Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab34
Kesibukan Mama Dinda, Risa dan Bibi. Diruangan keluarga, yang saat ini sedang menyiapkan segala kebutuhan untuk acaranya, Rai Nishav.
"Ma! Om Andra kesini juga kan?" ujar Reyhan, yang tiba-tiba mendudukkan bokong di sofa.
"Iya. Nanti kesini semua."
"Ma! Benar gak sih orang tua Mba Iriana, bilang langsung nikah saja?" entah kenapa anak nya yang paling tua justru ngasih kabar buat langsung di nikah kan saja. Acara resepsinya bisa di Desa.
"Gak tau Mama. Sampai sekarang Mas mu itu belum keluar dari kamarnya. Bikin Mama kesal! Di panggil-panggil tidak menjawab."
"Mending kamu bantu Mama, Rey." ujar Mama Dinda.
****
Kemaren siang hari di tempat kediaman kedua orang tua nya. Saat Rai mengantar dirinya. Tiba-tiba saja ayah meminta ia dan mas Rai untuk menunggu. Di ruang keluarga. Ada apa?
"Maaf yah, nak Rai? Om buat kamu jadi deg-deg-an." senyum di wajah hangat ayah sedikit membuat ia lebih rileks.
Saat ini dirinya sedang duduk berdua bersama, Mas Rai. Yang terlihat sedikit tegang. Saling menatap, mungkin sama-sama sedang menunggu kelanjutannya.
"Ayah! Ada apa sih?" ujarnya. Sedikit tidak sabaran.
"Jadi gini. Ayah dan Ibu sudah bicarakan dari tadi terus telepon nenek mu juga nak. Ayah bilang nanti kan, Mas Rai mau lamar kamu. Tapi, ayah pikir kenapa tidak langsung nikah saja."
Ucapan ayah. sedikit membuat ia terperanjat. Kenapa mendadak apa ia ketahuan sering berbuat hal aneh bersama, Mas Rai!?
"Om! Sebenar nya saya tidak masalah ini di percepat kan atau saya harus sedikit lebih menunggu. Tapi ini ... Maaf, emang ada apa yah, Om?" Rai, terlihat menghela napasnya. mencoba sedikit mencerna kejadian yang tiba-tiba ini.
"Jadi gini, Mas Rai! Tadi Om telepon nenek nya Iriana di desa. Menceritakan rencana Om sama Tante buat nikahan nya disini saja. Resepsi nya bisa nyusul disana." ia menatap kearah Ibu nya, yang ternyata juga menatapnya.
Deg .... Ia seperti mengingat kejadian tadi pagi setelah ia mengantar, Mas Rai ke kamar mandi nya.
"Apakah ini masalah kiss mark. Di lehernya?"
Ia melihat mata Ibu nya yang menarik turun kan alis nya. Seperti memberi tahukan bahwa ia ketahuan.
"Ayah! Bisa Ibu bicara dulu sama putri mu ini?" suara Ibu memang terdengar tenang tapi kenapa ia menjadi gugup.
Menatap kearah ayah yang hanya tersenyum. Dan melihat Mas Rai, yang terlihat mengernyitkan kening nya. Mungkin dia sama penasaran nya.
"Ikut ibu Ir! Mas Rai! Ibu tinggal sebentar yah." melihat kearah pria itu yang mengangguk pelan.
"Ih jangan di tarik, Ibu." kencang sekali ibunya ini menarik tangan nya. Disini dikamar tamu ibu, membawa nya. Dan melihat nya dirinya dengan sedikit menyipit.
"Ib-u ada apa?" ia sedikit gugup.
"Dengar yah nak! Ibu sudah cerita sama ayah. kejadian kamu yang menggoda Mas Rai, di atas ranjang kamu itu." ia sedikit cengo, ini berita memalukan.
"Li-hat i-bu dimana?" ucapan nya sedikit berantakan. Ia benar-benar gugup, seperti tertangkap berbuat mesum kepada pria.
"Waktu ibu suruh kamu antar, Mas Rai ke kamar mandi mu itu. Ibu marasa kenapa terlalu lama. Dan ibu gak tau ini keberuntungan ibu atau apa."
"Ibu melihat kamu menarik, Mas Rai. Mencium nya bikin ibu syok. Kamu kira ibu tidak lihat?"
