Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Kamu siapa? kenapa ada disini?" tanya seorang lelaki berpakaian layaknya pekerja kantoran. Wajahnya tampan dengan aura yang siapa saja bertemu dengannya pasti segan.
"Maaf tuan saya guru ngaji non Mayang." ja2ab Ira gugup.
"Guru ngaji Mayang, kok ga ada yang kasih tau aku sih?" runtuk lelaki itu.
"Maaf kalau boleh tau, tuan ini suapanya bu hj ya?" tanya Ira takut - takut.
"Saya yang punya rumah ini. Nama kamu siapa?" tanya lelaku itu sambil menatap penampilan Ira dari ujung kaki sampai kepala.
"Saya Ira, tuan. Maaf saya lancang bertanya pada tuan." Ira merasa ga enak hati saat tau orang tantangannya ternyata pemilik rumah ini, bearti laki - laki ini ayahnya Mayang.
"Apa kamu betah ngajar Mayang?" tanya lelaki itu lagi.
"Insya Allah tuan, maaf tuan permisi yang mau ngajar non Mayang dulu." pamit Ira yang merasa jengah di pandangi seperti itu.
"Silahkan."
"Untung lelaki itu tidak bertanya lebih banyak lagi." Ira bernafas lega setelah menjauhi laki - laki itu. Rasanya dadanya sesak saat berada di dekat lelaki itu. Sorot matanya menusuk sampai ke jantung saking tajamnya.
"Assalamualaikum. " Ira mengucapkan salam dan mengetuk pintu kamar Mayang. Walau sudah hampir sebulan ia mengajar Mayang bukan berarti ia bisa seenaknya masuk kamar orang tanpa ijin yang punya..
"Waalaikumsalam, masuk aja bu. Ga di kunci." terdengar jawaban dari dalam. Ira langsung memutar handel pintu dan tersenyum melihat mayang yang sudah duduk rapi menunggu kedatangannya. Mayang mencium punggung tangan Ira lalu duduk di tempatnya semula.
Ira memang mengajari Mayang menganti tapi ia juga mengajarkan bagaimana tata krama saat berhadapan dengan orang yang lebih tua.
Ira juga mengajarkan tata cara sholat dan pelajaran agama yang Ira ketahui. Mangaji itu penting tapi ada yang lebih penting yaitu sholat.
Mayang juga perlahan mulai belajar sholat sedikit demi sedikit. Belajar ditunjang terasa berat apalagi bagi kita yang sama seklai tidak ada dasarnya. Keluarga Mayang sepertinya tidak begitu menganggap agama itu penting. Mereka hanya sebatas mengakui bahwa mereka itu muslim tapi untuk menjalankan kewajibannya tidak pernah.
"Bu Ira makasih ya, udah sabar ngajarin Mayang. Di awal Mayang memang tidak menyukai bu Ira tapi makin kesini aku malah merasa nyaman bersama bu Ira. Andai saja bu Ira jadi mama ku, pasti aku akan bahagia sekali." tutur Mayang saat mereka telah selesai sesi belajarnya.
"Kamu boleh kok menganggap ibuk mama kamu."
"Beneran bu, aku senang banget." Ira memeluk Ira saking bahagianya. Ira tersenyum melihat kelakuan Mayang. Ternyata selama ini Mayang merindukan kasih sayang seorang mama. Mamanya pergi dan pernah kembali.
"Bu kenapa ibu ga tinggal disini bareng aku?" tanya Mayang setelah peluakan mereka terurai.
Ira tertawa kecil sambil mencubit hidung mancung Mayang." Ya ga bisalah, sayang. Ibu juga punya keluarga, mereka juga membutuhkan ibu di rumah."
"Bawa saja mereka tinggal disini bu, bagaimana ibu setuju ga?" pinta Mayang penuh pengharapan.
"Maaf ya, sayang. Kalau untuk itu ibu ga bisa. Tapi kamu tenang saja kalau kamu bosan di rumah kamu boleh kok main keruamh ibu. Nanti ibu perkenalan dengan anak - anak ibu."
Kecewa itu sudah pasti, Mayang yang biasanya selalu mendapatkan apa yang ia inginkan harus menelan rasa kekecewaan karna penolakan Ira. Berkat bujuk rayu Ira akhirnya Mayang bisa menerima keputusannya.
...****************...
Assalamualaikum kk, terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik