NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 Dari Champaign ke Soda

Malam yang sunyi terasa lebih hidup dengan adanya dentingan gelas kristal beradu halus berpadu dengan alunan Pachelbel's Cannon in D—menciptakan suasana lembut diaula pesta itu. Segalanya terasa mengalun, seolah larut dalam ritme percakapan tanpa henti.

Dalam hari yang sama rencana kedua jenis pesta akan dilangsungkan secara bergantian, dimana salah satunya akan dimulai usai pesta ini berakhir.

Sementara pernikahan Emric telah digelar waktu sore tadi, seperti biasa dihadiri para kerabat dan teman terdekat. Kemudian dilanjut pesta dengan jeda beberapa jam guna istirahat. Sangat menguras tenaga, meskipun begitu pernikahan impian akan tetap terasa lebih bahagia.

Liliana berdiri diantara ratusan orang yang hadir dalam pesta pernikahan Emric bersama Seraphina, tangannya terus menggenggam lengan Lucien, seolah tidak ingin jauh dari pria berstatus suami itu.

Kehadirannya kali ini terasa lebih santai dibanding saat ia menjadi tuan rumah dipestanya kala itu, sehingga ia dapat menikmati pesta dengan baik. Memberikan ruang bagi alunan piano diatas panggung untuk menyapa gendang telinganya, dimana mampu menghipnotis pikiran.

Pandangannya masih terpaku pada jari jemari pemain yang menyentuh lembut setiap tuts, menghasilkan lantunan musik indah. Manik matanya mengkilap, kekaguman tidak lagi terbendung tampak jelas dimata itu.

"Lucien," panggil Liliana pada pria disampingnya. Tatapannya perlahan naik dari sudut bawah, mengamati parasnya yang selalu tampan, tapi kali ini seolah semakin divalidasi oleh kilau gantung dilangit.

Beberapa hari terakhir ini, Liliana merasa gejolak aneh menyelinap dalam dirinya saat menatap pria itu dengan lama. Seperti saat ini. Perasaan yang tidak ingin berpaling dari pria itu, mengesampingkan umur yang berbeda jauh darinya.

Pria itu menoleh, seketika membuat kegugupan Liliana semakin bertambah. Awalnya ia berniat mengajak pria itu berdansa, hanya sekedar menikmati alunan musik dengan dansa yang tenang, tanpa sorotan dari siapapun—tanpa tekanan.

"Kamu tidak ingin berdansa—dengan ibumu?" Perempuan itu merutuki dirinya dalam hati, niatnya ingin berdansa dengan Lucien tapi malah kalimat itu terlontar begitu saja tanpa arah.

"Tidak." Lucien menjawab datar, nan singkat. Namun, pandangannya masih jatuh pada perempuan yang menampilkan mata bening itu. Pantulan cahaya membuat mata hazel itu tampak cantik.

Sejenak keduanya saling bertatapan tanpa ada yang bersua, membuat detak jantung perempuan itu kian cepat seperti sedang menjalani lari marathon. Sampai-sampai perempuan dengan tinggi sedagu Lucien itu memalingkan wajahnya.

"Ikut aku sebentar," ajak Lucien, lalu melangkah meninggalkan Liliana.

Perempuan itu menatap heran, "Kemana?"

Lucien tidak menjawab, ia hanya melangkah jauh dari kerumunan diaula. Tanpa memberitahu pun Liliana telah mengekor di belakangnya, meskipun dengan ragu-ragu.

Keduanya melewati kaca besar yang mengarah ke balkon hotel, disambut udara malam, begitu kontras dengan kehangatan di aula yng penuh cahaya.

Dari kejauhan, lampu-lampu kota bersinar layaknya bintang yang tersebar, dipadankan dengan malam yang gelap, gemerlap cahaya terlihat begitu indah.

Pria bertubuh gagah itu berdiri ditepi balkon dengan menyandarkan tangannya di pagar logam, pandangannya menyapu ke seluruh kota. Selama beberapa detik tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya.

Liliana menahan napas, sambil terus menatap kearah pria itu. Untuk yang kesekian kalinya ia tidak berniat memalingkan wajah.

Dengan perlahan—Lucien berbalik, untuk sesaat manik mata mereka bertemu. Tatapan pria itu bergerak turun sedikit, tertuju pada bibir pink ranum milik Liliana yang sedikit terbuka, seolah ingin mengatakan sesuatu.

Dalam sedetik kemudian bayangan kemarin malam terputar begitu jelas seolah berada tepat didepan mata Lucien, dimana saat bibir itu bersentuhan dengan bibirnya yang tidak cukup satu sekali.

Dengan gugup pria itu mengalihkan pandangannya, jarinya bergerak naik menyentuh bekas luka di bibirnya.