Jadi benar semua nya terlihat!
"Tapi kenapa ibu tidak mencegah nya bukan kah pas aku tarik, Mas Rai dan mencium nya ibu sudah di sana. Berarti ibu bisa mengetuk atau mendorong pintu itu lebih cepat." lirihnya seraya menunduk. Ia sedikit malu pipinya memanas.
"Ibu yah syok. Tiba-tiba lihat putri ibu main tarik saja sama pria. Jadi ayah bilang satu-satunya cara kamu harus nikah lebih dulu. Bahaya jika kamu disana di desa berdua saja bisa kebobolan nanti. Yang ibu takut, Mas Rai kamu perk*sa."
"Ibu....!" suaranya sedikit merengek. Kenapa harus ketahuan?
"jadi kamu besok langsung nikah saja. ayo kesana ayah mu sudah nunggu." Melihat ibunya yang sudah terlebih dahulu meninggal kan nya. Ia masih dengan kebingungan nya.
"Mendadak. Ini gimana sih?" gumam nya seraya menggigit kuku jari nya pelan.
"Iriana ....! " suara keras ibu membuat ia tersentak. Tersadar dari lamunannya. Melihat Mas Rai yang sepertinya sudah menunggu nya dengan tidak sabar.
"Maaf, Mas Rai!" Bathin nya. Ia sedikit merasa bersalah.
"Jadi gimana nak!? besok acara nikahan nya." ayah nya ini tidak sabaran sekali.
"Dek!" Memejam kan matanya pelan seraya menghembuskan napas nya. Tidak ada jalan lain.
"Aku siap ayah. Besok juga tidak apa-apa. Tapi ... "
"Gimana sama, Mas Rai!?" ujarnya tidak mungkin hanya dirinya yang setuju. Tapi Mas Rai belum siap.
"Jadi gimana nak, Rai? Kamu setuju. Maaf jika Om mengambil keputusan sepihak seperti ini. Om, hanya gak mau ada kejadian yang lebih dari itu." sedikit ambigu. Tapi Iriana paham. Dan mungkin Rai juga sedang menduga-duga atau justru sudah tahu.
"Saya selalu siap, Om! Tapi bisa kah saya mengurus sagala dokumen persyaratan nya dulu, Om."
"Ekhmm, mungkin besok sehari atau dua hari, Om." pria itu menunduk. Mungkin dia takut salah berbicara. Lucu ....
"Benar, Om sampai melupakan itu. Iya, iya kalian urus itu dulu Mas Rai. Sembari menunggu saudara Om sama nenek Iriana. Setidak nya mereka bisa kesini." ujar ayah seperti terdengar terburu-buru.
"Terimakasih Om. Kalo gitu besok saya ke KUA (Kantor Urusan Agama)."
Setelah kejadian dadakan itu. Akhirnya ia dan Mas Rai, bisa sedikit tenang. Tapi ia masih malu mengingat kejadian kenapa mendadak ia harus menikah.
"Mas! Maaf ini semua karena aku." saat ini ia sedang pengantar, Mas Rai ke arah mobilnya.
"Gak papa, Dek? Mas justru senang jika kita nikah lebih cepat hmm." terlihat jelas binar kebahagiaan di wajah, Mas Rai.
"Ini karena pagi tadi, Mas. Emmm karena itu .... " malu jika ia lanjutkan. Pernikahan yang tergesa-gesa. Semoga tidak ada berita yang buruk.
"Maaf ini juga salah mas. Seharusnya, Mas tidak menggoda kamu, Sayang. Tapi ko yah, Mas merasa bersyukur." melihat genggaman tangan pria ini di telapak tangan nya. Terasa hangat, dan menenangkan. Melihat kearah rumah, nya ia takut Ibu nya melihat ini lagi.
"Sekarang, Adek, masuk saja. Istirahat biar besok bisa lebih segar." mengangguk, pria ini menatapnya dengan dalam. Mendekati nya,
Cup ....
Di sore pertama, dia dapat merasakan kehangatan itu. membuatnya merasa utuh. memberinya satu lagi, keinginanan kuat untuk bersamanya./Rose//Heart/
Diantara kepusingan seorang author, Sky.
Ada aku yang tertawa dengan durjana /Doge/