dapat orderan make up tunangan malah berujung dapat tunangan.Diandra Putri Katrina ditarik secara paksa untuk menggantikan Cliennya yang pingsan satu jam sebelum acara dimulai untuk bertunangan dengan Fandi Gentala Dierja, lelaki tampan dengan kulit sawo matang, tinggi 180. Fandi dan Diandra juga punya kisah masa lalu yang cukup lucu namun juga menyakitkan loh? yakin nggak penasaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gongju-nim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
030. Jebakan Jodoh
Anak ibu tidak apa-apa, hanya sedang tidur karena mengalami shock saja." Jelas dokter pada Bu Vio terkait Sisilia yang tak kunjung bangun.
"Tapi beneran nda apa apa to pak dokter?" Bu Vio kembali mengulang pertanyaan yang sama.
"Iya ibu, saat ini anak ibu masih menolak bangun. Ibu ajak saja bicara, siapa tau dengan mendengar suara ibu, anak ibu bisa bangun lebih cepat." Dokter menjelaskan dengan sangat sabar pada Bu Vio.
"Syukurlah kalau begitu." Bu Vio menghela napas lega, tangannya mengusap lembut kepala sang anak.
"Kalau begitu saya pamit, masih harus visit pasien lainnya. Mari ibu." Dokter tersenyum kemudian berpamitan pada Bu Vio.
Setelah mendapat kunjungan dari dokter jaga pagi ini dan mendengarkan penjelasan secara langsung, perasaan Bu Vio membaik, tidak lagi merasa bersalah karena melihat kondisi anaknya yang babak belur begini.
"Terimakasih ya nak Di, Githa. Makasih banyak udah menemani anak ibu dirumah sakit dari semalam." Bu Vio memegang tangan Diandra dan Githa.
Bu Vio sangat amat bersyukur anaknya memiliki teman sebaik mereka, berada jauh dari anaknya membuat Bu Vio sangat risau. Anaknya perempuan, tinggal sendirian di kota sebesar ini. Untung saja Diandra tinggal bersama dengan anaknya di kos yang sama. Bahkan terkadang jika Sisilia tidak dapat dihubungi, Bu Vio akan menelpon salah satu dari sahabat anaknya untuk menanyakan keberadaan Sisilia.
"Ibu mah, Sisil itu temen kita Bu. Kerjaan kita juga lagi nggak banyak kok, jadi kita bisa disini nemenin Sisilia." Githa tersenyum lalu membalas genggaman tangan Bu Vio.
"Bener Bu, lagian ni juga datangnya tuh pas Sisilia udah kayak gini. Kalo nggak ada bang Randu, mungkin bakalan lebih dari ini." Diandra berujar dengan penuh penyesalan, seandainya mereka lebih cepat datang mungkin Sisilia tidak akan sampai sebonyok ini.
"Randu?" Bu Vio bertanya memastikan, takut-takut pendengarannya salah.
Diandra memberi kode pada Randu yang duduk di sofa bersama Fandi dan Jerry. Rambut lelaki itu bahkan sudah terlihat kering, wajahnya juga sudah lebih manusiawi daripada tadi pagi, meskipun kantong matanya masih terlihat jelas karena tidak tidur semalaman. Randu yang masih melamun menatap Sisilia di ranjang sana, terkejut ketika Fandi menyenggol lengan dengan keras. Lewat tatapan mata Randu bertanya mengapa, dan lewat tatapan mata juga Fandi memberi kode pada Randu untuk maju berkenalan pada Ibunda Sisilia.
"Saya Randu Bu." Randu menyodorkan tangannya dan menyalimi Bu Vio.
"Terimakasih banyak nak Randu, terimakasih." Bu Vio menepuk pundak Randu, dirinya sangat amat berterima kasih pada pemuda tampan yang terlihat lelah ini.