"Wanna dance?" tanya pria itu dengan nada rendah.

"Just for fun," sambungnya buru-buru, menghindari tatapan.

Liliana menatapnya lamat dengan jeda, mengamati perbandingan sikap yang terlihat jelas dari sosok Lucien. Pria dengan sikap dingin, tidak peduli dengan apapun itu, kini mengajaknya berdansa. Keinginan yang sempat diurungkan oleh Liliana.

Anggukan kecil dari kepalanya, "Baiklah."

Raut wajahnya masih tetap sama datar, lalu Lucien meraih tangan pasangannya, menggenggam dengan lembut. Permainan musik lembut telah berganti, River flows in you—mengalun dari kejauhan, menjadi latar terbaik untuk dansa kali ini.

Setiap gerakannya terasa lebih pelan tetapi penuh makna, hanya ada mereka berdua dengan segala pikiran masing-masing. Sampai ditengah-tengah, tatapan keduanya bertemu—jeda dalam beberapa menit, tidak ada kalimat yang keluar.

Semakin gerakan yang tercipta begitu sinkron dan indah, semakin tidak ada lagi jarak yang membatasi tubuh mereka. Liliana tersenyum tatkala tubuhnya membelakangi Lucien, senyum yang tidak sepenuhnya ia sadari.

Musik yang semula mengalun keras, perlahan merendahkan nadanya sebelum akhirnya berhenti. Tepat menyesuaikan akhir dansa mereka berdua yang tampak indah. Lucien dengan tubuh yang sedikit melengkung, lengannya menahan pinggang Liliana dengan erat tapi terkendali.

Siluet tubuh mereka pun tampak lebih indah dengan cahaya sinar bulan yang berada tepat dibelakang mereka, seolah menyaksikan keromantisan tanpa rencana itu.

"Hey!" seru salah seorang pria dewasa yang tampak berusia kepala dua itu ditengah aula, tatkala para tamu dipesta formal hampir semua telah meninggalkan tempat.

"If you think you're still young—prove it! Let's hit the rooftop!" lanjutnya.

Suara sorak dan tawa menggelegar mengikuti teriakan proa tersebut yang menuju kearah rooftop hotel.

Liliana menoleh kearah Lucien, "Mau keatas?"

"I am not young anymore," ucap Lucien, sembari menggelengkan kepala.

"Emric lebih tua dari kamu," ucap Liliana.

Lucien mengangguk, keduanya pun melangkah beriringan bersama tamu pesta lainnya, menaiki lift menuju rooftop hotel.

Setibanya diarea rooftop, mereka akan disambut meriah dengan dentuman musik dj yang mengusai atmosfer malam. Gemerlap lampu warna-warni menari diatas langit dengan gerakan secara acak yang membuka

Suasana meriah menyelimuti tempat itu, dentingan gelas terdengar nyaring disertai gerakan gesit dari bartender dalam menciptakan karya minuman mereka, tawa riang melayang bebas diudara tanpa beban.

Ditengah lantai dansa, banyak tubuh meliuk-liuk tidak beraturan, tapi justru disitulah letak keasyikan dalam pelarian.

"Aku belum pernah datang ke pesta seperti ini, but i really like the song!" seru Liliana lebih bertenaga, lantaran suara keras yang saling bersahutan mengurangi pendengaran semua orang disana.

Perempuan itu menarik tubuh Lucien untuk ikut masuk kedalam lantai dansa, dengan lagu yang dilantunkan dengan tempo cepat tapi masih terstruktur—Stay.

"So stay, all you have to do is stay…” Liliana ikut memasukan suara indahnya dalam menikmati sensasi keasyikan dunia remaja yang sempat hilang.

Untuk pertama kalinya, Lucien sangat menikmati pesta yang selalu dia hindari selama ini. Pesta yang memiliki pandangan sangat buruk dimatanya itu seketika berubah, ia mampu merasakan debaran antuasias dalam dirinya, meskipun pria itu bergerak hanya dengan bimbingan Liliana.

Melihat senyum Liliana yang begitu indah diselingi tawa manis dari bibirnya, membuat Lucien tersenyum tanpa ia sadari. Ia larut dalam pesona Liliana untuk beberapa saat.

Sebelum pikirannya tersadar, seperti ada pukulan tajam yang menyentuh perasaannya hingga pria itu kembali datar dan kaku.

"Apa yang aku lakukan?" gumamnya pada diri sendiri dengan lirih, dentuman musik menutup suara lirihnya hingga tidak terdengar oleh siapapun. Tatapan tertuju pada Liliana—tatapan kosong, dimana perempuan itu sibuk melompat kecil dengan kedua tangan diatas kepala.

1
Ahmad Zaenuri
Luar biasa
Ahmad Zaenuri
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!