

" Kamu tidak pantas menjadi ayah, lihat dirimu kamu berantakan. Apa kamu mau melihat anakmu menjadi seorang gelandangan sama sepertimu?." Vanya menyentuh dagunya yang sakit sambil menatap Gery dengan marah.

"Vanya, kamu tidak perlu mengatur hidupku. Cukup kamu menurut saja dan kamu akan bahagia. Kalau di pikir pikir, mungkin kamu bisa melayani beberapa pria untuk menghasilkan uang." Gery menyeringai jahat. Apalagi mengingat Vanya adalah selebriti yang pernah naik daun pasti banyak pria yang mau membayar mahal.

"Apa?." Teriak Vanya tak percaya. "Kamu keterlaluan Gery, kamu gila!." Teriaknya.

" Vanya, jika kamu tidak mau melihat anak kita sengsara, kamu harus menuruti perkataan ku." Ucap Gery.

"Gery, kamu jangan gila, aku tidak mau melakukannya. Ingat, dulu kamu sangat mencintaiku dan tidak mau ada orang lain yang menyentuhku, apa kamu masih ingat?." Kini air mata mulai membasahi pipi Vanya.

" Vanya, semenjak kamu berhubungan badan dengan Dion aku sudah menganggapmu kotor. Aku bahkan tak sudi lagi menyentuh mu. Tapi karena bayiku aku masih mempertahankan mu." Ungkap Gery dengan tatapan dingin. Gery membayangkan betapa sakit hatinya saat mendengar bahwa Vanya telah berselingkuh saat ia di penjara. Padahal dulu ia rela menggantikan Vanya dari jeratan polisi karena cintanya yang begitu besar. Tapi sekarang ia tak lagi memandang Vanya seperti dulu, melainkan Vanya dimatanya hanya seorang jal*ng yang menjajakan tubuhnya pada setiap pria kaya.

" Gery, aku mohon jangan lakukan ini padaku. Aku mohon."

Vanya menangis lirih mendengar ucapan Gery.

Sementara Gery yang terlanjur dibutakan sakit hati dan dendam tak menggubris permohonan Vanya. Ia lalu pergi meninggalkan Vanya. Tak lupa ia juga mengunci pintu dari luar. Vanya hanya bisa terduduk lemas saat mendapatkan perlakuan kasar Gery. Padahal kemarin Gery mengatakan jika ia masih mengingatnya, ternyata itu semua hanyalah palsu. Yang sebenarnya di cari Gery adalah anaknya.

" Lebih baik aku bunuh anak ini daripada harus menjadi pemuas nafsu orang lain demi menghidupinya." Vanya bangkit lalu mencari benda benda yang bisa ia gunakan untuk menggugurkan kandungannya. Vanya menemukan sebuah botol obat tidur yang mungkin sering di konsumsi Gery.

" Lebih baik aku mati daripada harus bersama Gery untuk selamanya." Ucapnya penuh penyesalan. Ia minum semua obat tidur itu dan tak satupun tersisa. Setelah beberapa saat ia mulai merasakan gejala pusing dan akhirnya ia tak sadarkan diri.

.

.

Dion sudah bersiap dengan menggunakan masker dan topi hitam, ia juga menggunakan mobil sewaan. Dengan perasaan tak tenang, Dion mengintai Amara yang akan segera pulang. Kebetulan Amara juga masih di perusahaan walaupun hari sudah gelap.

Saat hampir mengantuk, Dion melihat pergerakan Amara yang keluar dari perusahaan. Di sampingnya ada Clarissa yang tak pernah lepas dari sisi Amara. Dion sudah menyiapkan umpan. Ia melirik ke kanan, dimana seorang anak kecil sedang terikat dan ketakutan. " Diam! Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya menjadikanmu umpan untuk menarik perhatian wanita itu." Tunjuk Dion pada Amara yang mulai masuk ke dalam mobil. Dion langsung melajukan mobilnya ke daerah sepi yang tak jauh dari perusahaan.

Sesampainya di sana, ia melepas ikatan tali si anak dan memintanya untuk berdiri di pinggir jalan. Anak tersebut memang sudah ketakutan hingga ia menangis kencang. Dion segera menyembunyikan mobilnya di balik semak semak hingga tak terlihat.

Anak laki laki berusia sepuluh tahun itu memang bisu, tapi suara tangisannya masih bisa terdengar.

Saat mobil Amara mendekat, mereka berhenti karena melihat anak kecil menangis sendirian di pinggir jalan.

"Nona, ada anak kecil." Ucap Clarissa.

"Berhenti." Amara meminta Clarissa untuk berhenti.

Mereka merasa kasihan pada anak kecil yang menangis itu, kemudian Clarissa memutuskan untuk turun. " Nona di mobil saja, jangan turun!." Perintah Clarissa. Amara mengangguk. Kemudian ia memperhatikan Clarissa yang mulai berbicara dengan anak kecil itu.

Di saat yang bersamaan, tanpa sadar Amara sudah di bekap dari belakang hingga ia tak sempat mengeluarkan suara. Tak berselang lama ia pingsan, Dion langsung menggendong tubuh Amara masuk ke dalam mobilnya. Dengan cepat ia langsung mengemudikan mobilnya menjauh dengan kecepatan tinggi.

Saat mendengar deru mobil yang keluar dari semak semak, Clarissa langsung terperanjat dan dengan cepat mengecek ke dalam mobil. "Nona!" Teriaknya dengan panik. Di dalam mobil tidak ada siapa siapa, Clarissa sama sekali tidak menyadari jika Amara sudah di culik.

" Ya Tuhan bagaimana ini?." Clarissa menitikkan air mata. Ia buru buru memasukkan anak kecil itu ke dalam mobil, ia lalu menelpon tuan besar bahwa Amara telah di culik.

" Anak kecil, kamu harus memberitahu siapa orang yang sudah menculik Amara." Ucap Clarissa dengan panik.

Namun saat melihat anak itu menggunakan bahasa isyarat membuat Clarissa semakin panik.

"Tuhan lindungilah nona Amara." Ia kemudian melajukan mobilnya ke arah mobil yang baru saja menculik Amara.

Sementara itu kini mobil yang dikendarai Dion memasuki sebuah pekarangan hotel. Ia masuk ke dalam basement. Setelah tiba di sana, Dion menghubungi pria misterius yang menyuruhnya untuk menculik Amara.

" Aku di basement." Ucapnya.

Sambungan telepon terputus. Sesaat kemudian seseorang keluar dari lift dan berjalan ke basement. Di sana ia membuka pintu mobil.

"Masukkan dia ke dalam.!" Perintah pria misterius itu. Dion menurut, ia membopong tubuh Amara dan memasukkan nya ke kursi belakang.

" Kerja bagus, uangnya sudah saya transfer kamu cek sendiri." Ucap pria itu. Dion menatap sekilas ke arah mobil dimana Amara berada.

"Jangan bunuh dia." Mohon nya sebelum ia pergi.

" Tenang saja, selagi rencanaku berhasil dia tidak akan mati. " Senyum licik terukir di bibir pria itu.

Dion akhirnya pergi setelah mengecek ponselnya. Uang 2 miliyar masuk ke dalam rekeningnya dalam semalam. Ia tak lagi menoleh ke arah belakang dan memutuskan untuk benar-benar pergi.