Bu Vio memang tidak memerhatikan sekitar ketika masuk tadi, fokusnya hanya tertuju pada Sisilia. Ternyata bukan hanya ada Diandra dan Githa di ruangan ini, ada Randu dan dua orang pemuda lagi yang tengah duduk di sofa. Melihat tatapan penasaran dari Bu Vio, Fandi dan Jerry secara serempak berjalan kearah ranjang untuk berkenalan. Bu Vio tersenyum ramah pada kedua pemuda itu.
"Nak Randu ini siapanya anak saya?" Bu Vio kembali berfokus pada Randu yang sedari tadi menatap sendu kearah anaknya.
Firasat ibu menang tidak pernah salah, Randu tergagap sendiri ditanya begitu. Hubungan keduanya masih belum jelas hingga kini.
"Teman Bu." Randu menjawab setelah memutar otaknya yang terasa mampet saat ini.
"Oalah." Bu Vio mengangguk paham.
Tidak hanya Randu yang mendapatkan pertanyaan itu, Fandi dan Jerry juga menjadi sasaran pertanyaan menjebak dari Bu Vio, hanya Jerry yang berhasil menjawab dengan lancar. Fandi juga tampak tergagap sendiri.
"Nak Githa sudah dapat pacar to." Bu Vio terkekeh melihat wajah Githa yang tersipu. "Nanti Sisilia juga mau ibu jodohkan saja."
"Kok gitu?!" Randu berseru kelepasan.
Bu Vio yang mendengar seruan Randu pun terkaget-kaget. Memangnya kenapa, Sisilia kan anaknya, wajar jika orang tua ingin memberikan yang terbaik pada anaknya. Terlebih setelah kejadian seperti ini.
"Loh, memangnya kenapa to?" Bu Vio bertanya heran.
Randu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana cara menjelaskan situasi ini. Sisilia tidak boleh dijodohkan dengan siapa-siapa, jika iya maka Randu akan menyewa dukun paling sakti untuk mengirim badai saat acara pernikahan nanti agar Sisilia batal menikah.
"Enggak Bu." Randu menjawab tergagap, lelaki itu lalu menyenggol Fandi yang tepat ingin tertawa, posisinya paling dekat dengan Randu.
"Jadi gini Bu, temen saya ini suka sama nak ibu." Jerry menjelaskan tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.
Randu ingin menonjok Jerry jika saja saat ini tidak ada Bu Vio. Jerry dan congornya memang kombo mematikan, kata-kata lebih mematikan daripada bisa ular kobra. Diandra dan Githa yang melihat wajah panik Randu berusaha menahan tawanya. Seorang pemuda yang sedari tadi diam di pojok sofa mendekat, Dilihatnya Randu dari atas sampai bawah seolah menilai.
"Aman lah Bu. Ganteng, banyak duit juga kayaknya." Ujar lelaki itu asal, kepalanya mengangguk.
"Hush, sembarangan." Bu Vio memukul bokong pemuda itu.
Adam, adik Sisilia, meringis sakit. Pukulan ibunya masih terasa maut padahal tidak sebugar dulu. Adam lupa, ibunya hanya sering mengeluhkan sakit kaki, bukan tangan. Kesal dipukul begitu di depan Diandra dan Githa, Adam menghentakkan kakinya lalu kembali ke sofa untuk bermain game. Hilang sudah wibawanya sebagai cowok cool dan sangar. Kondisi Sisilia masih aman, jika dilihat-lihat. Ibunya saja yang lebay, dirinya bahkan pernah terluka lebih parah dari itu.
"Maafin Adam ya nak Randu." Bu Vio tersenyum tak enak pada Randu.
"Nggak apa-apa Bu." Randu menjawab santai, karna tingkah anak bernama Adam ini suasana tidak lagi menegangkan.
Adam sendiri adalah adik bungsu Sisilia yang baru masuk SMP, adik keduanya yang bernama Mitha tidak ikut karena sedang mengikuti perkemahan yang dilakukan dalam rangka penerimaan siswa baru di SMAnya. Kebetulan Mitha adakah ketua OSIS yang sedang menjabat, sehingga dirinya harus mengikuti rangkaian acara.